3 Pilar Membangun Kepercayaan Menurut Ps. Jeffrey Rachmat
Sumber: JPCC Youtube

Kata Alkitab / 9 September 2025

Kalangan Sendiri

3 Pilar Membangun Kepercayaan Menurut Ps. Jeffrey Rachmat

Aprita L Ekanaru Official Writer
832

Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, persahabatan, maupun komunitas, kepercayaan adalah fondasi yang tidak tergantikan. Tanpanya, hubungan menjadi rapuh dan mudah goyah. Lalu, bagaimanakah kita membangun dan memelihara kepercayaan yang kokoh? Firman Tuhan memberikan prinsip-prinsip yang relevan, Ps Jeffrey Rachmat membaginya dalam tiga pilar:

 

1. Authenticity (Keaslian)

Pilar pertama adalah keaslian atau kejujuran. Alkitab sangat menekankan pentingnya menjadi pribadi yang autentik, tidak munafik, dan berintegritas. Tuhan Yesus sendiri dengan tegas mengecam kemunafikan, sebagaimana tercatat dalam Matius 23:27-28, yang menggambarkan orang-orang yang terlihat baik di luar tetapi di dalam penuh kepalsuan.

Menjadi autentik berarti hidup dalam terang, sebagaimana 1 Yohanes 1:6 katakan, "Jika kita katakan, bahwa kita bersekutu dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." Kepercayaan dimulai ketika orang melihat keselarasan antara perkataan dan perbuatan kita, serta ketulusan hati yang tidak berpura-pura. Integritas, yang adalah pondasi dari authenticity, membuat kita dapat dipercaya baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan.

 

2. Logic (Masuk Akal)

Pilar kedua adalah logic atau nalar. Ini berbicara tentang konsistensi, kemampuan, dan kesetiaan untuk menepati janji. Seseorang dapat dipercaya jika perkataannya masuk akal dan dapat diandalkan. Alkitab penuh dengan janji-janji Tuhan yang pasti dan tidak pernah gagal, seperti yang dinyatakan dalam Yosua 21:45, "Dari segala yang baik yang telah dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi."

Prinsip yang sama berlaku bagi kita. Amsal 25:19 mengingatkan, "Kepercayaan kepada orang yang tidak setia pada masa kesesakan adalah seperti gigi yang goyah dan kaki yang terkilir." Ketika kita konsisten dalam tindakan dan setia pada komitmen, kita membangun kepercayaan berdasarkan logika yang dapat diandalkan orang lain. Orang akan percaya karena mereka melihat track record yang baik dan pertimbangan yang bijaksana dari kita.

 

3. Empathy (Empati)

Pilar terakhir, dan mungkin yang paling berhubungan dengan hati, adalah empati. Kepercayaan tidak hanya dibangun oleh kejujuran dan konsistensi, tetapi juga oleh kepedulian yang tulus. Rasul Paulus menasihati dalam Roma 12:15, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" Ini adalah panggilan untuk turut merasakan (berempati) dengan perasaan orang lain.

Yesus Kristus adalah teladan utama empati. Ibrani 4:15 menegaskan bahwa kita tidak memiliki Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita, tetapi yang telah dicobai sama seperti kita. Ketika kita menunjukkan bahwa kita benar-benar peduli, mengerti, dan ingin terlibat dalam suka dan duka sesama, kita membangun jembatan kepercayaan yang sangat dalam dan kuat.

 

Ketiga pilar ini bukanlah sekadar teori, tetapi adalah prinsip kebenaran alkitabiah yang Tuhan tetapkan untuk hubungan kita dengan-Nya dan dengan sesama. Mari kita bertekun untuk menjadi pribadi yang dapat dipercaya, menjadi garam dan terang dunia dimulai dari fondasi yang kokoh ini.

 

BACA JUGA:

Jeffrey Rachmat Pensiun, Inilah Perjalanan Pelayanannya Selama 25 Tahun

5 Tokoh Alkitab yang Mengalami Krisis Kepercayaan

Sumber : Jeffrey Rachmat | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami