Kapan Waktunya untuk Menuai?
Kalangan Sendiri

Kapan Waktunya untuk Menuai?

Lori Official Writer
      591

Shalom saudara. Di minggu yang luar biasa ini, kita mengkhususkan waktu untuk dengar-dengaran akan Firman Tuhan dari manapun itu sumbernya. Melalui renungan pagi ini, kita akan terus belajar tentang prinsip menabur sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

 

Ayat Renungan: Galatia 6: 9“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”

 

Kita mungkin punya pertanyaan, “Kalau aku menabur terus, kapan giliran untuk aku bisa menuai?” Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu kembali kepada Firman Tuhan. 

Tuhan mau kita belajar menunggu waktu untuk menuai dengan dua cara:

Pertama, baiklah kita menabur karena kita berbahagia. 2 Korintus 9: 7 berkata, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Kita perlu memberi dengan sukacita karena kita sudah menerima hadiah kehidupan yang tidak terhingga dari Tuhan.

Kedua, orang menabur hidup di dalam sukacita. Karena saat mereka menabur mereka percaya kepada siapa mereka benih itu ditabur. Dengan iman mereka percaya Tuhan akan melipatgandakan taburan itu. Sama seperti Abraham dia menabur imannya sekalipun tidak ada dasar untuk percaya.

Jadi dari kebenaran ini, kapan sebenarnya kita akan menuai? Firman Tuhan di Galatia 6: 9 berkata, “kita tidak boleh jemu.” Artinya, mari terus nantikan waktu Tuhan. Jangan menjadi putus asa dan bahkan memilih untuk tidak percaya. Karena sikap ini hanya akan membuat benih yang kita tabur menjadi busuk. Bahkan saat kita marah kepada Tuhan, benih-benih itu akan menjadi lapuk dan tidak menghasilkan. 

Mari tetap percaya, bersukacita dan berharap setiap taburan memberkati hidup orang lain. 

 

Action: Benih apa yang sudah Anda tabur dan tampaknya belum menghasilkan tuaian? Mari renungkan kembali renungan ini dan tetaplah percaya pada waktunya Tuhan.

 

© Maria Kaesmetan, Spiritual Life CBN Indonesia

Ikuti Kami