Sebagai profesional Kristen yang aktif bekerja, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan untuk hidup sesuai iman, tidak terkecuali dalam hal keuangan dan integritas di tempat kerja. Salah satu ujian terberat adalah ketika atasan memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu yang salah, seperti memanipulasi laporan keuangan, mencatat pengeluaran yang tidak semestinya, atau melakukan kecurangan pajak. Situasi ini bukan hanya soal profesionalisme, tetapi juga soal iman kita kepada Tuhan.
Tuhan adalah Pemilik Segala Sesuatu
Sebelum memutuskan langkah apa yang akan diambil, penting untuk mengingat prinsip dasar Alkitab tentang keuangan. Mazmur 24:1 mengingatkan kita, "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya." Uang atau aset perusahaan yang kita kelola sejatinya adalah milik Tuhan yang dipercayakan untuk dikelola dengan jujur dan bertanggung jawab. Kita adalah penatalayan atau pengelola yang suatu hari akan mempertanggungjawabkan pengelolaan ini di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, menaati perintah yang melanggar prinsip kebenaran sama saja dengan mengabaikan kedaulatan Tuhan sebagai pemilik sejati. Integritas kita di hadapan Tuhan harus menjadi prioritas utama, melebihi rasa takut terhadap atasan atau keinginan untuk menyenangkan manusia.
Langkah Bijak Menolak dengan Hormat dan Teguh
Menolak perintah atasan memang tidak mudah dan penuh risiko. Namun, sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk menjadi bijaksana seperti ular dan tulus seperti merpati (Matius 10:16). Berikut adalah 3 cara bijak menolak permintaan yang tidak etis dari atasan menurut prinsip kebijaksanaan Alkitab:
1. Klarifikasi dengan Sopan
Terkadang, sebuah perintah bisa jadi merupakan kesalahpahaman. Mulailah dengan bertanya secara sopan dan hormat untuk mengklarifikasi maksud atasan. Pendekatan ini menunjukkan keseriusan Anda dalam bekerja, bukan sekadar pembangkangan.
2. Tawarkan Alternatif yang Benar
Setelah menjelaskan kekhawatiran Anda, langsung tawarkan solusi atau alternatif lain yang tetap mencapai tujuan perusahaan tanpa melanggar integritas. Ini menunjukkan bahwa Anda berada di tim yang sama dan peduli terhadap kesuksesan perusahaan, tetapi dengan cara yang benar.
3. Berkomitmen pada Integritas
Jika tekanan terus berlanjut, Anda mungkin perlu menyatakan komitmen pribadi Anda dengan rendah hati namun tegas. Hidup Anda adalah surat yang terbaca oleh semua orang (2 Korintus 3:2-3).
Bersandar pada Tuhan dalam Ketegangan
Menghadapi situasi seperti ini pasti menimbulkan ketakutan dan kecemasan, terutama mengenai masa depan karier. Ingatlah janji Tuhan dalam Amsal 10:9, "Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya." Tuhan menghargai integritas anak-anak-Nya. Serahkanlah kekhawatiran Anda kepada-Nya melalui doa. Mintalah hikmat dan keberanian, serta percayalah bahwa Dia yang memegang kendali atas hidup dan karier Anda.
Pada akhirnya, kesetiaan kita yang utama adalah kepada Kristus. Dengan menjadi terang dan garam di dunia kerja, khususnya dalam hal keuangan yang jujur, kita tidak hanya melindungi diri dan perusahaan dari kerugian, tetapi yang terpenting, kita memuliakan nama Tuhan dan menjadi kesaksian yang hidup bagi orang lain.
Sumber : Jawaban.com