Benarkah Stres Menyebabkan Obesitas?
Sumber: canva.com

Health / 31 May 2024

Kalangan Sendiri

Benarkah Stres Menyebabkan Obesitas?

Claudia Jessica Official Writer
347

Dalam kehidupan yang serba cepat dengan berbagai tantangan serta masalah dalam hidup, stres jadi tak terhindarkan. Namun, benarkah stres dapat menyebabkan obesitas?

Stres tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga dapat mempengaruhi kondisi fisik, termasuk berat badan yang bisa menyebabkan obesitas.

Sebelum menyelami lebih jauh tentang hubungan antara stres dan obesitas, penting untuk memahami apa itu stres dan bagaimana tubuh meresponnya.

Definisi dan Jenis Stres

Stres adalah reaksi fisik dan emosional tubuh terhadap tuntutan atau tekanan yang dihadapi. Terdapat dua jenis stres utama:

  1. Stres Akut: Merupakan respon singkat terhadap situasi atau peristiwa yang menantang. Stres akut biasanya berlangsung dalam waktu singkat dan dapat bermanfaat dalam meningkatkan kewaspadaan dan kinerja.
  2. Stres Kronis: Terjadi ketika seseorang mengalami stres berkepanjangan selama beberapa minggu, bulan, atau bahkan tahun. Stres kronis dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Respons Tubuh terhadap Stres

Ketika tubuh merespons stres, sistem saraf simpatik diaktifkan, memicu pelepasan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi ancaman atau situasi yang menantang dengan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot.

 

BACA JUGA: Apakah Makan Cepat Meningkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

 

Hubungan Stres dan Obesitas

Meskipun stres dan obesitas tampak tidak terkait secara langsung, namun terdapat beberapa mekanisme yang menghubungkan keduanya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana stres dapat berkontribusi terhadap peningkatan berat badan dan obesitas.

Perubahan Pola Makan

Stres dapat memengaruhi pola makan seseorang melalui beberapa cara:

  1. Nafsu Makan Berlebihan (Emotional Eating): Ketika dilanda stres, beberapa orang cenderung makan secara berlebihan sebagai mekanisme koping. Mereka mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula untuk mendapatkan kenyamanan sementara, meskipun tidak dalam keadaan lapar sebenarnya.
  2. Penurunan Nafsu Makan: Di sisi lain, stres juga dapat menyebabkan penurunan nafsu makan pada sebagian orang. Hal ini terjadi karena tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin yang dapat menekan rasa lapar.
  3. Kacaunya Jadwal Makan: Stres dapat membuat seseorang lupa atau mengabaikan jadwal makan yang teratur. Mereka mungkin melewatkan waktu makan atau makan pada waktu yang tidak tepat, yang dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan jika dilakukan secara terus-menerus.

Perubahan Metabolisme

Stres tidak hanya mempengaruhi pola makan, tetapi juga dapat mengubah metabolisme tubuh. Ketika tubuh merespons stres, hormon kortisol yang dilepaskan dapat memperlambat metabolisme. Hal ini berarti tubuh membakar lebih sedikit kalori, sehingga meningkatkan risiko penambahan berat badan jika asupan kalori tidak disesuaikan.

 

BACA JUGA: Ketenangan dari Tuhan Membantu Kita untuk Mengatasi Masalah Hidup dan Rasa Takut

 

Penyimpanan Lemak

Hormon kortisol yang dilepaskan selama stres juga dapat mempengaruhi distribusi lemak tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa kadar kortisol yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan lemak visceral, atau lemak yang menumpuk di sekitar organ dalam perut. Lemak visceral ini lebih berbahaya daripada lemak subkutan (di bawah kulit) karena dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung.

Stres dan obesitas sangat hubungan. Meskipun stres tidak selalu menyebabkan obesitas, namun dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan melalui perubahan pola makan, metabolisme, dan distribusi lemak tubuh.

Maka dari itu, diperlukan budaya hidup sehat dan kerohanian yang sehat. Lalu, bagaimana cara menghadapi stres? Mari kita bahas di artikel berikunya.

 

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami