Pdt.Andreas Yewangoe: Kebebasan Demokrasi Perancis Kadang Kebablasan
Sumber: CBN

News / 7 August 2024

Kalangan Sendiri

Pdt.Andreas Yewangoe: Kebebasan Demokrasi Perancis Kadang Kebablasan

Puji Astuti Official Writer
584

Pembukaan Olimpiade Paris mencatat sejarah baru bukan karena kemegahannya atau kesatuan hati yang menyentuh dunia saat para atlet bersatu, melainkan karena kontroversi yang memicu reaksi keras dari umat Kristen di seluruh dunia. Adegan tiruan Perjamuan Terakhir Yesus yang diperankan oleh komunitas LGBT mengundang kecaman luas, dianggap melecehkan agama Kristen. 

Dalam upacara pembukaan yang diadakan oleh Prancis, adegan yang meniru lukisan legendaris Leonardo Da Vinci, dengan figur transgender sebagai Yesus dan diiringi oleh model transgender serta penyanyi telanjang yang menyerupai Dionisus, memicu kontroversi. Uskup Agung Charles Juna, pejabat tertinggi umat Katolik di Malta dan pejabat kantor doktrin di Vatikan, mengungkapkan kesedihan dan kemarahan atas tindakan tersebut. 

Pihak penyelenggara dari Prancis, dalam konferensi pers, meminta maaf jika ada yang merasa tersinggung. Artistic director, Thomas Jolly, menjelaskan bahwa niatnya adalah mengirimkan pesan cinta dan tidak berniat menciptakan sesuatu yang subversif atau mengejek. 

Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, memberikan pandangannya mengenai peristiwa tersebut dalam acara Cahaya Bagi Negeri.  

Menurutnya, permintaan maaf yang disampaikan oleh pihak penyelenggara lebih merupakan formalitas daripada ungkapan penyesalan yang tulus. Ia menilai bahwa kebebasan yang diperjuangkan oleh Prancis telah kebablasan hingga mengabaikan tanggung jawab untuk memperhatikan perasaan umat beragama. 

"Perancis adalah negara dengan tradisi demokrasi yang sangat kuat dan kadang kebablasan dalam interpretasi kebebasan mereka. Kebebasan harus disertai tanggung jawab dan memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam hal ini, mereka tidak memperhatikan perasaan umat Kristen," jelas Pendeta Andreas. 

Ia juga menekankan pentingnya umat Kristen untuk bersikap tegas namun terukur dalam menanggapi kontroversi ini. Menurutnya, gereja harus menjelaskan prinsip-prinsip kekristenan dengan cara yang humanis dan sopan, tanpa memberikan panggung lebih bagi mereka yang melecehkan. 

BACA JUGA: 

Upacara Pembukaan Olimpiade 2024 Mendapatkan Kritikan Tajam

Panitia Olimpiade Minta Maaf Atas Kontroversi Tiruan 'Perjamuan Terakhir'

"Kita perlu menjelaskan kepada mereka prinsip-prinsip kekristenan bahwa Perjamuan Terakhir adalah sesuatu yang sangat penting dan hampir menjadi inti dari identitas kekristenan. Namun, kita juga tidak perlu memberikan panggung lebih bagi mereka dengan terlalu banyak respons yang berlebihan," tambahnya. 

Pendeta Andreas mengingatkan bahwa peran gereja dalam menghadapi isu-isu seperti ini adalah dengan memberikan penjelasan yang jelas dan sopan, mengutip 1 Petrus 3:15 sebagai pegangan: "Hendaklah kamu senantiasa siap sedia untuk memberi pertanggungan jawab terhadap setiap orang yang bertanya kepadamu tentang pengharapan, tetapi dengan lemah lembut dan sopan." 

Kontroversi pembukaan Olimpiade Paris ini menjadi momen penting bagi umat Kristen untuk bersatu dan menyatakan sikap dengan tegas namun tetap menjaga prinsip kekristenan yang mengutamakan cinta dan perdamaian. Gereja dan pemimpin gereja diharapkan siap untuk menghadapi perkembangan zaman dan berbagai pandangan yang ada, sambil tetap menjaga nilai-nilai kekristenan yang sejati. 

Sumber : Cahaya Bagi Negeri
Halaman :
1

Ikuti Kami