Manjemen Konfrontasi di Keluarga

Parenting / 21 November 2005

Kalangan Sendiri

Manjemen Konfrontasi di Keluarga

Fifi Official Writer
4764
Tanya: "Apa yang kamu ingin ubah dari hubunganmu dengan orangtuamu?"
Jawab: "Kalau ayahku marah, dia akan berteriak. Begitulah cara dia dulu dibesarkan, dan meskipun dia berusaha untuk mengendalikan dirinya, tetap saja dia terus melakukannya." (Katie H., 15 tahun).

Apakah Anda ingin berkonfrontasi dengan baik? Kedengarannya seperti mustahil bukan? Tapi percaya atau tidak, ada beberapa langkah yang dapat membantu Anda berkonfrontasi secara tepat dengan anak remaja Anda. Seperti apa konfrontasi yang baik itu? Konfrontasi yang baik adalah konfrontasi dimana Anda mengatasi permasalahan yang terjadi dengan cara yang lebih memulihkan, daripada memperlebar jurang dalam hubungan Anda dengan anak Anda.

Konfrontasi yang baik melibatkan komitmen untuk memecahkan suatu konflik. Prosesnya dimulai dengan mendiskusikan masalah atau ketidaksetujuan dan berakhir dengan solusi yang dapat dilakukan, sebuah kompromi, atau rencana tindakan tertentu. Untuk Anda yang pernah mengalami sakitnya bertengkar dengan anak remaja Anda, konfrontasi yang baik mungkin kelihatannya mustahil. Biarkan saya meyakinkan Anda bahwa konfrontasi yang baik bukan saja mungkin, tapi ini merupakan cara yang positif untuk semakin mempererat hubungan Anda dengan keluarga.

Konfrontasi yang baik ditentukan sejak awal mulanya, dengan kata lain, direncanakan. Konfrontasi yang baik tidak terjadi begitu saja saat kemarahan menyala dan memuncak, namun pada waktu dan tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Terjadi saat Anda meyakinkan kembali bahwa Anda mencintai mereka sebelum membahas masalah yang terjadi. Konfrontasi yang baik berarti Anda dan anak remaja Anda akan sama-sama punya kebebasan untuk berbicara tentang hal-hal yang penting bagi masing-masing dan Anda berdua telah sepakat untuk tidak menggunakan kata-kata yang kasar atau menghina.

Konfrontasi yang tepat harus melibatkan pendengar-pendengar yang baik, masing-masing sepakat untuk mengesampingkan tuduhan atau asumsi pribadi. Ketimbang menunjuk pada kekurangan pribadi (seperti "Kamu sembrono sekali!"), diskusikanlah solusi yang praktis (seperti "Mama ingin kamarmu dirapikan dua kali seminggu. Hari apa saja kamu punya waktu untuk membersihkannya?").

Anak saya dan saya sama-sama dominan. Kemarahan saya membara, sementara dia meledak-ledak. Kami berdua sangat memperhatikan tentang isu-isu yang ada. Sekali kami menemui jalan buntu dan saya putuskan bahwa saat itu adalah saat yang tepat untuk konfrontasi yang baik. Kami mengalami konfrontasi yang buruk sehari sebelumnya. Saya kehilangan kendali, dia juga kehilangan kendali. Tidak ada solusi.

Kami berdua terluka dan marah. Saya menemuinya di halaman depan, di dekat kolam, saat udaranya sejuk. Saat kami berdiri di luar, rasanya begitu damai. Kami berdua sama-sama berhati-hati pada awalnya. Saya membiarkan Ryan tahu bahwa saya mengasihinya dan bahwa saya sangat menyesali kata-kata yang saya ucapkan sehari sebelumnya. Dia meresponinya dan mengatakan bahwa dia juga menyesal dengan kata-katanya. Saya berkata padanya bahwa saya mau mendengarkan apa yang mau dia katakan, dan memintanya untuk melakukan hal yang sama terhadap saya. Saya berjanji padanya bahwa saya dan dia akan berusaha menyelesaikannya bersama-sama dan menghasilkan jawaban.

Satu jam berikutnya kami berbicara. Saya mengatakan kembali kepadanya tentang hal-hal positif yang telah dia lakukan. Dia mengatakan bahwa dia benar-benar merasa perlu untuk mendengarnya dari saya. Saya mendengarkan sementara dia menceritakan rasa frustasinya terhadap beberapa hal yang terjadi dalam hidupnya. Saya menjelaskan padanya bagaimana saya merasa tidak berdaya saat dia marah karena hal-hal kecil sementara saya tidak mengetahui apa yang salah. Saya memintanya untuk memberitahu saya kapanpun dia merasa disakiti sehingga saya bisa mendoakannya dan memberi semangat padanya. Dia memeluk saya dan memberitahu saya bahwa dia mengasihi saya. Kata-kata kemarahan dari hari sebelumnya terasa hilang begitu saja saat kami berdua duduk dan berbicara. Itu adalah konfrontasi terbaik yang pernah kami alami.

Seringkali, konfrontasi muncul sebagai ungkapan dari kemarahan yang akhirnya dapat membakar habis harapan dari komunikasi yang sehat. Ketika tekanan darah Anda menyentuh langit-langit kepala Anda, itu bukan saat yang terbaik untuk berkonfrontasi. Kata-kata Anda ucapkan saat itu bisa menghancurkan hubungan Anda dengan anak Anda lebih jauh daripada yang Anda sadari.

Pernyataan: "Mama saya tidak selalu mengucapkan kata-kata yang baik, dan saya benar-benar merasakan bagaimana kata-katanya itu mempengaruhi perasaan saya tentang diri saya sendiri." (Annie T., usia 18 tahun)

Biarkan anak remaja Anda mengetahui bahwa Anda akan berbicara dengannya ketika Anda dan dia sudah sama-sama tenang, daripada membuang waktu yang berharga untuk mengacaukan hubungan Anda dengannya karena kemarahan yang meledak. Percekcokan dan pertengkaran yang berkelanjutan akan semakin membuat jarak antara Anda dan anak remaja Anda, dan jarak ini akan semakin membuat Anda sulit mendekatinya, begitupun sebaliknya. Tapi jika Anda melalui proses konfrontasi dengan baik, Anda mempunyai kesempatan untuk melihat situasinya dari sudut pandang anak Anda dan mengenalnya dengan lebih baik.

Pernyataan: "Orangtua saya dan saya bertengkar hampir setiap hari. Paling tidak ketika kami bertengkar itu berarti saya tidak perlu mengijinkan mereka mendekat pada saya." (Eleanor T., usia 16 tahun)

Banyak orangtua merasa takut bahwa jika mereka memilih untuk melalui konfrontasi dengan baik dibanding menegakkan hukum, mereka akan kehilangan otoritas mereka. Ijinkan saya memberitahu Anda: Ketika Anda kehilangan kendali dan hubungan Anda sudah sampai pada tahap saling berteriak dan bertengkar, atau jika Anda harus menggunakan kekerasan fisik untuk membuat anak remaja Anda mematuhi kata-kata Anda, itu berarti Anda sudah kehilangan otoritas.
Halaman :
1

Ikuti Kami