Dalam pernikahan, memahami inner child pasangan menjadi hal yang sangat penting. Inner child, aspek anak-anak yang menetap dalam diri setiap orang dewasa, dapat mempengaruhi pikiran, sikap, perasaan, dan perilaku seseorang.
dr. Lahargo SpKJ, seorang psikiater di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional, serta konsultan di beberapa yayasan rehabilitasi dan pemulihan narkoba dengan gangguan jiwa, menjelaskan pentingnya memahami inner child dalam pernikahan.
Inner child adalah bagian dari diri kita yang membawa kenangan, pengalaman, dan emosi dari masa kecil. Menurut dr. Lahargo SpKJ, inner child ini dapat memiliki dampak signifikan terhadap bagaimana seseorang berperilaku dan merasa dalam hubungan mereka saat ini.
BACA JUGA: Cara Alkitabiah Mengatasi Inner Child yang Terluka Agar Tidak Merusak Pernikahan
Aspek ini bisa positif atau negatif, yang sering disebut sebagai inner child terluka. Inner child terluka ini bisa disebabkan oleh trauma atau pengalaman buruk di masa lalu dan memiliki dampak besar pada hubungan pernikahan.
“Inner child yang terluka atau negatif bisa mempengaruhi bagaimana seseorang menghadapi situasi dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk pasangan mereka,” jelas dr. Lahargo.
“Penting untuk memahami bahwa setiap orang membawa bekal dari masa lalu mereka ke dalam pernikahan, dan ini mempengaruhi bagaimana mereka bersikap dan berperilaku sekarang.”
Menurut dr. Lahargo, inner child yang terluka dapat menimbulkan berbagai perilaku dan emosi yang berdampak pada hubungan pernikahan. Beberapa tanda inner child yang terluka meliputi:
BACA JUGA: Memulihkan Konsep Diri Dengan Memahami Inner Child yang Terluka
Dr. Lahargo SpKJ menjelaskan bahwa inner child yang terluka dapat membuat hubungan menjadi kurang dewasa dan berpotensi menjadi hubungan yang toxic. Sebaliknya, inner child yang sehat dapat berkontribusi positif dalam pernikahan.
Pasangan yang memahami inner child masing-masing akan lebih mudah menerima dan mendukung satu sama lain, bahkan membantu penyembuhan dari pengalaman traumatis.
Ketika menikah, ada masa penyesuaian dengan pasangan. Hal ini mencakup penerimaan pasangan tidak hanya di masa sekarang tetapi juga masa lalunya yang mempengaruhi sikap, pikiran, dan perilakunya.
“Saat seseorang menikah, mereka tidak hanya menerima pasangan mereka di masa sekarang, tetapi juga membawa serta masa lalu pasangan mereka yang memengaruhi sikap dan perilaku mereka saat ini,” ungkap dr. Lahargo.
Hubungan yang sehat ditandai dengan usaha dari masing-masing pasangan untuk memahami sikap dan penyebab reaksi pasangan.
“Misalnya, jika pasangan Anda mudah marah, penting untuk mencari tahu penyebabnya. Apakah ada pengalaman traumatis di masa lalu yang mungkin mempengaruhi perilaku tersebut?” jelas dr. Lahargo.
Memiliki pemahaman yang benar tentang inner child, membantu kita dan pasangan untuk bisa saling membantu dan menudukung.
“Jika kita memahami bahwa kemarahan pasangan mungkin berasal dari pengalaman pengabaian atau kekerasan di masa lalu, kita bisa lebih menerima dan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk penyembuhan,” jelas dr. Lahargo.
Inner child memainkan peran penting dalam pernikahan, baik dalam dampak positif maupun negatifnya. Dengan memahami inner child, pasangan dapat lebih mudah menavigasi konflik, mendukung satu sama lain, dan membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis.
Sumber : dr. Lahargo SpKJ