Kota Samaria, Mengapa Orang Yahudi Membencinya?
Sumber: Jawaban.com

Fakta Alkitab / 2 July 2024

Kalangan Sendiri

Kota Samaria, Mengapa Orang Yahudi Membencinya?

Puji Astuti Official Writer
1478

Nama kota Samaria muncul beberapa kali dalam Alkitab, bahkan Yesus sendiri memberikan perumpaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati dan menjumpai seorang wanita Samaria di sebuah sumur. Lalu dalam Amanat Agung yang diperintahkan oleh Yesus Kristus, nama ini muncul juga.  

Dimanakah Kota Samaria saat ini dan apakah tempat ini bermakna penting bagi orang Kristen? Mari kita pelajari bersama dalam Fakta Alkitab kali ini.  

Lokasi Kota Samaria Saat Ini 

Samaria saat ini berada di wilayah Tepi Barat, Palestina. Kota ini dikenal oleh orang-orang Palestina dalam dua nama Arab, yaitu Samirah atau as-Samira dan juga Gunung Nablus atau Jabal Nablus. Namun mereka juga menyebutnya sebagai Sebastia.  

Wilayah Samaria ini berbatasan dengan Galilea di utara dan Yudea di selatan. Daerahnya merupakan dataran tinggi, atau bukit sehingga orang Israel jaman dulu menyebut tempat ini dalam bahasa Ibrani Shomron. 

Kata Shomron berasal dari kata "Shemer," nama orang yang menjual bukit tersebut kepada Raja Omri, yang kemudian mendirikan kota itu di sana (1 Raja-raja 16:24). Secara harfiah, "Shomron" dapat diartikan sebagai "penjagaan" atau "menjaga," yang menunjukkan posisi strategis bukit tersebut yang ideal untuk tujuan pertahanan. 

Wilayah Suku Israel 

Wilayah Samaria berada di bagian utara Israel, yang secara geografis mencakup sebagian besar tanah milik suku Efraim dan Manasye. Posisi strategis Samaria membuatnya menjadi pusat administrasi dan komersial yang penting dalam Kerajaan Israel. 

Kota ini dibangun oleh Raja Omri sekitar tahun 880 SM dan menjadi ibu kota Kerajaan Israel Utara setelah kematian Raja Salomo dan Israel terpecah menjadi dua, yaitu Israel Utara dan Israel Selatan (Yehuda). Omri membeli bukit Samaria dari Semer dengan harga dua talenta perak dan membangun kota yang kuat dan megah di sana (1 Raja-raja 16:24). 

Permusuhan antara Orang Samaria dan Israel 

Permusuhan antara orang Samaria dan orang Israel memiliki akar yang dalam dan kompleks. Hal ini diawali dengan penyembahan berhala yang dilakukan oleh Raja Israel dan mencampurkan dengan penyembahan kepada Tuhan di bukit-bukit pengorbanan di Samaria. Bahkan ketika Israel Utara ditaklukan oleh Asyur, sebagian besar mereka dibawa ke pembuangan, hal itu membuat penyembahan berhala semakin kuat (2 Raja-raja 17:24-33). 

Sebaliknya, bangsa Yehuda atau Israel selatan menganggap Yerusalem sebagai tempat penyembahan yang sah kepada Tuhan, karena keberadaan Bait Allah yang dibangun Salomo.  

Orang Samaria, kemudian dianggap merupakan campuran dari sisa penduduk Israel dan pendatang baru, mengembangkan praktik keagamaan yang menggabungkan ajaran Yahudi dengan elemen-elemen pagan. Hal ini membuat mereka dianggap sebagai penyembah berhala oleh orang Yahudi yang kembali dari pengasingan Babel dan berusaha membangun kembali identitas keagamaan yang murni (Ezra 4:1-3).  

Selama periode pembangunan kembali Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia, orang Samaria terus-menerus berkonflik dengan orang Yahudi. Mereka bahkan dituduh bersekongkol dengan penguasa asing untuk menghentikan pembangunan tembok Yerusalem. Hal ini menambah dimensi politik terhadap kebencian yang sudah ada (Nehemia 4:1-3;7-8; 6:1-2).  

Mengapa Yesus memberikan Ilustrasi Orang Samaria Yang Baik Hati? 

Orang Yahudi pada zaman Yesus memandang orang Samaria dengan kebencian dan meremehkan mereka sebagai penyembah berhala dan keturunan campuran yang tidak murni. Dengan menjadikan orang Samaria sebagai tokoh yang baik hati dalam perumpamaan ini, Yesus secara langsung menantang prasangka dan kebencian yang mendalam di antara mereka. Dia menunjukkan bahwa kasih dan belas kasih tidak terbatas pada satu kelompok etnis atau agama saja. 

Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk mengajarkan bahwa kasih kepada sesama tidak boleh dibatasi oleh identitas atau batasan sosial. Orang Samaria dalam cerita tersebut membantu orang Yahudi yang terluka, meskipun ada permusuhan historis di antara mereka. Dengan demikian, Yesus menekankan bahwa kasih sejati adalah tindakan yang melampaui segala batasan dan mengatasi kebencian. 

Ajaran Yesus sering kali bersifat radikal dan menantang norma-norma sosial pada zamannya. Dengan menggunakan seorang Samaria sebagai teladan dalam perumpamaan ini, Yesus menegaskan bahwa mengikuti Tuhan berarti mengasihi tanpa syarat, bahkan terhadap mereka yang dianggap sebagai musuh. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan standar kasih yang lebih tinggi (Lukas 10:36-37). 

Mengapa Yesus menyebut Samaria dalam Amanat Agung yang Ia berikan?  

Dalam Injil Matius 28:19, Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk pergi dan membuat murid dari segala bangsa. Penggunaan Samaria sebagai contoh dalam ajaran ini menunjukkan bahwa Injil Yesus Kristus tidak terbatas pada bangsa Yahudi saja, melainkan ditujukan untuk semua orang di seluruh dunia, termasuk mereka yang dianggap orang luar dari komunitas mereka dan dianggap lebih rendah oleh mereka.  

Samaria juga memiliki arti simbolis dalam konteks kebangkitan rohani. Ketika Yesus berbicara dengan perempuan Samaria di sumur (Yohanes 4), Dia menunjukkan kepada mereka bahwa mereka juga layak menerima ajaran dan keselamatan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kebangkitan rohani tidak terbatas pada satu kelompok atau daerah tertentu, tetapi untuk semua orang yang mau menerima-Nya. 

Sebagai sebuah simbol tentang inklusivitas dan kasih tanpa batas, Samaria mengajarkan kita untuk melampaui perbedaan etnis, agama, dan sejarah yang memisahkan, dan untuk mengasihi sesama dengan tulus seperti yang diajarkan oleh Yesus.  

Mari kita jalankan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, dengan menyebarkan kasih dan kebenaran Injil kepada semua orang, tak peduli dari latar belakang apapun, sehingga kasih Tuhan dapat terwujud dalam kehidupan setiap orang. Anda juga dapat ambil bagian dalam pemberitaan Injil dan memuridkan di berbagai pelosok Indonesia dengan berdonasi mendukung pelayanan Cahaya Bagi Negeri Indonesia. KLIK DISINI UNTUK DONASI dan jadi berkat untuk Indonesia.  

Sumber : Berbagai Sumber | Puji Astuti
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami