Kita semua pernah mengalaminya, terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang menjadi seperti penjara, melihat hal-hal yang sama hari demi hari, dan sangat berharap dalam hati untuk mengalami sesuatu yang baru dan segar. Kebanyakan orang tidak menyukai perasaan jenuh ini dalam kehidupan mereka. Namun sebenarnya, saat kita merasa tidak asing dengan seseorang atau sesuatu, ini hanya menunjukkan bahwa Tuhan menciptakan kita untuk menjadi pribadi yang intim.
Seringkali, rasa jenuh ini menyebabkan kita mengabaikan hal-hal detail. Tumbuh sebagai anak bungsu dari 5 bersaudara, saya tidak pernah berterimakasih pada orang tua saya atas makan malam bersama keluarga. Bagi saya waktu itu, makan malam bersama hanya rutinitas sehari-hari. Saya tidak pernah bertanya kepada yang lain bagaimana hari mereka, tidak pernah menghargai kehadiran mereka. Sekarang saat saya mengilas balik semua itu, acara makan malam keluarga terasa sangat berarti bagi saya, kebersamaan saat makan menunjukkan bahwa keluarga menjadi sebuah prioritas.
Dasar kebenaran yang telah saya pelajari adalah, saat kita melihat sesuatu, mendengar sesuatu, dan merasakan sesuatu setiap hari, tentu kita akan merasa terbiasa dengan semua itu. Begitu terbiasa, sehingga akhirnya membuat kita bosan dan jenuh. Orang-orang yang sedang berhubungan dekat, entah itu saudara, teman, sahabat, atau pasangan, seringkali mengalami hal ini. Kita tidak selalu dapat mengidentifikasi sumber dari rasa frustasi kita, tapi saat kita menjadi meledak karena suatu kesalahan kecil yang biasa terjadi, itu tandanya kita sudah jenuh. Kita telah menjadi sangat terbiasa satu sama lain dan perilaku kita menjadi sangat dapat diprediksi, hingga melampaui level kenyamanan dan bahkan menjadi sangat menganggu serta menjengkelkan.
Kadang kita bahkan merasa sangat terbiasa dengan Tuhan. Berapa banyak kebaktian di gereja yang membuat kita bosan, membuat kita berpikir sendiri, "Rasanya saya sudah mendengar topik tentang ini sebelumnya." Kita membaca FirmanNya dan bertanya, "Apa yang baru saja saya baca?" Kadang dalam berdoa pun kita sudah menjadi sedemikian terbiasa hingga kita hanya mengulang kata-kata yang serupa tanpa benar-benar berpikir tentang apa yang hendak kita ucapkan.
Perasaan sangat terbiasa ini dapat menjadi sangat berbahaya karena kita dapat kehilangan pandangan kita dari betapa kreatifnya Tuhan yang kita sembah. Saat kita menjadi sangat terbiasa dengan sekeliling kita, bahkan menjadi jenuh dengan mereka, kita tidak lagi melihat keajaiban karyaNya, "AnugrahMu baru setiap pagi". Jika kita menyerahkan perasaan ini dan berdoa untuk kesegaran serta perspektif yang baru, kita akan dapat mulai bersyukur.
Bagaimana kita dapat melihat rutinitas dengan perspektif yang baru? Dengan memahami bahwa kita diciptakan untuk mengenal dan dikenal, ada alasan mengapa kita mengalami pengulangan dan pola tertentu. Contohnya, jika 2 ditambah 2 sama dengan 4 kadang-kadang, kita tidak akan memahami prinsip penambahan. Demikian juga saat kita mengalami hal-hal dengan pola yang sama, itu dimaksudkan agar kita mengerti cara kerja Tuhan. Jika cintaNya pada kita dapat berubah-ubah, tentu kita tidak akan dapat tumbuh dan mempunyai hubungan yang intim serta bergantung sepenuhnya pada karakterNya. Meskipun kita mungkin menjadi terbiasa dengan jalan-jalanNya, hanya melalui pengulangan kita mengenal Dia sebagai Tuhan yang tidak berubah-ubah.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, hal-hal yang berada di sekeliling kita adalah hal-hal yang akan mempunyai arti yang sangat penting bagi kita bertahun-tahun mendatang. Saat kita membayangkan diri kita tanpa seseorang atau sesuatu yang biasanya ada di sekitar kita, saat kita mau jujur pada diri sendiri tentang hal-hal keseharian kita yang digunakan Tuhan dalam hidup kita, sangat sering, kita akan menemukan bahwa Tuhan memakai siapa saja atau apa saja yang berada paling dekat dengan kita untuk mengajar kita. Jika kita terus-menerus mengabaikan hal-hal itu dan tenggelam dalam kejenuhan, kita akan kehilangan terlalu banyak.
Tuhan merancang kita dengan istimewa. Sekarang bayangkan jika Tuhan merasa bosan dengan cara Dia menciptakan dan membesarkan kita. Bagaimana jika Dia menjadi jenuh dengan cara kita melakukan hal-hal tertentu? Bagaimana jika Dia jenuh dengan suasana penyembahan kita? Mazmur 139:3-4 mengatakan:
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.
Dia bahkan mengetahui semuanya sebelum itu terjadi! Namun tidak sedetikpun Tuhan menjadi jenuh dengan kita. Dia menikmati kita, Dia sangat bahagia dengan penciptaan kita saat kita menggunakan keunikan kita untuk memuliakan Dia.
Dan untuk menyenangkan hatiNya, kita perlu menyimpan semua hal-hal yang telah Dia tempatkan di sekeliling kita. Ambil waktu untuk bersyukur padaNya karena sekali lagi Dia mengingatkan kita akan kelemahan-kelemahan yang perlu kita hadapi dan perbaiki. Pujilah Dia karena Dia Tuhan yang sama hari ini dan kemarin, dan pandanglah ke sekeliling, benar-benar memandang, pada orang-orang yang ada di sekitar kita.
Sebagian besar hidup kita dihabiskan dengan pertalian dan hubungan yang tidak asing. Jika kita tidak melihat mereka sebagai suatu keajaiban sebagaimana adanya mereka, secara tidak langsung kita mengatakan kepada Tuhan bahwa Dia seharusnya bisa bekerja lebih baik dalam menyediakan segalanya.
Kita bisa saja mengedikkan bahu tanda kita tidak perduli, tapi Tuhan kita adalah Tuhan yang, tidak seorangpun dapat mengenal dan dekat denganNya tanpa mengalami suatu perubahan. Selamanya kita akan diubahkan untuk kemuliaanNya.