Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang kaya akan budaya dan tradisi. Namun, di balik itu, wilayah ini juga menyimpan sejarah panjang tentang bagaimana Injil pertama kali diberitakan dan bertumbuh di tengah masyarakatnya.
Dari kedatangan para misionaris hingga terbentuknya Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan Gereja Kristen Indonesia (GKI), jejak misi ini menjadi bagian penting dalam sejarah Kristen di Indonesia.
Misionaris dan Awal Pekabaran Injil
Pekabaran Injil di Jawa Barat dimulai pada tahun 1863, ketika Lembaga Misi Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZV) mengutus tiga misionaris: S. Albers, D.V.D. Linden, dan J.E.Z. Graafuis.
Mereka melihat wilayah ini sebagai ladang subur untuk penginjilan dan dengan penuh semangat mulai menyebarkan kabar keselamatan.
Pada tahun 1870, NZV menambah tujuh misionaris lagi untuk memperluas pelayanan ke berbagai daerah seperti Cianjur, Cirebon, Bogor, Bandung, Sukabumi, Sumedang, Tasikmalaya, dan Tangerang.
Pelayanan yang terus berkembang ini akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1898, tercatat ada 2.260 orang yang telah menerima Yesus Kristus dan tergabung dalam 24 jemaat yang tersebar di berbagai wilayah.
BACA JUGA: 7 Tempat Bersejarah Kristen di Indonesia yang Wajib Kamu Kunjungi!
Bertumbuhnya Pemimpin Kristen Pribumi
Seiring berjalannya waktu, pelayanan gereja tidak lagi hanya bergantung pada misionaris asing.
Tahun 1917 menjadi momen bersejarah ketika seorang guru lokal bernama Titus ditahbiskan sebagai pendeta pribumi pertama dari suku Sunda.
Meskipun beliau meninggal beberapa bulan setelah pelantikannya, langkah ini membuka jalan bagi lebih banyak pemimpin rohani lokal.
Pada tahun 1934, sejumlah guru Injil pribumi lainnya juga ditahbiskan menjadi pendeta. Kehadiran pemimpin lokal ini menjadi bukti bahwa Injil semakin berakar dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat.
Selain melayani masyarakat Sunda, para misionaris NZV juga menjangkau komunitas Tionghoa peranakan di Bandung, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
Mereka menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar agar pesan Injil lebih mudah dipahami oleh berbagai kelompok etnis.
Jemaat Tionghoa yang telah menerima Kristus kemudian bergabung dengan jemaat Kristen Sunda dalam satu komunitas gereja.
Lahirnya Gereja Kristen Pasundan dan Gereja Kristen Indonesia
Perkembangan gereja semakin pesat, hingga pada 17 November 1934, jemaat yang sebelumnya dibina oleh NZV akhirnya menjadi gereja mandiri dengan nama Gereja Kristen Pasundan (GKP).
Di sisi lain, komunitas Tionghoa dalam pelayanan NZV juga mulai membentuk gereja sendiri. Tahun 1954, jemaat ini menjadi sinode tersendiri, dan empat tahun kemudian, mereka menamai gerejanya sebagai Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat (GKI Jawa Barat).
Pada akhirnya, GKI Jawa Barat bergabung dengan klasis-klasis lain di Pulau Jawa untuk membentuk sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI), yang hingga kini menjadi salah satu gereja besar di Indonesia.
Warisan Jejak Misi di Jawa Barat
Pekabaran Injil di Jawa Barat tidak hanya menghasilkan jemaat, tetapi juga berbagai lembaga pendidikan dan kesehatan.
Beberapa di antaranya adalah Universitas Kristen Maranatha, Rumah Sakit Immanuel Bandung, dan Rumah Sakit Bayukarta Karawang.
Keberadaan lembaga-lembaga ini menjadi bukti nyata bagaimana jejak misi terus memberikan dampak bagi masyarakat hingga saat ini.
Para misionaris ini mengingatkan kita bahwa panggilan untuk memberitakan Injil juga ditujukan kepada kita.
Biarlah sejarah kekristenan di Jawa Barat ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus melanjutkan tugas memberitakan Injil, membawa harapan, serta menciptakan kesatuan dalam keberagaman.
Sejarah Kristen di Indonesia lainnya bisa Anda baca di sini: Sejarah Kristen di Indonesia
Sumber : YouTube Jawaban Channel