Menurut tradisi gereja menyatakan bahwa Rasul Petrus adalah Paus pertama, yang memiliki peran penting dalam sejarah kekristenan. Untuk memahami lebih dalam mengenai hal ini, penting untuk memahami siapa Paus itu, sejak kapan istilah Paus muncul, dan mengapa Rasul Petrus dianggap sebagai Paus pertama, serta bagaimana perannya dalam memimpin gereja mula-mula.
Secara etimologis, istilah "Paus" berasal dari kata Latin "Papa," yang berarti ayah atau bapak. Paus adalah pemimpin tertinggi dalam Gereja Katolik Roma dan dianggap sebagai penerus Rasul Petrus. Fungsi Paus adalah sebagai pemimpin spiritual yang memberikan bimbingan doktrinal kepada umat Katolik dan berperan sebagai simbol persatuan dalam iman Katolik di seluruh dunia.
Istilah Paus mulai digunakan secara resmi sekitar abad ke-4 Masehi, meskipun peran kepemimpinan dalam gereja sudah ada sejak zaman para rasul. Pemimpin gereja-gereja di Roma, yang dianggap sebagai pusat iman Kristen awal, secara bertahap mulai mendapatkan gelar Paus karena peran pentingnya dalam menjaga ajaran gereja dan memimpin umat dalam hal-hal spiritual.
Rasul Petrus memiliki peran kunci dalam gereja mula-mula, khususnya dalam pertumbuhan dan penyebaran Injil. Setelah kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, gereja mula-mula mulai terbentuk di Yerusalem, yang pada saat itu menjadi pusat kegiatan para rasul (Kisah Para Rasul 2:1-4).
Petrus, bersama dengan rasul-rasul lain, memimpin gereja mula-mula selama sekitar 15 tahun, sebelum ia kemudian berpindah ke Roma untuk melanjutkan pelayanannya di sana.
Dalam Kisah Para Rasul 2:14-41, Petrus menyampaikan khotbah pertamanya yang menggerakkan ribuan orang untuk percaya kepada Yesus Kristus. Ini menegaskan peran pentingnya sebagai pemimpin dalam penyebaran ajaran Yesus.
Dia juga memainkan peran besar dalam keputusan-keputusan penting yang diambil oleh gereja mula-mula, termasuk dalam Konsili Yerusalem (Kisah Para Rasul 15), yang membahas bagaimana orang non-Yahudi bisa menjadi bagian dari gereja tanpa harus menaati hukum-hukum Yahudi secara penuh.
Menurut tradisi gereja dan beberapa sumber sejarah, Rasul Petrus pergi ke Roma karena Roma dianggap sebagai pusat kekaisaran Romawi dan pusat kehidupan dunia saat itu. Mengingat signifikansi Roma sebagai kota terbesar di dunia pada zaman itu, memiliki komunitas Kristen yang kuat di sana sangat penting untuk penyebaran Injil.
Walaupun Alkitab tidak secara eksplisit menyebutkan perjalanan Petrus ke Roma, catatan sejarah dari para penulis gereja awal memberikan bukti bahwa Petrus menghabiskan akhir hidupnya di Roma. Salah satu catatan penting berasal dari Eusebius, seorang sejarawan gereja abad ke-4, yang mencatat bahwa Petrus datang ke Roma dan melayani di sana sebelum akhirnya dihukum mati.
Eusebius mengutip sumber yang lebih tua, yaitu Clement dari Alexandria, yang menyatakan bahwa Petrus disalibkan di Roma, bahkan secara tradisi disalibkan dengan posisi terbalik, karena Petrus merasa tidak layak mati dengan cara yang sama seperti Yesus.
Sumber lain, seperti surat 1 Clement, yang ditulis sekitar akhir abad pertama, juga menunjukkan bahwa Petrus mengalami kemartiran di Roma. Surat ini ditulis oleh Clement, Uskup Roma, yang memperkuat klaim bahwa Petrus mengakhiri hidupnya di Roma sebagai martir.
Roma menjadi pusat utama pertumbuhan gereja pada masa itu, dan dengan Petrus di sana, ia memainkan peran kunci dalam membangun dan memperkokoh komunitas Kristen di jantung kekaisaran Romawi. Untuk mengenal lebih dekat tentang Rasul Paulus, baca : FaktaAlkitab – Seri Kisah Murid-murid Yesus dan Kematian Mereka, Rasul Petrus.
Tradisi gereja Katolik mendasarkan keyakinannya pada ayat-ayat Alkitab yang mendukung peran Rasul Petrus sebagai pemimpin pertama dari komunitas orang percaya. Dalam Matius 16:18, Yesus berkata kepada Petrus, “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.” Ayat ini sering dianggap sebagai dasar teologis yang menunjuk pada otoritas Petrus untuk memimpin gereja.
Selain itu, dalam Yohanes 21:15-17, Yesus tiga kali memerintahkan Petrus untuk “gembalakan domba-domba-Ku.” Perintah ini dipahami sebagai mandat bagi Petrus untuk menjaga dan memimpin umat percaya. Tradisi ini berkembang menjadi keyakinan bahwa para Paus adalah penerus spiritual dari Rasul Petrus, yang memegang peran utama dalam kepemimpinan gereja.
Paus Fransiskus merupakan Paus ke 3 yang mengunjungi Indonesia, sebelumnya Paus Paulus VI berkunjung pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada kali ini memiliki makna mendalam bagi umat Katolik, Kristen, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, kehadirannya di negara mayoritas Muslim ini menunjukkan perhatian dan kasih bagi semua umat.
Bagi umat Katolik, kunjungan ini menjadi momen bersejarah, simbol persatuan, dan penguatan iman. Bagi umat Kristen secara umum, kunjungan ini bisa menjadi refleksi akan pentingnya persatuan iman meskipun berbeda denominasi.
Lebih luas lagi, kehadiran Paus Fransiskus merupakan tanda dialog antaragama serta penghargaan terhadap pluralitas di Indonesia, sekaligus ajakan memperkuat nilai kebersamaan, toleransi, dan persatuan sesuai dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Bagaimana dengan Anda, apa kesan Anda tentang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia? Apakah menurut Anda kunjungan ini dapat memperkuat kerukunan dan dialog antaragama di negeri kita? Kami mengundang Anda untuk membagikan kesan dan pemikiran Anda tentang kunjungan bersejarah ini di kolom komentar.
Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti