Suatu waktu anak saya dirawat di rumah sakit. Tak disangka-sangka sepasang suami istri datang membawa segepok uang. Saya tidak mau menerima, karena tidak mau merepotkan mereka. Pikir saya, kasihan mereka pun punya anak-anak yang masih kecil dan baru memulai usahanya yang sudah beberapa kali gagal. Tapi mereka memaksa katanya, “Ini Tuhan yang suruh”
Akhirnya saya menerima dan berterima kasih berulang-ulang, “Okay kalau gitu. Tapi lain kali gak perlu ya,” kata saya.
Besoknya mereka datang lagi dan membawa uang yang lebih banyak lagi. Katanya sama, “Ini Tuhan yang suruh”
Kali ini saya menolak mentah-mentah. Saya pingin orang itu mikirin keluarganya dan tidak sembarang membagi-bagi uang. Meskipun bagi uangnya ke saya (hehehe…) Saya sungguh sudah menganggap mereka adik sendiri.
Mereka memaksa dan berkata, “Kami tidak bisa melawan Tuhan. Karena ini Tuhan yang suruh.”
Dalam usaha saya menolak, tiba-tiba saya mendengar suara dari dalam hati yang langsung menampar saya, “Kamu orang pelit!”
“Apa? Pelit?. Enyah kau, Setan! Saya lagi nolong orang ini supaya mikirin keluarganya.”
“Itulah tandanya kamu orang pelit” saya dengar suara itu lagi. “Ia melakukannya dengan tulus karena taat kepada suara Tuhan. Pernahkah kamu memberi seperti dia? Kalau kamu ada di tempatnya, apakah kamu akan melakukan hal sama? Atau kamu cuman mikirin diri sendiri dan keluargamu saja? Bukankah kamu tidak mau menerima karena ada rasa bersalah, karena kamu memang tidak pernah memberi seperti yang ia lakukan?”
Saya gemetar. Pasti ini bukanlah suara setan. Karena semua itu adalah kebenaran yang baru disingkapan kepada saya. Betapa munafiknya saya ini, dengan topeng ini membantu meringankan tapi sebenarnya saya pun sedang mencari jalan keluar dari tanggung jawab yang sama. Saya sadar, bahwa ada waktunya memberi dan ada waktunya menerima. Orang yang bisa menerima tanpa merasa bersalah dan penuh rasa syukur, adalah orang juga sanggup memberi dengan tulus dan signifikan.
Oya, by the way, memang sebenarnya saya butuh uang itu. Dan jumlahnya pas untuk membayar seluruh biaya rumah sakit.
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya (Pkh 3:1).
Penulis :
Pendidik, konselor dan penulis buku
www.nancydinar.com
Baca juga artikel lainnya :
Memperbesar Kapasitas: Belajar dari Daud
Anda Sedang Ditanam, Bukan Dikubur
Perluas Kapasitas Kita Hingga Jadi Sempurna
Sebuah Keputusan Yang Merubah Hidup
Yuk, kunjungi Superbookindo.tv dan mainkan berbagai game seru!
Share Kesaksianmu dan Dapatkan Hadiah Seru!
Sumber : Nancy Dinar