Perlukah Anak-anak Melihat Sisi Baik dan Buruk Rumah Tangga?
Sumber: Google

Parenting / 27 January 2016

Kalangan Sendiri

Perlukah Anak-anak Melihat Sisi Baik dan Buruk Rumah Tangga?

Theresia Karo Karo Official Writer
3597

Apakah kita sadar bahwa hubungan dalam keluarga adalah hubungan yang dinamis? Semua pihak mungkin sudah berusaha keras untuk menciptakan kebagiaan, namun tetap saja masalah datang menghampiri.

Bagi mereka yang sudah memiliki anak, sebisa mungkin orang tua biasanya menutupi kesusahan mereka dari anak-anak. ‘Tidak ingin menyusahkan mereka’, biasanya menjadi alasan untuk tidak melibatkan anak-anak dalam masalah pasangan suami istri.

Sarah West penulis buku ‘Walking the Talk: A Parent's Guide on Intimacy and Healthy Relationships’ justru berpendapat sebaliknya. Menurutnya, orang tua perlu membiarkan anak-anak melihat sisi baik dan buruk dalam kehidupan berumah tangga.

Sarah yang juga sudah berkeluarga ini ingin agar anak-anaknya paham bahwa pernikahan bukanlah cerita dongeng yang selalu bahagia selamanya. Pada kenyataannya, suami istri harus berusaha memupuk rumah tangga mereka setiap harinya. Menurutnya, berikut 4 sisi buruk dan baik pernikahan yang perlu diperlihatkan kepada anak-anak:

Doa
“Kami mulai dengan doa sebelum makan, dimulai dengan suami saya. Tak lama kemudian anak-anak mau berdoa di meja makan. Sekarang, bagi anak-anak tidaklah aneh melihat kami, sebagai pasangan, berdoa mengenai hal-hal kecil,” ujar Sarah.

Bagi Sarah, langkah awal untuk anak-anak mengenal Allah adalah dengan berdoa. Teladan dari orang tua akan sangat membantu anak mengatasi perasaan ‘asing’ atau yang mereka anggap sebagai satu hal yang aneh. Dampak doa bersama tentu sangat menakjubkan bagi rumah tangga.

Pengambilan keputusan
Anak-anak perlu melihat orang tua berunding sebelum mengambil keputusan, besar maupun kecil. Bukan untuk melihat siapa yang menang atau kalah, namun untuk menunjukkan bahwa pada saat Anda dan pasangan berbeda pendapat, Anda masih bisa berkompromi. Sehingga anak-anak bisa mengerti arti dari kerja sama.

Berselisih
“Saya mempunyai teman yang mengidolakan perkawinan orangtuanya. Dia tidak pernah melihat mereka bertengkar atau berselisih pendapat. Ketika dia menikah, dia mempunyai pengharapan yang keliru terhadap suaminya. Ini menyebabkan ketegangan besar dan akhirnya perceraian,” ungkap Sarah.

Tidak salah bila anak-anak melihat Anda berdua kesal terhadap satu sama lain. Akan tetapi, ingat bahwa kekesalan ini bukan berarti saling pukul atau menghina. Hal ini jelas tidak pantas! Anak-anak justru trauma. Saat Anda berselisih dengan pasangan, ini adalah kesempatan Anda untuk mengajar mereka bagaimana menangani konflik decara dewasa dan penuh respek.

Menunjukkan kasih sayang
“Anak-anak saya tertawa dan menutup mata bila melihat saya dan suami berciuman, tetapi ada rasa senang di wajah mereka. Mereka tahu kami saling mencintai karena kami menunjukkannya bukan hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam tindakan”, jelasnya.

Dengan demikian anak-anak tahu bahwa sesudah menikah, mereka harus berusaha membina hubungan dengan pasangan. Meski tidak ada keluarga yang sempurna, tapi selalu ada kesempatan untuk keluarga bahagia.

Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.

Sumber : Keluarga/Jawaban.com | Theresia Karo Karo
Halaman :
1

Ikuti Kami