Di dunia olahraga, setiap atlet memiliki kisah unik dan tantangan tersendiri. Dua sosok yang menarik perhatian publik baru-baru ini adalah Aprilio Manganang dari Indonesia dan Imane Khelif dari Aljazair. Meskipun keduanya adalah atlet berprestasi, mereka menghadapi tantangan medis yang berbeda. Mari kita telusuri lebih dalam perbedaan kondisi medis yang dialami oleh Aprilio Manganang dan Imane Khelif.
Aprilio Manganang, seorang mantan atlet voli putri nasional Indonesia, mengungkapkan bahwa ia menderita kondisi yang dikenal sebagai hipospadia. Hipospadia adalah kelainan bawaan yang terjadi pada laki-laki di mana uretra tidak berada di ujung penis, melainkan di bagian bawahnya. Kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam buang air kecil dan, dalam beberapa kasus, dapat mempengaruhi fungsi reproduksi. Aprilio, yang kemudian menjalani operasi korektif, telah menemukan identitas sejatinya dan kini dikenal sebagai laki-laki. Perjuangannya untuk mendapatkan pengakuan dan menjalani hidup sesuai dengan identitasnya adalah contoh keteguhan iman dan keberanian.
BACA JUGA: Kebenaran Imane Khelif, Petinju yang Dituding Transgender Berlaga di Olimpiade Paris 2024
Di sisi lain, Imane Khelif, petinju wanita asal Aljazair, dihadapkan pada kondisi yang berbeda. Ia diketahui memiliki kondisi interseks, di mana seseorang dilahirkan dengan karakteristik seksual yang tidak sepenuhnya sesuai dengan definisi khas laki-laki atau perempuan. Kondisi ini bisa mencakup variasi pada kromosom, gonad, hormon, atau genitalia. Meskipun kondisi interseks sering kali tidak mempengaruhi kemampuan atletik seseorang, Khelif harus berhadapan dengan berbagai persepsi dan aturan yang ada di dunia olahraga.
Kondisi yang dialami oleh Khelif ini dikenal sebagai hiperandrogenisme. Bagi Anda yang berusia 35-50 tahun, memahami kondisi ini bisa memberikan wawasan penting tentang kesehatan wanita yang mungkin relevan bagi diri sendiri atau orang terdekat.
Apa Itu Hiperandrogenisme?
Hiperandrogenisme adalah kondisi di mana terdapat kelebihan hormon seks pria seperti testosteron, androsteron, dan androstenedion dalam tubuh wanita. Hormon-hormon ini, ketika berlebihan, dapat memicu berbagai perubahan fisik dan kesehatan yang signifikan.
Gejala Hiperandrogenisme
Wanita dengan hiperandrogenisme dapat mengalami sejumlah gejala, di antaranya:
Penyebab Hiperandrogenisme
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiperandrogenisme meliputi:
Diagnosa dan Pengobatan
Untuk mendiagnosis hiperandrogenisme, diperlukan tes darah yang memeriksa berbagai hormon seperti fungsi tiroid, hormon perangsang folikel, globulin pengikat hormon seks, dan testosteron. Pemindaian ultrasonografi panggul mungkin juga dilakukan untuk memeriksa kista ovarium.
Pengobatan hiperandrogenisme biasanya melibatkan terapi hormon. Pengobatan jerawat terkait hiperandrogenisme bisa termasuk krim topikal, antibiotik oral seperti tetrasiklin, antiandrogen (terapi hormon, termasuk pil KB), dan isotretinoin oral. Selain itu, perubahan pola makan untuk menurunkan berat badan juga dianjurkan.
Pencegahan Hiperandrogenisme
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah hiperandrogenisme, menjaga gaya hidup sehat sangat dianjurkan. Mengatur pola makan seimbang, rutin berolahraga, menjaga berat badan normal, serta memantau kadar glukosa, lipid, dan tekanan darah dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut.
Sumber : topdoctors.co.uk | Jawaban.com