Tidak ada hal yang membahagiakan bagi seorang anak, selain bisa melihat orangtuanya hidup rukun dan dapat dekat dengan seluruh anggota keluarga. Perasaan inilah yang juga dialami oleh Delviana Olivita.
Kehangatan dan kasih sayang dari sang ayah, ia akhirnya terima setelah sang ayah mengalami kebangkrutan dalam usaha. Suasana ceria pun selalu melingkupi rumah dimana mereka tinggal.
Pada saat sang ayah belum bertobat, Delviana hanya bertiga saja – ia, kakak, dan ibu- yang pergi beribadah minggu. Namun, ketika sang ayah bertobat, jumlah mereka menjadi berempat.
Minggu 25 September 2011, seperti biasa keluarga ini pergi ibadah ke GBIS Kepunton, Solo. Dengan menggunakan sepeda motor dan kendaraan umum, mereka menuju ke lokasi gereja.
Sesampainya disana, gereja ternyata masih cukup sepi. Mengisi waktu yang ada, mereka berempat saling bercengkrama dengan antaramereka dan para jemaat yang duduknya berada dekat mereka.
Waktu yang ditunggu-tunggu tiba juga. Ibadah pada pagi hari itu pun dimulai. Diawali pujian dan penyembahan, para jemaat termasuk di dalamnya keluarga Delviana langsung antusias ikut memuji dan menyembah Tuhan. Ketika firman Tuhan dibagikan, mereka mendapatkan berkat luar biasa dari apa yang disampaikan oleh sang hamba Tuhan.
Singkatnya, ibadah minggu selesai. Seperti biasa, satu persatu jemaat meninggalkan ruangan tempat ibadah. Delviana pun ikut turun terlebih dahulu dengan jemaat yang lain, terpisah dari orang tua dan juga kakaknya.
Sesampainya di luar pintu gereja, terjadilah ledakan bom. Delviana yang berada tak jauh dari ledakan turut menjadi korban hari itu.
“Tak tahu kenapa, saya pun sudah jatuh bersandar gitu. Melihat ke atas gitu kok putih-putih semua. Lihat baju, kok baju kok kotor, hitam-hitam, banyak darah gitu. Kok pada histeris semua, tetapi saya ngerasa saya tuh tidak kenapa-kenapa, terutama kakak. Kakak tuh histeris bilang, ‘vivi, maaf vivi,”
“Saya spontan waktu itu lepas baju, membasuh muka anak saya,” ujar Sugianto, ayah dari Delviana Olivita.
“Saya rasanya tidak kenapa-kenapa, tapi saya ngerasa kok dingin kayak ada air terus. Tapi pas saya lihat gini, ternyata itu darah”
Delviana pun dibawa ke rumah sakit. Walau sempat sadar sejenak, begitu perempuan muda ini melihat lampu rumah sakit ia menjadi tak sadarkan diri.
Dalam masa pingsannya tersebut, ia ternyata menjalani operasi di bagian kepala. 40 jahitan lebih adalah bukti betapa dahsyatnya luka yang ia alami karena peristiwa ledakan bom itu.
Namun, puji Tuhan. Perlahan tapi pasti kesembuhan dan pemulihan dialami oleh Delviana.
Sekarang, keadaan Delviana benar-benar sehat dan ia bisa melakukan segala sesuatu seperti sedia kala.
Kepada tim Solusi, Delviana mengaku bahwa ia tidak membenci sang pelaku sedikit pun. Malah justru ia merasa iba dengan orang yang tewas pada saat peristiwa ledakan itu karena hidupnya hanya sebentar saja di dunia ini.
Lagi pula, lanjut Delviana, Tuhan saja sudah begitu mengasihi kita, masakkan kita menunjukkan tindakan yang berbeda kepada orang lain? Kalau Tuhan telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, itulah juga yang seharusnya kita tunjukkan kepada yang lain, ujarnya menutup kesaksian.
Sumber Kesaksian :