Namaku Agusta, usiaku saat ini masih 8 tahun dan sudah kelas 3 SD. Aku akan menceritakan pengalaman yang menyakitkan yang pernah aku alami sepanjang hidupku.
Ayahku bekerja diluar kota, namun sesekali pulang untuk melihat keadaan kami. Karena jarang pulang, ayah membuat banyak aturan yang harus kami taati agar kami menjadi anak yang disiplin. Jika ada anak yang melanggar aturan yang ia buat, pasti akan mendapatkan pukulan bahkan tendangan dari ayahku.
Ia menganggap didikan seperti itu adalah hal lumrah untuk membuat anak-anaknya menjadi lebih taat. Namun bukannya lebih taat, sebagian dari kami malah semakin memberontak. Ibu yang melihat kami diperlakukan dengan kasar, hanya bisa diam. Karena sesungguhnya ia pun takut pada ayah.
BACA JUGA : Silvi Melepaskan Pengampunan Berkat Kisah Ini
Saat aku masih duduk di bangku kelas 2 SD, aku pernah mendapatkan pukulan yang luar biasa dan membuatku cukup trauma. Ayah melarang kami untuk bermain di siang hari setelah makan dan saat itu aku melanggarnya karena ingin bermain ke tempat temanku. Sore itu aku pulang dengan santai saja, sampai pada saat ayahku murka dan memukulku dengan keras.
Aku rasakan mata sebelah kananku berdenyut dan nyeri, sampai pada hantaman berikutnya dimana ia menendang tulang belakangku, kemudian menggigit tangan sebelah kanan. Ibu yang melihat itu, langsung marah pada Ayah. Sedangkan aku menangis keluar dari rumah dan pergi ke tempat salah satu keluargaku yang tinggal tidak jauh dari rumah.
Selama lebih dari 3 hari aku tidak pulang ke rumah karena takut dengan ayah. Sampai pada akhirnya beberapa tutor datang untuk membujukku agar pulang ke rumah. Karena itu akhirnya aku pulang ke rumah dengan rasa takut yang melingkupi. Sebelum pulang tutor SoL juga sempat mengobati luka bekas gigitan ayah.
BACA JUGA : Natalie Bangkit dari Ketepurukan Berkat Tokoh Alkitab Ini
Sampai di rumah aku meminta maaf pada ayah. Ia hanya memintaku untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Akupun menurutinya karena takut aku akan mendapatkan pukulan yang lebih dari ini. Ayah juga meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan padaku.
Saat aku mengikuti Sanggar Belajar School of Life (SoL), aku menonton satu kisah yang cukup mengingatkanku pada trauma itu. Kisah alkitab Superbook “Kasih Terbesar”, di mana Tuhan Yesus mau berkorban demi menebus dosa dan mengampuni kesalahan yang pernah aku lakukan. Tutor SoL juga menyampaikan kalau kita sebagai manusia juga harus bisa mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita.
Aku jadi teringat pada apa yang telah dilakukan oleh ayahku. Ia melakukan hal tersebut bukan tanpa sebab. Ayah memukul kami karena kami melakukan kesalahan dengan melanggar aturan yang telah ia buat. Sudah seharusnya aku memaafkannya dengan tulus.
Sejak hari itu aku melepaskan pengampunan pada ayah dan tidak melakukan hal yang ia larang lagi. Karena aku juga takut ia kembali murka, meskipun secara perlahan ayah sudah melunak. Asal kita tidak melanggar aturan yang ia buat, tentu ia tidak akan marah lagi.
Saat ini CBN sudah melayani 3.720 anak lewat Sanggar Belajar Anak School of Life (SoL) di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal yang memerlukan akses pendidikan bagi mereka.
Ayo, ambil bagian untuk menjadi berkat bagi mereka!
Sumber : jawaban.com