Pemerintah Indonesia resmi memulai pembangunan Basilika Santo Fransiskus Xaverius di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, pada 6 Juni 2025. Basilika ini menjadi bagian dari kompleks rumah ibadah lintas agama di IKN, yang dirancang sebagai simbol toleransi dan persatuan bangsa.
Mengapa Santo Fransiskus Xaverius?
Nama basilika ini dipilih untuk menghormati Santo Fransiskus Xaverius, seorang misionaris Jesuit asal Spanyol yang hidup pada abad ke-16. Ia dikenal sebagai pelopor penyebaran agama Katolik di Asia, termasuk di wilayah Nusantara seperti Maluku, Ternate, dan Halmahera.
Fransiskus Xaverius membaptis ribuan orang dan menerjemahkan doa-doa ke dalam bahasa Melayu, menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah misi Katolik di Indonesia. Karena jasanya, ia diangkat sebagai pelindung misi Katolik sedunia.
Makna dan Kontroversi
Basilika ini diharapkan mendapat status "basilika minor", sebuah gelar gerejawi khusus yang hanya dapat diberikan oleh Paus. Status ini menandakan pentingnya gereja dalam liturgi dan sejarah gereja Katolik.
Namun, penggunaan istilah "basilika" sempat menimbulkan diskusi teologis dan historis, karena status resmi dari Vatikan belum diumumkan pada saat peletakan batu pertama.
Fakta Proyek dan Kolaborasi
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian PUPR, Kementerian Agama, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Otorita IKN.
Toleransi dan Keadilan
Pembangunan basilika ini mengundang pertanyaan, "Apakah simbol toleransi di IKN akan diikuti kemudahan perizinan rumah ibadah di daerah lain?"
Uskup Agung Samarinda, Mgr. Yustinus Harjosusanto, menyebut basilika ini sebagai "simbol persatuan antarumat beragama". Namun, banyak pihak berharap bahwa bangunan megah ini tidak hanya menjadi simbol fisik, tetapi juga saksi iman dan keadilan sosial.
Pusat Ziarah dan Wisata Rohani
Jika status basilika minor disetujui Vatikan, gereja ini akan menjadi yang pertama di Indonesia. Selain sebagai tempat ibadah, basilika ini diharapkan menjadi pusat ziarah dan wisata rohani, menarik peziarah dari dalam dan luar negeri.
Pembangunan Basilika Santo Fransiskus Xaverius di IKN bukan sekadar proyek fisik, melainkan ujian nyata bagi toleransi dan kebebasan beragama di Indonesia. Apakah komitmen ini akan benar-benar terwujud di seluruh negeri? Hanya waktu yang akan menjawab.
Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com