Takut Mati Karena HIV, Namun Ini Diteguhkan Karena Dukungan Ini - Dandi
Sumber: Jawaban.com

Milenial / 18 October 2024

Kalangan Sendiri

Takut Mati Karena HIV, Namun Ini Diteguhkan Karena Dukungan Ini - Dandi

Lori Official Writer
233

Dandi, anak muda 25 tahun ini, harus mengalami pelecehan dari orang terdekatnya sejak berusia 7 tahun. Trauma tersebut terus berlanjut ketika ia duduk di bangku SMA dari sesama teman laki-lakinya.

Merasa tak nyaman dengan perlakuan di asrama, Dandi memilih putus sekolah sejak kelas 1 SMA. Sejak saat itu, Dandi ikut bekerja bersama teman-temannya di salon dan mulai terjerumus ke dalam penyimpangan seksual menjadi seorang gay. “Saya keluar dari kelas 1 SMA karena tidak tahan dengan situasi di asrama. Di salon, saya mulai menjalani kehidupan sebagai gay,” ujar Dandi.

Dandi terus bergelut di tengah kehidupan sebagai gay selama 8 tahun. Hingga di tahun 2021, ia harus menerima kenyataan dirinya terjangkit virus HIV. “Di Makassar sudah zona merah (HIV/Aids). Banyak orang yang meninggal karena HIV. Saya bertemu dengan orang (penderita HIV), dan akhirnya saya terjangkit dari situ," ceritanya.

Pertama kali tahu jika dirinya terjangkit berawal dari kondisi kesehatannya yang semakin menurun. Ia mulai mengalami batuk dan kondisi kemerahan di bagian tubuhnya. Saat itulah ia mulai merasa takut karena tak sedikit kasus HIV yang ia dengar berujung pada kematian.

Di tengah kondisi yang semakin drop, Dandi menemukan tayangan Solusi di Facebook. “Saya lagi drop dan bingung. Lalu masuk ke beranda Facebook dan melihat kesaksian orang-orang yang terinfeksi HIV. Apa yang ditayangkan hampir sama dengan yang saya alami," cerita Dandi. Melalui tayangan Solusi, Dandi merasa menemukan harapan dan melalui video ia melihat nomor Layanan Doa dan Konseling dari CBN yang mendorongnya untuk menghubungi. “Saya ceritakan apa yang saya alami dan didoakan. Saya butuh doa dan arahan untuk solusi yang baik,” ungkap Dandi.

Dengan bimbingan konselor, Dandi menyadari bahwa penyakitnya bukanlah akhir segalanya. Ia mulai menerima dirinya, dibimbing untuk lepas dari penyimpangan yang ia alami dan terus berdoa meminta kekuatan dari Tuhan. “Tidak mudah untuk saya melakukan apa yang disampaikan karena lingkungan pergaulan di sini. Tetapi saya mencoba dan berdoa supaya saya dimampukan,” ujar Dandi. 

Dukungan demi dukungan terus diberikan kepada Dandi. Komunitas gereja yang diperkenalkan oleh Layanan Doa dan Konseling CBN, membuat Dandi merasa diterima dan didukung sebagai penderita HIV. Perlahan, ia akhirnya bisa menerima kondisi yang ia alami, bahkan setelah ia ikut bergabung di dalam satu komunitas penderita HIV, yang semakin menguatkannya bahwa dia tidak sendiri.

Kini, Dandi terus berjuang melawan penyakit yang ia derita. Meski dalam kondisi sakit, ia terus berjuang menyambung hidup dengan membuka usaha potong rambut (Barbershop) dan Tuhan selalu mengirimkan pelanggan yang datang. 

Dandi bersyukur melalui Layanan Doa dan Konseling CBN, kini ia bisa berdoa dan mengandalkan Tuhan. “Jadi kalau lagi drop, berdoa mengandalkan Tuhan dan dipertemukan dengan orang yang membantu.” 

Ia juga berterima kasih bisa bertemu dengan Layanan Doa dan Konseling CBN, yang telah mau mendoakan dan membantu. Ia berharap hidupnya bisa menjadi berkat untuk orang lain.

 

Setiap 24 jam dalam sehari, CBN melayani ratusan orang yang membutuhkan dukungan doa dan bimbingan setelah menyaksikan program media kami. Dandi adalah salah satu yang telah kami layani dan telah diberkati oleh doa yang ia butuhkan. 

Mari bagikan kesaksian ini kepada orang-orang terdekat Anda agar mereka ikut diberkati.

Halaman :
1

Ikuti Kami