Gengsi Mengaku Salah?

Career / 2 January 2005

Kalangan Sendiri

Gengsi Mengaku Salah?

yosefel Official Writer
5749

Malu dan takut kehilangan muka. Barangkali, begitulah yang dirasakan kebanyakan orang ketika harus mengakui kesalahannya. Apalagi, jika menyangkut nama baik divisi atau bahkan menyangkut reputasi perusahaan. Keengganan untuk meminta maaf, lebih banyak dialami atasan ketimbang staff, karena takut dianggap tidak cerdas, cemas dibilang tidak kompeten, atau khawatir jabatan lepas. Padahal, tidak seburuk itu kok.

Jangan Menunggu Disudutkan

Ketika membuat suatu kesalahan, ada dua pilihan yang mungkin dilakukan, melemparkan kepada orang lain atau segera mengakui dan memperbaiki kesalahan. Pilihan pertama tentu lebih mudah dilakukan. Dan, mungkin saja, secara tidak sadar sempat terlintas di benak anda. Namun, untuk melakukan pilihan kedua, rasanya cukup berat. "Selain karena malu dan kehilangan wibawa, banyak bos enggan mengaku salah karena gengsi. Anggapan bahwa atasan tidak boleh melakukan kesalahan itulah yang membuat mereka cenderung memutuskan untuk menyembunyikan kesalahan," kata Rima Olivia, konsultan Experd.

Sebenarnya, sejauh mana seorang atasan perlu mengaku salah pada bawahan? Rima memandang, hal ini perlu dilakukan jika kesalahan itu menyangkut pekerjaan anak buah atau merupakan kesalahan signifikan yang harus ditanggung bersama. Urusan mengaku salah inipun, menurut Rima, tidak berkaitan dengan tingkat besar kecilnya, melainkan lebih tentang dampak kesalahan itu terhadap pekerjaan anak buah. Mengakui kesalahan, segera setelah menyadarinya, akan jauh lebih baik daripada nantinya disudutkan. Sebab, jika terpaksa (atau dipaksa) mengaku setelah "dihujani" bukti-bukti bahwa andalah yang melakukan kesalahan, rasa malu yang anda tanggung akan makin besar. Lagipula, jika kabar tentang kesalahan itu sudah "beredar" cukup lama di antara anak buah, bisa jadi kesalahan itu tampak dibesar-besarkan. Sehingga, anda malah akan lebih sulit memberikan penjelasan yang sebenarnya.

Bicara Langsung Lebih Baik

Bisa jadi, jika mengakui kesalahan itu langsung di depan orang banyak, wajah anda akan memerah dan panas. Tapi, hal itu akan jauh lebih dihargai daripada jika anda melakukannya secara tertulis. Dengan bicara langsung, anda mendapat kesempatan melihat reaksi anak buah, sejauh mana kesalahan anda mengganggu mereka. Anda dapat mengurangi masalah kesalahpahaman terhadap kondisi yang ditimbulkan oleh kesalahan tersebut. Cara untuk menyampaikan pengakuan kesalahan itu cukup beragam. Jika perusahaan anda tidak mementingkan formalitas, barangkali sambil menikmati makan siang, anda bisa mengakui kesalahan anda. Tapi, jika kesalahan yang anda lakukan cukup serius dan perusahaan anda tergolong formal, Rima menyarankan agar anda mengadakan meeting khusus. Yang perlu dilibatkan dalam meeting tersebut adalah rekan kerja atau anak buah yang menjadi "korban" kesalahan anda.

Sampaikan pengakuan anda dengan tenang. Ungkapkan secara jelas, mengapa anda melakukan kesalahan tersebut. Usahakan agar nada suara dan kata-kata anda tidak mengandung nada defensif. Karena, sikap defensif itu akan menimbulkan kesan bahwa anda hanya melindungi gengsi, tanpa memikirkan kepentingan anak buah. Padahal, anak buah anda juga terkena dampak dari kesalahan tersebut.

Pelatihan Tidak Langsung

"Beberapa waktu lalu, saya mengambil keputusan ini karena sepertinya proyek ini tidak membutuhkan banyak dana. Namun, ternyata perkiraan saya salah. Untuk memperbaiki kesalahan ini, saya memerlukan bantuan masukan dari rekan-rekan semua." Begitulah kira-kira ucapan yang akan diterima oleh anak buah anda, sehingga pengakuan ‘dosa' anda tidak akan membuat mereka memandang anda rendah, bahkan akhirnya malah mengundang respek. Sikap yang bijaksana itu, menurut Rima, akan mendorong anak buah untuk melakukan hal yang sama, yaitu mengakui kesalahan pada atasan atau rekan kerja lainnya.

"Kejadian ini bisa menjadi coaching atau pelatihan secara tidak langsung. Jadi, sebagai atasan, anda dianggap bisa menjadi panuta yang baik, karena telah menunjukkan tanggung jawab." Jadi, rasanya tidak perlu lagi mengusung gengsi dan tidak mau mengakui kesalahan. Peraturan kuno yang menyatakan bahwa bos tidak bisa salah (jika bos salah, lihat kembali pada peraturan utama), sudah tidak berlaku lagi. Menjadi seorang bos juga merupakan suatu proses pembelajaran. Sehingga, jika anda melakukan kesalahan, itu sah-sah saja. "Yang jelas, karena bertindak sebagai atasan, yang juga mempunyai peran sebagai pemimpin, anda perlu menyadari bahwa kekuasaan atau otoritas anda tidak akan hilang, hanya karena anda mengakui kesalahan," kata Rima, menegaskan.

Halaman :
1

Ikuti Kami