Sering kali kesalahpahaman atau kata-kata atau kalimat yang kurang tepat ketika memberikan pendapat bisa menyebabkan jarak dalam hubungan. Seperti yang kisah yang diceritakan oleh Gary Chapman, seorang penulis The Five Love Languages.
Kisah ini dumulai ketika Dr. Chapman kembali dari perjalanan bisnis dan mendapati bahwa istrinya telah menyelesaikan proyek perbaikan rumah kecil. Dengan bangga, istrinya menunjukkan hasil pekerjaannya kepada Dr. Chapman.
"Bagaimana? Apakah kamu menyukainya?" sayangnya, Dr. Chapman memberikan respon yang salah. Alih-alih mengapresiasi pekerjaan istrinya, Dr. Chapman justru mengabaikannya dengan beberapa kata yang ceroboh. "Aku suka itu, tapi jujur saja, aku lebih menyukai warna lama."
Baca juga: Suka Bertengkar Perkara Barang-barang di Rumah? Berdamai dengan 5 Tips Marie Kondo Ini
Apakah Dr. Chapman salah karena mengutarakan pendapatnya dengan jujur? Tidak. Apakah justru istrinya yang terlalu baper? Tidak juga. Lalu mengapa?
Kata-kata Dr. Chapman menghancurkan minggu-minggunya yang gembira. Ketika Dr. Chapman menyadari kerusakan yang dibuatnya, ia segera minta maaf dan berusaha memulihkan hubungannya dengan Sang Istri.
Kemudian, ketika ia membagikan kisah ini, seseorang bertanya padanya mengapa Dr. Chapman harus meminta maaf? "Kamu benar-benar menyukai warna sebelumnya. Kenapa kamu harus minta maaf karena dia kesal?"
Kata-kata yang menyakitkan, menghancurkan hati
Apa jawaban yang tepat untuk pria itu? Mengapa kita harus meminta maaf ketika pasangan kita tersinggung akan pendapat yang kita utarakan dengan jujur?
"Komentar pria ini mencerminkan sikap banyak suami selama perselisihan dengan istri mereka," kata Dr. Chapman. "Jadi, mereka puas dengan pernikahan yang retak, menolak untuk menerima tanggung jawab atas kata-kata yang ceroboh atau tindakan buruk."
Baca juga: Walau Berat, Ini 3 Alasan Kuat Gak Boleh Bohongi Anak Saat Lagi Bertengkar Sama Pasangan
Kedua pasangan berbagi tanggung jawab untuk menggunakan kata-kata yang memperkuat pernikahan mereka dan membangun yang lain.
"Jika saya menyakiti istri saya, baik sengaja atau tidak, saya harus minta maaf. Ketika perilaku saya menempatkan penghalang emosional antara istri saya dan saya, adalah tanggung jawab saya untuk mencoba menghilangkan penghalang. Meminta maaf tidak berarti bahwa apa yang saya lakukan secara moral salah; itu berarti saya sangat prihatin bahwa saya telah menyakitinya."
Hal ini berlaku untuk kedua pasangan. Baik suami, maupun istri.
Pendekatan yang lembut
Amsal 15: 1 berbicara tentang kekuatan kata-kata kita, “Jawaban yang lembut memalingkan amarah, tetapi kata yang keras membangkitkan amarah.”
Jika pasanganmu merasakan atau menyatakan sakit hati atas perkataanmu, cobalah ikuti apa yang telah dilakukan Dr. Chapman kepada istrinya untuk memperbaiki hubungan.
Baca juga: Sering Bertengkar Dengan Pasangan? Kenali 3 Pola Komunikasi Ini Untuk Harmoniskan Hubungan
Pertimbangkan untuk menanggapi perasaannya, kamu bisa memulai dengan kalimat berikut ini
“Aku merasakan ada sesuatu yang mengganggumu, dan jika aku adalah penyebab masalahnya, aku ingin mengatasinya. Aku mencintaimu.”
Kemudian, lakukan sesuatu yang lebih berarti: dengar, ungkapkan pengertianmu, dan minta maaf. Dr. Chapman berkata, "Mengakui kesalahan kita adalah jalan menuju keintiman pernikahan."
Banyak pasangan menolak untuk menerima tanggung jawab atas kata-kata menyakitkan. Tetapi ketika kata-kata itu menciptakan hambatan emosional, sulit untuk berkomunikasi. Mengutarakan pendapat dengan jujur tidaklah salah. Namun terkadang sebagai dua kepala yang berbeda, masing-masing memiliki kesukaannya sendiri bukan?
Baca juga: Sering Bertengkar Sama Orang Tua Karena Tinggal Bareng? Ini Solusinya
Meminta maaf bukan berarti kamu salah. Namun maaf dapat mengembalikan hubunganmu yang telah diisi oleh jarak.
Sumber : focusonthefamily.com | jawaban.com