- JAKARTA - Suatu ketika datanglah seorang klien hendak mengonsultasikan permasalahan hidupnya, yakni "kesulitan tidur" atau insomnia. Sebut saja pasien tersebut berinisial FS, laki-laki, usia tiga puluhan tahun, karyawan suatu perusahaan, dan tinggal di kota J. Dalam keluhannya, FS senantiasa tidak dapat membujuk dirinya untuk tidur rata-rata hingga jam 03.00. Jika sudah mencapai sekitar jam 24.00 maka kondisi badan terasa semakin segar, enteng, dan tidak ada kantuk sama sekali.
FS mengaku bahwa gangguan susah tidur tersebut sudah berjalan kurang lebih satu tahun lalu dan sangat mengganggu aktivitas hidupnya. Padahal FS sudah berupaya sedemikian rupa termasuk menggunakan obat, namun malah semakin tidak mempan. Selanjutnya, berdasarkan fakta demikian, dapatkah kiranya gangguan tidur semacam kasus FS tersebut disembuhkan?
Penyebab
Sebenarnya gejala gangguan tidur - sementara kalangan mengatakan bukanlah suatu penyakit, akan tetapi hanya sebuah rambu-rambu bahwa penderita memiliki problematika psikis atau penyakit fisik. Demikian dikatakan dalam sebuah jurnal Psychology Today, Juni 1986. Jadi, gangguan tidur tidak lebih hanya sebuah indikator yang mencuat di permukaan bahwa yang bersangkutan memiliki sejumlah penyakit yang harus diobati.
Terhadap faktor penyebab gangguan tidur, maka banyak ahli mengatakan pada umumnya disebabkan oleh banyak hal. Dalam pandangan Dr. Nino Murcia, yang sudah belasan tahun memimpin klinik Insomnia di Stanford AS mengatakan bahwa "belum pernah menemukan gangguan tidur yang hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor". Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni predisposisi psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk.
Faktor psikologis dan biologis. Kedua faktor tersebut kadangkala menyatu menjadi bentuk psikosomatik, yakni persoalan psikologis berdampak terhadap biologis dan sebaliknya (psiko = kejiwaan; soma = dinding, tubuh). Misalnya, bagi seseorang yang jantungnya mudah berdebar-debar lebih cepat dan suhu tubuhnya lebih hangat dari biasanya maka berkecenderungan untuk susah tidur. Jika tertidur maka akan sensitif untuk bangun (light sleeper). Di samping itu, sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus gangguan insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid.
Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia ini. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Misalnya, ketika seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia. Kiranya fakta semacam ini sesuai dengan hasil penelitian di sebuah klinik insomnia "Baylor College of Medicine, USA" bahwa penderita insomnia cenderung dilatarbelakangi oleh kecemasan.
Dampak
Tentu saja gangguan insomnia akan memiliki dampak negatif dalam kehidupan individu yang bersangkutan :
Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Sebab, tubuh manusia diciptakan sedemikian sempurnanya - yang secara alamiah telah diatur sebuah metabolisma fisik yang akan mempengaruhi kesehatan. Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteraturan antara terjaga dan tidur.
Bukankah tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan terjadi kecapekan kerja. Sebab dengan adanya tidur maka tubuh akan memproses untuk mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya kecapekan. Itulah kiranya jika seseorang tidurnya normal maka ketika bangun tidur akan terasa segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi. Sebaliknya jika seseorang mengalami kurang tidur maka asam laktat belum juga hilang secara sempurna sehingga ketika terjaga - badan masih terasa sakit.
Kedua, susah tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga terhadap aktivitas lainnya akan mengalami gangguan misalnya dalam belajar-mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan dampak insomnia ini akan memudahkan seseorang untuk menderita stres. Hal ini cukup beralasan, sebab sebagaimana dikatakan di atas, insomnia hanya merupakan gejala penampakan dari luar bahwa seseorang memiliki penyakit yang harus diobati (jurnal Psychology Today, Juni 1986).
Solusi
Pada akhirnya, untuk menjawab kasus insomnia tersebut di atas, juga yang dialami oleh FS maka ada beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan.
Pertama, penderita insomnia harus pergi ke dokter terlebih dahulu. Hal ini sangat penting untuk mendeteksi apakah yang bersangkutan memiliki gangguan penyakit fisik yang berdampak terhadap gangguan tidur. Sebab sebagaimana dikatakan di atas bahwa terdapat penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan insomnia. Jika demikian adanya maka pengobatan dilakukan dengan terapi fisik.
Kedua, jangan mudah menggunakan obat tidur tanpa berdasarkan anjuran dokter. Jika hal ini dilakukan maka justru insomnia akan tetap resistan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa di kalangan terapis justru senantiasa berusaha menghindari penggunaan obat-obatan. Sebab, pemakaian obat tidur acapkali hanya sebagai pereda sementara, sehingga jika habis waktu berlakunya maka yang bersangkutan akan kembali insomnia.
Ketiga, hindari mengonsumsi barang-barang terlarang, semacam minuman keras, narkotika, dsb. Sebab hal tersebut akan mengganggu fungsi organ tubuh dan persarafan secara normal.
Keempat, lakukan makan atau minum secara wajar, baik dari kualitas, kuantitas, maupun waktunya. Hindari minum kopi saat menjelang jam tidur, sebab kopi mengandung unsur kofein sehingga merangsang saraf untuk sulit tidur. Hindari makan terlalu kenyang atau terlalu sedikit, karena hal tersebut akan menyebabkan perut merespons secara tidak normal.
Kelima, aturlah lingkungan kamar tidur secara efektif dan efisien, termasuk lampu tidur yang memenuhi syarat. Sebab kondisi lingkungan tertentu, semisal suara bising, lampu sangat terang, akan mengganggu konsentrasi tidur.
Keenam, jika penderita insomnia memang telah mengetahui bahwa penyebabnya adalah aneka problematika kehidupan maka selesaikan terlebih dahulu secara sempurna. Berpikirlah rasional bahwa "Sepanjang hayat dikandung badan" manusia mesti memiliki problem. Hadapilah dan selesaikan permasalahan hidup seara proporsional dengan penuh usaha, sabar dan tawakal.
Ketujuh, jika akan tidur maka lakukan niat yang kuat dan relaksasi fisik serileksnya. Yakinkan dalam pikiran bahwa Anda memang benar-benar berniat akan tidur dan istirahat. Berdoalah dan pasrahlah semoga lancar tidur dan bermimpi indah. Setelah tubuh terbaringkan maka posisi tubuh dilemaskan selemas-lemasnya, kosongkan pikiran dari pemikiran lain. Jika tersirat pemikiran sesuatu maka yakinkan bahwa hal tersebut akan diselesaikan besok sesuai jadwal. Yakinkan bahwa "setiap persoalan mesti dapat diselesaikan sesuai waktu dan tempatnya, malam ini saya tidur dan segala persoalan akan saya selesaikan besok."
Jika langkah-langkah tersebut dicoba untuk dilakukan, maka yakinlah gangguan insomnia dapat disembuhkan. Selamat mencoba dan selamat tidur.