Kisah Nyata Relon Star Terjerumus Dalam Seks Bebas

Family / 23 August 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Relon Star Terjerumus Dalam Seks Bebas

Lestari99 Official Writer
64586

Relon Star, nama yang diberikan kepadanya karena Bekman, ayah Relon,  berharap satu waktu kelak Relon dapat menjadi star, yang artinya dapat memberikan cahaya kepada orang lain. Masa kecil Relon sangat bahagia karena kedua orang tuanya sangat memperhatikan Relon. Sejak saat itu Relon bertumbuh semakin dewasa.

Namun sejalan dengan waktu, hubungan Relon dengan kedua orang tuanya semakin renggang. Kesibukan ayah dan ibunya membuat Relon kesepian dan kehilangan kebersamaan dengan mereka. Relon mengingat suatu kejadian dalam hidupnya saat ia duduk di bangku SMA dan hendak meminjam buku ke rumah temannya. Relon melihat bagaimana akrabnya hubungan di antara temannya dengan ayahnya saat mereka mengobrol bersama. Relon tiba-tiba menjadi sakit hati dan menangis. Relon banyak mendapatkan prestasi di sekolahnya namun Bekman tidak pernah menunjukkan suatu apresiasi kepadanya. Kesibukan pekerjaan membuat perhatian Bekman kepada Relon menjadi berkurang. Relon merasa sangat kehilangan waktu bersama ayahnya. Begitu pula dengan ibunya, tidak pernah ada di rumah. Relon hanya bertemu dengan orang tuanya di malam hari, itupun seringkali Relon sudah jatuh tertidur.

Ketika bangun di pagi hari, Bekman tidak pernah mengajak Relon mengobrol sambil sarapan bersama. Hanya dua kalimat yang menjadi percakapan Relon sehari-hari dengan Bekman, ayahnya, "Pa, berangkat sekolah" dan "Selamat siang, pa" saat ia pulang sekolah.

Perlahan-lahan, kondisi rumah membuat Relon menjadi kesepian di rumah karena ketiga kakaknya yang lain sudah menikah dan meninggalkan rumah. Sampai-sampai Relon merasa hidup seorang diri, tidak mempunyai orang tua, tidak mempunyai ayah ataupun ibu. Relon pun mulai mencari hiburan dengan teman-temannya dan kelakuan Relon mulai berubah. Ia menjadi sering bolos ke sekolah, berlaku brutal dan mulai mengenal ganja. Putaw pun mulai dirambahnya. Relon merasa sepertinya semua kekesalan dan ke-bt-an yang dialaminya hilang. Relon mulai sering pulang pagi.

Kelakuan Relon membuat Bekman sering memarahi Relon. Tidak hanya sekedar marah, Bekman pun mulai sering memukuli Relon sambil membandingkan dirinya dengan kakak-kakak Relon yang lain. Relon pun mulai berontak karena Bekman selalu menekankan kalau dirinya adalah anak yang bandel, tidak seperti kakak-kakaknya yang lain. Relon hanya diam dan sepertinya menerima setiap perkataan Bekman, tapi sebenarnya di dalam hatinya Relon menyimpan kepahitan terhadap Bekman, ayahnya. Suatu saat nanti, Relon berniat membalas setiap perlakuan buruk yang diterimanya dari sang ayah. Relon berniat untuk hidup lebih parah lagi di hadapan ayahnya. Relon ingin menunjukkan kepada Bekman bahwa perlakuannya dengan memarahi dan memukuli dirinya tidak bisa mendidik anaknya supaya menjadi lebih baik.

Sampai akhirnya ibu Relon mulai sakit dan divonis menderita ginjal. Relon semakin memberontak karena jatah uang jajan yang biasa diberikan kepadanya semakin dibatasi. Memang biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan ibunya sangat besar, namun Relon hanya berpikir dia juga tetap membutuhkan uang itu untuk pergi bersama teman-temannya. Entah kenapa, Relon tidak pernah merasa kasihan melihat kondisi ibunya, melainkan yang ada pada dirinya hanyalah kebencian. Memang inilah yang seharusnya ibunya dapatkan karena selama ini terlalu mengekang dirinya. Relon tidak pernah mau menemani ibunya untuk cuci darah ke rumah sakit, malahan ia semakin sering pergi keluar rumah.

Dalam kesedihannya, putaw menjadi alat untuk memenuhi kebahagiaan dalam kehidupannya. Setiap kali Relon minta ijin untuk pergi bersama teman-temannya, Bekman tidak pernah mengijinkan Relon keluar dari rumah. Relon semakin memberontak dan membanting barang-barang yang ada di sekitarnya. Hilang kesabaran, Bekman langsung mengambil gantungan dari besi dan memukulkannya ke tubuh Relon. Jeritan kesakitan Relon tidak dihiraukannya. Relon merasakan kesakitan yang amat sangat sampai badannya meriang menahan sakit. Relon tak mampu menghentikan pukulan-pukulan Bekman. Caci maki yang tidak semestinya diucapkan seorang anak kepada orang tua pun dilontarkan Relon kepada ayahnya. Relon bahkan sampai mengutuk Bekman dan berniat meninggalkan ayahnya dan berkeinginan untuk tidak mengakui Bekman sebagai ayahnya lagi.

Pusing dan stress dengan keadaan di rumah, setiap hari Relon semakin banyak menikmati narkoba sampai akhirnya ia terjerumus melakukan seks bebas. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, telah membuat Relon menjerumuskan dirinya ke dalam dunia narkoba dan seks bebas selama betahun-tahun. Tak ada harapan sedikitpun dalam hidupnya, yang ada hanyalah keputusasaan yang mendalam.

Relon mulai merasa kotor dan jijik dengan dirinya sendiri. Relon mulai memikirkan masa depanya, membayangkan tidak mungkin ada pria yag bersedia menikah dengannya. Mulai terpikir bagaimana caranya agar hidupnya keluar dari kehidupan narkoba dan pergaulan bebas seperti ini. Namun Relon benar-benar merasa tidak mampu karena hidupnya bagaikan sebuah lingkarang yang sudah benar-benar menguasai hidupnya. Relon benar-benar sudah lelah dengan kehidupan yang ia jalani, tidak ada damai sama sekali.

Relon pun merencanakan untuk bunuh diri karena merasa tidak ada gunanya lagi untuk tetap bertahan hidup. Agar tidak merasakan sakit, Relon mulai menyileti tangannya sampai berdarah sambil mengkonsumsi narkoba. Namun entah mengapa,  silet yang dipakai Relon tiba-tiba saja berkarat. Di waktu yang sama di lain tempat, ternyata saudara-saudara Relon sedang mendoakan Relon. Kejadian silet berkarat membuat Relon mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.

Sampai akhirnya ibu Relon meninggal dunia. Relon tidak pernah menengok ibunya di rumah sakit sehingga ia tidak mengetahui kondisi ibunya sama sekali. Ketika Relon berniat menengok ibunya di ruang ICU, ternyata ibunya telah dipulangkan ke rumah karena telah meninggal dunia beberapa saat sebelumnya. Tidak ada setitik air mata pun yang menetes di pipi Relon, jiwanya penuh dengan pemberontakan. Sampai akhirnya ibunya dimakamkan, Relon sama sekali tidak menangis.

Bekman berusaha agar Relon berubah dan bertobat, tapi di saat yang bersamaan sikapnya yang otoriter dan kejam terhadap Relon tidak membuat Relon menjadi lebih baik. Tidak ada kasih sama sekali yang dapat Relon rasakan dan apa yang Relon temukan sehari-hari menjadi hal yang kontradiksi baginya. Bagaimana Relon dapat mengenal sosok Bapa di surga itu, karena Relon hanya dapat menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang otoriter, kejam sama seperti ayahnya.

Hidupnya semakin hancur. Bahkan ketika Relon dalam keadaan sekarat karena mengkonsumsi narkoba, teman-temannya membawa Relon pulang dan langsung meninggalkanya. Mereka takut dikejar-kejar oleh polisi jika Relon sampai meninggal dunia. Ketika sadar, Relon hanya mengikuti dorongan hatinya untuk mengambil sebuah buku, dan ternyata buku itu dalah sebuah buku yang berjudul "Rasa Tertolak". Relon ingat ia pernah mendapatkan buku itu sewaktu ia mengikuti retreat. Tidak tahu mengapa, Relon penasaran dan ingin membuka buku itu. Buku itu menjelaskan bahwa setiap manusia berharga di mata Allah. Kebenaran ini membuat Relon mulai membuka hatinya dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan sepenuhnya. Tuhan mengubah hatinya dan Relon yakin dirinya bisa menjadi anak yang menyenangkan hati orang tuanya.

Saat Relon akan tidur, tiba-tiba ia mendengar suara yang misterius. Suara itu berbicara seperti ini, "Anak-Ku, anak-Ku, berapa lama lagi Aku harus menunggumu?". Mendengar suara itu, Relon sangat kaget dan ketakutan karena Relon tidak mengerti suara apa yang didengarnya.

Pagi harinya ia menanyakan perihal suara tersebut kepada kakak iparnya. Kakak iparnya hanya menyarankan Relon untuk pulang ke rumah dan berdoa. Kalau memang suara itu dari Tuhan, kakak iparnya menyuruh Relon untuk meminta suara itu bicara lagi kepadanya. Relon pun mengikuti saran kakak iparnya tersebut. Sesampainya di rumah, Relon mempraktekkan saran dari kakak iparnya tersebut. Relon mengambil Alkitabnya yang ada di tumpukan buku dan tidak pernah disentuhnya lagi. Saat Relon membuka Alkitab tersebut, mata Relon langsung tertuju pada kalimat, "Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau."

Saat itu gambaran mengenai Bapa di surga berubah dalam pikiran Relon. Relon menangis. Bagi Relon, hal ini cukup membuktikan bahwa dirinya benar-benar diterima oleh Tuhan saat itu.

Relon akhirnya mengambil langkah berani di dalam keluarganya. Dia mengakui seluruh perbuatannya. Relon berkata semalam dia sudah bertemu Yesus dan saat ini ia mau menyerahkan hidupnya sepenuhnya buat Tuhan. Bekman hanya terdiam. Relon benar-benar berharap saat itu ayahnya akan mengucapkan sesuatu, namun ternyata Bekman hanya diam. Dan waktu itu, Bekman hanya mendatangi Relon dan langsung memeluknya. Bekman hanya sanggup mengatakan dua kata saja, "Thank you Jesus." Relon pun hanya bisa meminta maaf kepada ayahnya atas segala kesalahan-kesalahannya.

"Saya sangat mengasihi dia. Relon, saya pasti berbuat sesuatu yang salah kepadamu. Saya menyesal kenapa saya harus menghajar anak saya dengan pukulan. Padahal itu bertentangan sebenarnya dengan kebenaran firman Tuhan," ujar Bekman Sitompul mengingat titik balik pertobatan Relon.

Saat itu juga Relon mengambil komitmen dan memutar balik jalan hidupnya. Semenjak saat itu Relon sama sekali tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang lagi. Relon benar-benar merasakan ada suatu sukacita, beban yang selama ini menumpuk di hatinya jadi hilang. Yang Relon miliki saat in hanyalah Bekman, ayahnya, sehingga Relon benar-benar merasa agar semasa hidupnya yang sudah tua, Relon dapat menyenangkan hati ayahnya.

"Nama Star itu muncul kembali. Timbul, bahwa dia adalah Star," ujar Bekman dengan bangga.

Relon pun pada akhirnya bertemu dengan seorang pria yang mau menerimanya apa adanya. Bahkan, mewakili seluruh pria-pria yang pernah menyakiti Relon, ia meminta maaf kepada Relon dan rekonsiliasi pun terjadi di hati Relon.

"Saya mau menerima Relon sebagai istri saya. Waktu itu saya hanya berpikir saya juga bukanlah orang yang sempurna tapi Yesus mau mengampuni saya, Yesus mau menerima saya apa adanya. Demikian juga dengan Relon. Yesus saja mau merangkul dia, mengampuni dia, apalagi saya. Saya mau terima dia apa adanya," ujar Teddy Kurniawan, suami Relon saat ini.

Lengkap sudah kebahagiaan Relon. Dan dalam waktu dekat, Relon akan merilis sebuah buku yang menceritakan tentang perjalanan hidupnya.

"Saya bisa keluar dari narkoba ini karena saya menemukan rasa berharga terhadap diri saya," ujar Relon menutup kesaksiannya.

"Saya boleh tertawa, merasa sukacita. Saya berterima kasih kepada Tuhan Yesus yang sudah merubah anak saya," kisah Bekman.

"Tanpa pertolongan Tuhan, saya tidak akan mungkin bisa keluar dari lembah hitam tersebut. Dan ternyata jalan keluar itu hanya ada di dalam Yesus," ujar Relon penuh ucapan syukur.


Sumber Kesaksian:
Relon Star
Sumber : V130820160638
Halaman :
1

Ikuti Kami