Kisah Prita Laura Berdoa Mau Cepat Mati Supaya Bertemu Lagi dengan Marthin Saba
Sumber: YouTube Jawaban Channel

Milenial / 4 September 2024

Kalangan Sendiri

Kisah Prita Laura Berdoa Mau Cepat Mati Supaya Bertemu Lagi dengan Marthin Saba

Claudia Jessica Official Writer
1442

"Karena doa saya setiap hari adalah ingin cepat mati. Saya ingin bertemu Marthin."

Kalimat ini keluar dengan begitu lirih dari Prita Laura. Sebuah kalimat yang penuh dengan rasa kehilangan mendalam dan cinta yang begitu dalam untuk suaminya, Marthin Saba.

Kesaksian ini bukan sekedar tentang kematian orang yang sangat dikasihi, melainkan tentang cinta, kehilangan, dan perjalanan untuk menemukan makna hidup kembali di tengah kegelapan. Prita Laura adalah seorang wanita yang begitu mencintai suaminya, Marthin Saba.

Mereka menikah dengan sebuah janji yang berbeda dari janji pernikahan pada umumnya. "Mencintai itu bukanlah rasa, tapi sebuah keputusan," begitu konsep cinta yang mereka sepakati bersama.

 

 

BACA JUGA: Tuhan Ambil Semua yang Saya Miliki Sampai Saya Jijik Sama Tubuh Sendiri – Maria Christina

 

Tembok yang dituliskan janji pernikahan di kamar mereka, menjadi saksi cinta mereka yang begitu besar, sebuah keputusan untuk menerima satu sama lain apa adanya dan membiarkan Tuhan bekerja di dalam diri mereka untuk menjadi pasangan yang lebih baik.

Marthin dan Prita memiliki sebuah ritual yang mereka sebut sebagai "pillow talk", sebuah momen sebelum tidur di mana mereka akan berbicara dari hati ke hati, berbagi cerita, saling berpelukan, dan merasakan kehadiran satu sama lain. Meskipun sibuk, keduanya selalu menyempatkan waktu untuk menghabiskan quality time.

Pasangan ini juga merupakan pejuang dua garis biru. Selama 14 tahun membina rumah tangga yang bahagia meski tanpa kehadiran anak, Prita dan Marthin begitu bahagia.

 

 

BACA JUGA: Kisah Nyata Prita Laura Dan Iman Menunggu Sang Buah Hati

 

Namun, kebahagiaan itu mendadak sirna.

Tanpa tanda, tanpa firasat, Marthin tiba-tiba merasa sakit dan seketika berpulang. Dunia Prita runtuh seketika. Tanpa kata terakhir, tanpa perpisahan, dia kehilangan sosok yang sangat dicintainya.

Dalam kesedihannya, Prita mengalami berbagai fase duka yang sangat intens. "Saya marah luar biasa sama Tuhan," ujarnya. Dia merasa ditinggalkan sendirian, tanpa suami, tanpa anak, dan tanpa alasan yang jelas.

Rasa kehilangan itu begitu mendalam sampai merasuki fisiknya, membuat tubuhnya sakit karena luka batin yang begitu dalam. Setiap sudut rumah mereka mengingatkan Prita pada Marthin. Bahkan sikat gigi Marthin yang masih berada di tempat yang sama menjadi saksi bisu kesedihan yang tak kunjung reda.

Prita pun sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun, satu hal yang menahannya adalah keyakinannya bahwa jika dia mengakhiri hidupnya sendiri, dia tidak akan bertemu Marthin di surga.

 

 

BACA JUGA: Dokter Vonis Aku Gak Bisa Punya Anak, Kesaksian Pendeta Elisheba Soetopo

 

"Saya tidak bunuh diri karena saya berpikir kalau saya bunuh diri saya enggak akan ketemu Marthin," ungkapnya. Sebuah pemikiran yang sederhana namun kuat, yang menahan Prita dari tindakan yang lebih jauh.

Seiring waktu, Prita mulai menemukan kekuatannya kembali melalui hubungannya dengan Tuhan.

"Saya sering kali Worship juga enggak bisa nyanyi, cuma diam doang," katanya.

Pada momen itulah Prita akhirnya menemukan kembali bahwa menyembah Tuhan membuka jalur komunikasi yang kuat dengan surga.

Tuhan memberikan kekuatan melalui waktu-waktu penyembahan itu. Dia menyadari bahwa di tengah kesendiriannya, Tuhan tetap hadir di sampingnya, memberikan kekuatan yang dia butuhkan untuk terus berjalan.

 

 

BACA JUGA: Memaafkan Pelaku yang Telah Mengambil Nyawa Anakku

 

Prita belajar bahwa kehilangan bukanlah akhir dari segalanya. "Semua yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita termasuk kehilangan orang yang kita kasihi itu Tuhan izinkan untuk kemudian memberikan rencana yang terbaik bagi kita," tuturnya.

Meskipun dia mungkin tidak mengerti rencana Tuhan saat ini, dia percaya bahwa suatu hari nanti, semua akan menjadi jelas. Yang paling penting, dia menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya, dan dia bertekad untuk tidak kehilangan dirinya dalam kepahitan terhadap Tuhan.

Melalui kisah ini, Prita mengajak kita semua untuk tetap percaya bahwa di setiap perjalanan yang berat, Tuhan selalu ada, menuntun dan menopang kita dengan kasih-Nya yang tak berkesudahan.

Kesaksian Prita Laura

 

Sumber : Solusi TV
Halaman :
1

Ikuti Kami