Investasi Saham Lebih Cuan Beli Sekaligus atau Dicicil?
Sumber: canva.com/sergeitokmakov

Finance / 31 July 2024

Kalangan Sendiri

Investasi Saham Lebih Cuan Beli Sekaligus atau Dicicil?

Claudia Jessica Official Writer
530

Investasi saham adalah salah satu cara yang populer untuk mengembangkan aset. Pernahkah Anda bertanya-tanya, cara mana yang lebih baik untuk memulai investasi saham? Beli sekaligus atau dicicil?

Inilah salah satu dilema yang sering dihadapi oleh investor adalah apakah lebih baik membeli saham secara sekaligus (lump sum) atau mencicil (dollar-cost averaging).

Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada situasi pasar dan preferensi investor. Mari kita bahas.

Beli Saham Sekaligus (Lump Sum)

Membeli saham sekaligus adalah seperti melakukan pembelian besar-besaran dalam satu kali transaksi. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari membeli saham sekaligus adalah potensi keuntungan besar, terutama jika Anda berhasil membeli saham saat harga sedang rendah; keuntungan yang didapat bisa sangat signifikan ketika harga saham naik.

Selain itu, membuat keputusan cepat memungkinkan Anda untuk segera mulai menikmati potensi keuntungan dari investasi Anda. Namun, metode ini juga memiliki risiko tinggi. Jika perhitungan Anda meleset dan harga saham justru turun, kerugian yang Anda alami juga akan besar.

Perlu diperhatikan bahwa metode lump slump membutuhkan modal yang cukup besar di awal. Misalnya, jika Anda membeli 1.000 saham PT ABC dengan harga Rp 10.000 per saham, dan harga saham naik menjadi Rp 15.000 per saham, keuntungan Anda adalah Rp 5.000.000. Namun, jika harga saham turun menjadi Rp 8.000 per saham, Anda akan mengalami kerugian Rp 2.000.000.

Beli Saham Dicicil (Dollar Cost Averaging/DCA)

Metode Dollar Cost Averaging (DCA) mirip seperti menabung saham secara rutin. Dalam metode ini, Anda membeli saham dalam jumlah yang tetap secara berkala, misalnya setiap bulan.

Metode ini memiliki risiko yang lebih rendah. Dengan membeli saham secara berkala, Anda merata-ratakan harga beli sehingga terhindar dari risiko membeli di harga tertinggi.

Selain itu, modal yang diperlukan lebih fleksibel karena Anda bisa menyesuaikan jumlah investasi dengan kemampuan finansial Anda. Metode DCA juga mendorong Anda untuk disiplin dalam berinvestasi jangka panjang.

Namun, metode DCA memiliki kekurangan, yaitu potensi keuntungan yang lebih rendah. Jika pasar sedang naik tajam, Anda mungkin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

Sebagai contoh, Anda membeli saham PT ABC sebesar Rp 500.000 setiap bulan selama lima bulan. Selama periode tersebut, harga saham naik turun. Dengan metode DCA, rata-rata harga beli Anda akan lebih rendah dibandingkan jika Anda membeli semua saham sekaligus di awal.

Mana yang Lebih Baik?

Pilihan antara membeli saham sekaligus atau mencicil tergantung pada beberapa faktor.

Pertama, profil risiko Anda sangat berperan penting. Jika Anda memiliki toleransi risiko yang tinggi, metode lump sum mungkin lebih cocok. Sebaliknya, jika Anda lebih suka pendekatan yang lebih konservatif, mencicil (DCA) adalah pilihan yang lebih baik.

Kedua, tujuan investasi. Jika tujuan Anda adalah mendapatkan keuntungan jangka pendek, membeli sekaligus mungkin menjadi pilihan. Namun, jika Anda ingin membangun keuntungan dalam jangka panjang, sebaiknya gunakan metode DCA.

Ketiga, pertimbangkan kondisi pasar. Jika pasar sedang stabil, membeli saham secara sekaligus dapat memberikan keuntungan lebih cepat. Namun, jika pasar sedang volatil, mencicil dapat membantu meredam risiko.

Tidak ada jawaban yang pasti tentang mana yang lebih menguntungkan antara membeli saham secara sekaligus atau mencicil. Keputusan ini tergantung pada profil risiko, tujuan investasi, dan kondisi pasar.

Penting bagi investor untuk mempertimbangkan semua faktor ini sebelum memutuskan strategi yang paling sesuai.

Baik membeli saham secara sekaligus maupun mencicil memiliki tempat masing-masing dalam strategi investasi.

Yang terpenting adalah konsistensi dan komitmen terhadap rencana investasi, serta terus memantau dan menyesuaikan strategi sesuai dengan perubahan kondisi pasar dan tujuan pribadi.

Sumber : CNBC Indonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami