Sidney Mohede telah lama menjadi nama yang tak asing di dunia musik rohani Kristen Indonesia. Dengan suara khas dan lirik yang menyentuh hati, perjalanannya sebagai penyanyi, penulis lagu, dan pendeta menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari masa kecil yang penuh tantangan hingga meraih pengakuan internasional, kisah hidupnya mencerminkan kasih karunia Tuhan yang bekerja melalui talenta dan ketekunan.
Masa Muda dan Awal Perjalanan Iman
Lahir di Jakarta pada 27 Maret 1973, Sidney menghabiskan masa remajanya di Los Angeles, Amerika Serikat. Di sana, ia menekuni pendidikan seni sambil menghadapi pergumulan pribadi, termasuk perceraian orang tuanya di awal 1980-an. Meski detail pertumbuhan imannya tidak banyak dipublikasikan, pengalaman hidup ini turut membentuk kedalaman spiritualitasnya.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Dekat Ps. Josia Abdisaputera dan Pelayanannya di Indonesia
Kembali ke Indonesia dan Memulai Pelayanan Musik
Tahun 1995 menjadi titik balik saat Sidney memutuskan pulang ke Indonesia. Ia segera terlibat dalam pelayanan gereja dan bergabung dengan kelompok musik rohani seperti Giving My Best (GMB) dan Voice of Generation (VOG). Di sini, bakatnya sebagai vokalis dan penulis lagu mulai terasah.
Namun, peran terbesarnya dimulai ketika ia bergabung dengan True Worshippers, yang kemudian berkembang menjadi JPCC Worship pada 2012. Bersama kelompok ini, Sidney menjadi salah satu tokoh kunci, tidak hanya sebagai worship leader, tetapi juga sebagai pencipta lagu-lagu pujian yang populer di Indonesia dan dunia.
Karier Solo dan Kolaborasi Global
Di luar pelayanan bersama JPCC Worship, Sidney merilis album solo perdana berjudul "Surrender" pada 1999. Album ini menjadi fondasi bagi karya-karya berikutnya, seperti "Better Days" (2008), "Louder Than Life" (2010), hingga "The Price of Grace" dan "The Victory of Grace" (2024).
Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com