Pembelajaran Ini Membantu Lamniar untuk Memutus Rantai Trauma Masa Kecilnya
Sumber: dok. pribadi Jawaban.com

Family / 19 October 2024

Kalangan Sendiri

Pembelajaran Ini Membantu Lamniar untuk Memutus Rantai Trauma Masa Kecilnya

Lidya Dwi Apriliani Official Writer
146

Lamniar (34 tahun) setiap hari harus berjuang sendiri, bekerja di toko online sambil merawat putrinya, Kezia Silitonga, yang kini duduk di kelas 3 SD. Mereka tinggal di rumah kontrakan sederhana. Lamniar menghadapi masa-masa sulit tanpa dukungan dari keluarga maupun orang-orang terdekat.   

Tekanan hidup membuat Lamniar sering melampiaskan emosinya kepada Kezia. Ia mudah marah dan melakukan kekerasan fisik seperti memukul dan mencubit putrinya. Kezia pun tumbuh menjadi anak yang tertekan dan sering merasa takut. Saat di sekolah, ia merasa minder karena sering dibandingkan dengan anak-anak lain yang mendapatkan perhatian penuh dari orang tua mereka.   

Namun, hidupnya mulai berubah setelah mengikuti program The Parenting Project di GBI Efata Sampali. Program ini menghadirkan 7 sesi pertemuan yang dipandu oleh fasilitator. 

BACA JUGA : Menjadi Orangtua dengan Tidak Mewariskan Luka Masa Kecil ke Anak

Saat menonton salah satu video dalam kegiatan tersebut, Lamniar menangis terisak, menyadari kesalahan besar dalam mendidik Kezia dengan kekerasan, bukan kasih sayang.   

“Saya jadi menyadari apa yang saya lakukan saat ini pada anak adalah bawaan dari bagaimana saya diperlakukan di masa kecil. Makanya saat saya belajar ilmu parentingnya, saya sampai menangis...” ungkap Lamniar.  

Sejak kecil, Lamniar tinggal bersama opungnya dan tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Opungnya mendidik dengan cara yang keras, hampir seperti disiplin militer. Kata-kata kasar dan menyakitkan sering ia terima, meninggalkan luka mendalam yang masih membekas hingga kini.  

SELANJUTNYA BACA DISINI >>>

Tanpa disadari, pola kekerasan yang dialaminya turut memengaruhi cara Lamniar mendidik anaknya. Setiap kali anaknya melakukan kesalahan, ia melampiaskan emosinya melalui kekerasan. “Karena kekerasan yang saya terima, tanpa saya sadari saya lakukan juga ke anak. Ketika anak melakukan kesalahan, saya selalu pakai kekerasan. Karena kalau nggak mencubit atau nggak memukul itu rasanya nggak puas...” tambahnya.  

Selain itu, ia mengungkapkan bahwa kurangnya kasih sayang di masa kecil juga berdampak besar pada pilihannya dalam membangun hubungan.  

“Dampak lainnya yang saya rasakan setelah tidak mendapatkan kasih sayang orangtua sejak kecil adalah saya salah pilih pasangan. Dan inilah yang menjadi pergumulan saya hingga sekarang. Saya akan berusaha hadir untuk anak saya, agar di masa depan ia tidak merasakan apa yang saya rasakan...” 

BACA JUGA : Hal Ini Membantu Ibu Susan untuk Jadi Teladan Bagi Anak-anaknya

Lamniar pun berkomitmen untuk belajar dan memperbaiki pola asuhnya. Ia berjanji akan mengubah cara mendidik Kezia dengan lebih sabar dan penuh cinta, mengikuti modul yang dipelajari dalam The Parenting Project. Lamniar ingin memberikan kebahagiaan dan rasa aman kepada putrinya agar Kezia dapat tumbuh dengan percaya diri dan tidak memiliki trauma yang sama sepertinya.  

“Jadi sekarang ini saya mulai punya kesadaran, ketika saya marah, saya berusaha menjauh dari anak dan mengontrol emosi saya.” 

Perlahan, perubahan pun mulai terlihat. Lamniar mulai mendampingi Kezia dengan lebih baik. Kezia juga semakin percaya diri, terutama ketika ia merasa dihargai dan dicintai. Sebab kehadiran ibunya adalah hal yang paling penting buat Kezia saat ini. 

Program The Parenting Project memberi Lamniar kesempatan untuk memutus rantai trauma yang membelenggunya selama ini. Meski perjalanan ini masih panjang, Lamniar bersyukur kepada Tuhan dan CBN Indonesia karena kini ia bisa belajar menjadi ibu yang lebih baik bagi Kezia.   

Lamniar sudah mau mengubah pola asuh demi masa depan anaknya, sekarang giliran Anda mengambil tindakan untuk memperbaiki masa depan generasi dengan menonton video berikut ini! 

 

 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami