Wawancara ekslusif dengan Pdt. Ir. Rahmat Manulang M.Sc:
"Kembali ke Visi dan Misinya yang Mula-Mula"
Setelah dipilih menjadi Ketua Umum DPP PDS hasil Munaslub (lanjutan), Rahmat Manulang bertekad untuk mengembalikan PDS ke relnya yang mula-mula. "Kita mau kembalikan PDS ke visi dan misinya yang mula-mula," kata alumnus IPB yang meraih gelar master dalam bidang Evaluasi Lahan dan pernah mengikuti S2 di STII dalam bidang Misiologi ini. Seraya menyembutkan beberapa keputusan DPP PDS periode sebelumnya yang dianggap menimbulkan kebingungan di konstituen PDS, Ketua Yayasan Berkat Indonesia dan mantan koordinator Jaringan Doa Nasional ini berjanji akan mendasarkan setiap keputusan PDS dalam semangat doa. "Selain menggunakan perimbangan rasional, kita akan tanya Tuhan sebelum mengambil keputusan," tukas suami dari Risma Tambunan yang pada Pemilu 2004 menjadi manajer kampanye PDS ini. Bagaimana sikapnya terhadap pemilihannya sebagai Ketua DPP PDS yang dianggap sempalan? Berikut bincang-bincangnya.
Ada upaya untuk melakukan rekonsiliasi dengan DPP Ruyandi?
Secara prinsip hal itu masih dijajaki terus. Kita berharap teman-teman yang memang masih ada di Pak Ruyandi bergabung bersama-sama untuk membangun PDS ini. Tapi, rekonsiliasi ini jangan jadi dagang sapi atau politik kekuasaan. Tapi, bagaimana agar PDS ini kembali kepada AD/ART hasil Munas I. Kalau mau kembali ke situ, mari kita bersama-sama besarkan PDS ke depan ini.
Kelihatannya ada dualisme kepemimpinan di DPP PDS?
Itu mungkin persepsi orang. Tapi kita kembali ke AD/ART dan menganggap Munaslub ini sebagai lembaga tertinggi, maka hasil Munaslub inilah yang akan menjadi dasar PDS ke depan. Karena itu kami melanjutkan pendaftaran ke Depkumham tadi pagi (Senin 23 April-red) untuk melaporkan hasil Munas.
AD/ART baru disahkan DPP PDS Tirtayasa kemarin (Kamis 19/4)?
Memang panitia ad hoc mau membaharui itu. Tapi floor tidak setuju. Tapi karena dipaksakan, maka terjadilah Munaslub lanjutan. Jadi hasil dari Munaslub (lanjutan) akhirnya adalah kembali ke AD/ART Munas I itu. Jadi yang Tim ad hoc itu sebenarnya sudah tidak berfungsi, karena memang tidak ada persetujuan dari peserta Munaslub.
Apa titik perubahan PDS yang Anda mau tawarkan?
Kita akan kembalikan PDS ke visi dan misinya yang mula-mula. Karena itu kita akan kembali melobi mereka yang pada 2002 dan 2003 mendukung kita, baik para pengusaha, maupun tokoh Kristen untuk kembali mendukung kita.
Respon mereka sangat positif. Ini memang suatu kesempatan untuk perbaikan citra PDS ke depan dengan kembali kepada visi, misi, dan nilai yang asli.
Anda mengatakan bahwa PDS sudah kehilangan misi, visi dan warnanya yang mula-mula?
Kelihatannya memang begitu. Antara lain, roh doa sudah hilang dari PDS. Juga, ada banyak keputusan yang oleh konstituen dianggap keblinger. Mereka bingung. Misalnya dalam hubungan dengan pilkada, banyak yang membuat konstituen kecewa. Anehnya, hal seperti itu terus dibiarkan bergulir, tanpa adanya kontrol atau upaya untuk menghentikannya.
Apa yang Anda mau lakukan dalam waktu dekat ini?
Pertama, kita mau meregistrasi dan membaharui data dari DPC dan DPW. Kita usahakan dengan pendekatan supaya tidak terjadi konflik di depan. Ini kan demokratisasi, jangan pakai preman, lalu ancaman dan sebagainya.
Sebelumnya Anda dekat dengan Ruyandi. Bagaimana hubungan pribadi Anda berdua sekarang?
Kamis kemarin kami masih makan malam bareng.
Anda mau mengarahkan PDS menjadi partai atau persekutuan doa?
Ya, tetap sebagai partai. Tapi, doa harus menjadi penyangga utama partai. Doa itu bukan seremonial, tapi nafas hidup. Kita mau agar setiap kader PDS punya hubungan intim dengan Tuhan. Kita mau supaya kehidupan doa itu menjadi suatu budaya agar setiap keputusan kita, kita tanyakan dulu pada Tuhan. Bukan pakai otak saja. Doa itu bukan hanya ngomong, tapi juga dengan tindakan. Itu nafas dari tindakan orang Kristen.
Anda tidak kaget, tiba-tiba harus memimpin PDS?
Saya bercermin pada kisah Musa. Lama sekali ia menjadi gembala domba. Kemudian dia terima tantangan untuk memimpin bangsanya. Saya melihat perjalanan hidup saya juga ke arah sana. Saya sudah 27 tahun melayani. Sejak masih SMA. 20 tahun lebih saya mendoakan Indonesia. Dengan situasi yang bergulir, saya dipilih. Bukan karena saya mempromosikan diri. Dengan kejadian ini, saya terima tanggung jawab ini untuk terlibat dalam bangsa ini. Ini jalan Tuhan yang diberikan bagi saya. Ini panggilan moral.
Anda akan terus bertahan, meski ada permintaan agar Anda menanggalkan jabatan ini karena dianggap tidak sah?
Prinsipnya kita tidak ingin mengejar kekuasaan. Kita juga tidak ingin menempati sesuatu dengan cara yang tidak benar. Kalau ada yang tidak diharapkan, saya siap cari alternatif lain. Yang kita perjuangkan ini adalah kebenaran, bukan kekuasaan.
Sumber : Reformata