Menjadi Seorang Anak Bukan Jadi Kekanak-kanakan di Hadapan Tuhan
Sumber: Canva.com

Kata Alkitab / 1 October 2025

Kalangan Sendiri

Menjadi Seorang Anak Bukan Jadi Kekanak-kanakan di Hadapan Tuhan

Aprita L Ekanaru Official Writer
2025

Pernahkah Anda merasa bahwa untuk dianggap sukses dan dewasa, Anda harus menjadi orang yang paling kuat, paling tahu segalanya, dan paling tidak bergantung pada siapa pun?

Dunia sering mendikte bahwa kedewasaan identik dengan kekuasaan, pencapaian, dan kemandirian total. Namun, Yesus datang dengan sebuah paradigma yang membalikkan pemahaman kita tentang arti "terbesar" dan "terdalam". Dalam satu percakapan, Dia justru mengarahkan pandangan kita kepada sosok yang sering kita anggap lemah dan tidak berdaya, seorang anak. Apa sebenarnya makna di balik ajaran-Nya ini? Apakah kita disuruh menjadi kekanak-kanakan? Mari kita selidiki lebih dalam.

Dalam Matius 18:1-5, para murid mendatangi Yesus dengan pertanyaan yang mungkin juga sering terlintas dalam benak kita: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Mereka mungkin mengharapkan jawaban tentang hierarki spiritual atau kualifikasi khusus. Namun, tanggapan Yesus sama sekali di luar dugaan. "Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.'"

 

BACA JUGA:

Tuhan Beri Visi yang Mustahil? Jangan Panik, Andalkan Iman Anda

Kunci Kerajaan Surga, Apa Artinya Bagi Kita Hari Ini?

Perhatikan baik-baik kata-kata Yesus. Dia tidak berkata, "Jadilah kekanak-kanakan." Ada perbedaan yang sangat besar antara "menjadi seperti anak kecil" dan bersikap kekanak-kanakan. Sikap kekanak-kanakan sering merujuk pada ketidakdewasaan, egosentris, mudah marah, dan tidak bertanggung jawab. Itu bukanlah yang Yesus maksud.

 

Lalu, sifat anak seperti apakah yang dimaksud Yesus?


1. Ketergantungan dan Kepercayaan Penuh

Seorang anak kecil secara alami bergantung sepenuhnya pada orang tuanya untuk makanan, perlindungan, dan kasih sayang. Mereka tidak memusingkan apakah besok ada makan; mereka percaya saja. Inilah sikap hati yang Yesus kehendaki untuk kita miliki terhadap Bapa Surgawi kita. Menjadi "anak" dalam konteks ini berarti menyadari bahwa kita tidak bisa mengandalkan kekuatan, kepintaran, atau sumber daya kita sendiri. Ini adalah kerendahan hati untuk berkata, "Tuhan, aku butuh Engkau. Aku tidak bisa menjalani hidup ini tanpamu." Ini adalah fondasi iman yang sejati.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA>>

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami