Perjalanan Steven Saat Mengalahkan Rasa Malu
Sumber: Jawaban.com

Family / 22 January 2024

Kalangan Sendiri

Perjalanan Steven Saat Mengalahkan Rasa Malu

Lidya Dwi Apriliani Official Writer
6

Steven adalah seorang anak berusia 12 tahun yang bersekolah minggu di GBI Efata Sampali. Ia berasal dari keluarga yang aktif melayani Tuhan. Ayahnya seorang gembala sidang, sedangkan ibunya melayani di sekolah minggu. Di balik keaktifan orang tuanya dalam pelayanan, Steven memiliki sifat yang bertolak belakang. Ia tumbuh menjadi anak yang pemalu dan tidak percaya diri. 

Setiap kali diminta tampil bernyanyi di hadapan banyak orang, Steven merasa takut. Ia takut suaranya akan dikomentari buruk oleh orang lain. Rasa malu itu semakin dalam ketika suatu kali, beberapa teman mengejek penampilannya. "Suaranya jelek," begitu ejekan yang ia dengar. Kata-kata itu membekas, membuatnya semakin tidak percaya diri untuk tampil lagi.

BACA JUGA : Andreas Temukan Kunci Hadapi Permasalahan Saat Berdoa

Namun, Steven tidak sendiri. Papanya dan mamanya selalu ada untuk mendukungnya. Mereka berkata, “Jangan dengarkan komentar buruk. Terus tingkatkan kemampuanmu.” Kalimat itu menguatkan Steven. Pelan-pelan, ia belajar untuk tidak memusingkan perkataan negatif yang datang.

Tidak hanya dari orang tua, Steven juga mendapatkan motivasi dari tayangan animasi alkitab dari kurikulum Superbook yang ia tonton di sekolah minggu. Kisah Daud dan Daniel memberinya inspirasi. Daud yang berani menghadapi Goliat, dan Daniel yang tetap teguh meski berada di gua singa. Mereka berdua memiliki satu kunci keberanian—mereka mengandalkan Tuhan sepenuhnya.

BACA JUGA : Tuhan Mengubahkan Anak yang Sulit Diatur Ini Lewat Daud

“Aku juga mau seperti mereka,” ungkap Steven saat itu. Ia memutuskan untuk menyerahkan setiap penampilannya kepada Tuhan. Ia percaya, hanya Tuhan yang bisa memberi kemampuan dan keberanian kepadanya. Sejak saat itu, Steven berani berdiri di depan banyak orang. Perlahan, rasa malu itu memudar, digantikan dengan kepercayaan diri yang semakin kuat.

Kini, Steven tidak lagi takut. Ia tampil dengan penuh semangat dan percaya diri. Ia tahu bahwa Tuhan selalu bersamanya. “Aku tidak mau malu lagi,” ujarnya.

Kisah Steven mengingatkan kita bahwa kelemahan bisa diubah menjadi kekuatan ketika kita mengandalkan Tuhan. Jika Daud dan Daniel bisa berani, maka kita pun bisa. Tuhan selalu ada bersama kita.

Selain Daniel, CBN juga melayani ribuan anak yang ada di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal lewat Sanggar Belajar Anak School of Life (SoL). Ayo, ambil bagian untuk menjadi berkat bagi mereka dan berikan akses pendidikan tambahan yang terbaik bagi pertumbuhan generasi.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami