Sejarah Kristen di Papua: Jejak Misi dan Peran Misionaris yang Mengubah Hidup Ribuan Orang
Sumber: Jawaban Channel

News / 12 March 2025

Kalangan Sendiri

Sejarah Kristen di Papua: Jejak Misi dan Peran Misionaris yang Mengubah Hidup Ribuan Orang

Claudia Jessica Official Writer
1378

Tahukah Anda bahwa Papua adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang menetapkan tanggal 5 Februari sebagai hari libur khusus?

Pada hari ini, umat Kristen di Papua berkumpul dalam ibadah syukur untuk memperingati awal mula penyebaran Injil di tanah mereka.

Tetapi, mengapa tanggal ini begitu istimewa dalam sejarah Kristen di Papua?

Kedatangan Misionaris Pertama ke Papua

Pada tanggal 5 Februari 1855, dua misionaris asal Jerman, Carl William Otto dan Johan Gottlob Geissler (dikenal sebagai Otto dan Geissler), tiba di Pulau Mansinam, dekat Manokwari.

Saat menginjakkan kaki di tanah Papua, mereka berdoa, "Dengan nama Tuhan, kami menginjak tanah ini."

Perjalanan jejak misi mereka tidaklah mudah. Mereka menghadapi tantangan besar, mulai dari kondisi alam yang berat, penyakit tropis, hingga penolakan dari masyarakat setempat yang masih memegang teguh kepercayaan animisme.

 

BACA JUGA: Sejarah Kristen di Jawa Barat: Jejak Misi di Tanah Pasundan

 

Namun, dengan penuh ketekunan, mereka mempelajari bahasa setempat, membangun hubungan dengan penduduk, serta memperkenalkan pendidikan dan pengobatan modern.

Selama tujuh tahun pelayanan mereka (1855–1862), Otto dan Geissler mendirikan sekolah, mengajarkan keterampilan bertani, dan menerjemahkan sebagian Alkitab ke dalam bahasa lokal agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

Sayangnya, Otto wafat pada tahun 1862 akibat malaria, sementara Geissler kembali ke Jerman pada tahun 1870.

Misi Berlanjut: Perkembangan Kekristenan di Papua

Walaupun awalnya hanya sedikit yang menerima Injil, upaya Otto dan Geissler menjadi dasar bagi perkembangan sejarah Kristen di Papua.

Pada tahun 1863, misionaris Belanda, Pendeta Johannes Ludwig Van Hasselt, datang untuk melanjutkan pelayanan mereka.

Ia menghadapi tantangan besar, termasuk gempa bumi dahsyat tahun 1864 yang menghancurkan banyak bangunan di Mansinam dan Manokwari.

Van Hasselt memiliki peran penting dalam bidang pendidikan dan sosial. Ia mendirikan sekolah pada tahun 1917 untuk melatih pemuda Papua menjadi guru.

Salah satu kontribusi besarnya adalah membebaskan anak-anak Papua dari perbudakan.

 

BACA JUGA: Sejarah Kristen di Pulau Sumba: Jejak Misi yang Mengubah Peradaban

 

Pada 1881, ia dan istrinya menebus seorang anak bernama Jonathan Arkis, yang kelak menjadi pengajar serta pemimpin Kristen di Papua.

Kemudian, pada 1898, seorang penatua dari suku asli Papua bernama Filipus diangkat sebagai pemimpin jemaat. Seiring waktu, komunitas Kristen pun semakin berkembang.

Beberapa tahun berselang, tepatnya 1905, jumlah orang yang dibaptis mencapai 150 jiwa. Angka ini terus meningkat hingga mencapai 80.000 jiwa pada 1938.

 

Halaman selanjutnya →

Sumber : YouTube Jawaban Channel
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami