Ketakutan Membunuh Hidup Kita
Kalangan Sendiri

Ketakutan Membunuh Hidup Kita

Lori Official Writer
      1852

Ayat Renungan: 

1 Raja-raja 19: 1-2, “Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.””

 

Judul renungan pagi ini menjadi peringatan bagi kita bahwa “ketakutan bisa membunuh hidup kita”. Dalam 1 Raja-raja 19: 1-2 menjadi gambaran besar dari bagaimana ketakutan bekerja dalam hidup kita. 

Ayat ini bicara tentang kisah nabi Elia yang melarikan diri dari kejaran pasukan Ratu Izebel. Panggilannya sebagai nabi pilihan Allah, yang menjadi perantara menyampaikan isi hati Tuhan dan kebenarannya, justru membawa nabi Elia kepada pelarian yang bersejarah di Alkitab. Dia melarikan diri setelah mendengar ancaman dari Ratu Izebel.

Kata-kata intimidasi yang didengar oleh nabi Elia melahirkan ketakutan besar dalam diri Elia. Sehingga rohnya ciut dan imannya mundur. Tapi tahukah Anda bahwa awal dari ketakutan nabi Elia ini dimulai dari rasa kecewa. Ia kecewa kepada Raja Ahab karena telah menduakan Tuhan dengan memilih menyembah berhala. 

Kasus yang menimpa Elia menjadi pengingat bagi kita untuk tetap berhati-hati dengan rasa kecewa. Saat kekecewaan telah menguasai hidup kita, maka dia akan berkembang menjadi rasa takut. Seperti saat kita kecewa karena gaji tidak cukup, akhirnya takut tidak makan. Ada juga yang kecewa karena orang yang diandalkan berkhianat, akhirnya merasa sendiri. Ada banyak keadaan yang membuat kita kecewa dan akhirnya berujung pada ketakutan, dan ketakutan yang menggerogoti itu seperti penyakit kanker yang membuat tubuh seseorang perlahan-lahan lemah hingga berujung pada kematian. 

Nabi Elia adalah sebuah contoh bagaimana imannya menjadi kering sampai akhirnya pribadi yang sebelumnya dikenal begitu berapi-api ini menjadi lemah. Rasa kecewa menjadi benih yang membuat iman nabi Elia mati. Kondisi ini juga rentan untuk kita alami. Sehingga kita perlu berhati-hati untuk meresponi keadaan yang kita hadapi. Jangan biarkan akar kecewa itu tumbuh dan menguasai hidup kita. Karena itu adalah awal dari kematian kita secara rohani. 

Hari ini, kita bisa memilih apakah kita membiarkan iman kita digerogoti oleh ketakutan dan menjadi mati dalam iman, pengharapan dan hubungan dengan Tuhan. Pilihan itu ada di tangan kita! Jika Anda tidak ingin mengalami hal yang sama, mari segera bereskan rasa kecewa yang muncul dalam hidup kita segera dengan memeranginya dengan firman Tuhan. Carilah firman Tuhan di dalam segala keadaan yang kita alami.

 

Action: Apa ketakutan terbesar yang sedang kamu hadapi hari-hari ini? Carilah bantuan melalui doa, renungan atau berbagi dengan orang yang Anda percayai secara spiritual.

Ayat Hafalan: Matius 22: 37-38, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”

Ikuti Kami