Kista ovarium, suatu kondisi yang kerap terjadi pada sistem reproduksi wanita, menyimpan sejumlah misteri dan perhatian kesehatan. Ingin tahu lebih dalam apa itu kista ovarium? Mari kita telusuri bersama.
Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan, muncul pada ovarium atau indung telur. Ovarium, sepasang organ sekecil biji kenari di sebelah kiri dan kanan rahim, memiliki peran krusial dalam sistem reproduksi wanita. Fungsi utamanya mencakup produksi sel telur dan hormon-hormon penting seperti estrogen dan progesteron. Namun, seperti halnya organ tubuh lainnya, ovarium bisa mengalami gangguan, salah satunya adalah munculnya kista ovarium.
BACA JUGA: Ayat Alkitab yang Berbicara Soal Kesehatan dan Doa Kesembuhan yang Alkitab Tulis
Ketika kista masih kecil, gejalanya seringkali tidak terasa. Namun, seiring pertumbuhannya, kista dapat menimbulkan gejala yang memerlukan perhatian. Ini terjadi ketika pasokan darah ke ovarium terhambat oleh kista. Berikut beberapa gejala kista ovarium:
1. Rasa Sakit atau Nyeri
Rasa sakit atau nyeri sering terasa di bagian bawah perut. Intensitasnya bervariasi, mulai dari nyeri ringan hingga berat. Rasa sakit ini bisa bersifat episodik, menghilang, dan muncul kembali, dan bisa terjadi di sisi kiri maupun kanan. Nyeri juga bisa dirasakan saat berhubungan intim.
2. Terjadi perubahan Menstruasi
Seseorang yang menderita kista ovarium biasanya mengalami pendarahan yang lebih banyak atau cenderung lebih sedikit. Selain itu, kista ovarium juga dapat mempengaruhi siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
3. Masalah Pencernaan
Penderita kista ovarium biasanya sering merasa sangat kenyang meskipun makanan yang dikonsumsi sedikit. Gejala lainnya termasuk perut kembung, kesulitan buang air besar, dan peningkatan frekuensi buang air kecil.
BACA JUGA: 8 Jenis Penyakit yang Banyak Membunuh Kaum Wanita
Perlu diketahui bahwa penanganan kista ovarium harus disesuaikan dengan usia pasien serta jenis dan ukuran kista yang terdeteksi.
1. Pemantauan Berkala
Pemantauan rutin diperlukan jika kista masih kecil dan tidak menimbulkan gejala. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan beberapa minggu atau bulan setelah diagnosis untuk memantau apakah kista tetap ada atau sudah hilang. Pada wanita pascamenopause, pemeriksaan USG dan darah disarankan setiap 4 bulan karena adanya risiko kanker ovarium yang lebih tinggi.
2. Penggunaan Pil KB
Pil kontrasepsi oral (KB) dapat diresepkan oleh dokter untuk mencegah kista muncul kembali. Namun, perlu diingat bahwa pil KB tidak dapat mengurangi ukuran kista yang sudah ada.
3. Prosedur Operasi
Tindakan pembedahan diperlukan jika kista terus membesar, masih ada setelah lebih dari 3 siklus menstruasi, atau menyebabkan rasa nyeri. Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat kista. Untuk kasus yang lebih parah, dokter mungkin akan mengangkat ovarium.
Operasi untuk kista kecil dilakukan dengan laparoskopi menggunakan sayatan kecil dengan bantuan alat laparoskop. Namun, untuk kista lebih besar atau ganas, dokter akan melakukan pembedahan perut terbuka atau laparotomi. Harap dicatat bahwa semua tindakan operasi memiliki risiko, termasuk infeksi, nyeri atau pembengkakan perut, demam, dan keputihan berwarna gelap dan berbau busuk.
Kista ovarium adalah kondisi yang umum, tapi dengan mengenali gejalanya bisa menjadi langkah awal bagi kita untuk memberikan penanganan yang tepat.
Sumber : Halodoc