Pada pekan ini, perang darat semakin memanas di Gaza. Pasukan Israel mengambil langkah untuk membersihkan teroris Hamas dari Rumah Sakit Al-Haifa. Namun, apa yang mereka temukan di sana melebihi dari peralatan medis biasa. Mereka menemukan senjata dan amunisi untuk melancarkan serangan terhadap warga Israel.
Kolumnis, penulis, penasehat politik, dan mantan pejabat Pentagon, Dan Signor mengungkapkan kepada CBN News bahwa tuduhan Israel terbukti benar.
Menurut Dan, Konvensi Jenewa Ariel 18 menyatakan bahwa rumah sakit tidak boleh diserang, kecuali jika digunakan untuk meluncurkan roket. Dan Signor menjelaskan bahwa Rumah Sakit Al-Haifa memang digunakan sebagai markas besar oleh pimpinan senior Hamas yang merencanakan invasi Israel. Mereka bahkan meluncurkan roket dari sana.
Israel dihadapkan pada situasi sulit ketika mereka menyatakan bahwa bangsanya punya hak untuk membela diri. Signor menekankan bahwa membela diri bagi Israel berarti menghilangkan musuh, mengingat Hamas berada di perbatasan dan menggunakan rumah sakit sebagai tempat operasi masyarakat sipil sebagai tameng hidup.
Bahkan administrasi Biden menyatakan bahwa Rumah Sakit Al-Haifa disengaja digunakan sebagai markas oleh Hamas untuk melancarkan serangan terhadap Israel. Meskipun Israel berusaha menyelamatkan nyawa dengan melakukan evakuasi dan pengiriman bahan bakar ke rumah sakit tersebut, Hamas menghalangi upaya ini untuk menghindari Israel mendapat dukungan internasional.
Signor menyoroti ironi di mana komandan Hamas mengirim rakyat Palestina ke Gaza untuk berpartisipasi dalam serangan, sementara mereka sendiri tinggal dalam kemewahan.
Dan Signor juga membahas bukunya, "The Genius of Israel," yang mengungkap bahwa PBB menempatkan warga Israel di posisi ke empat negara terbahagia di dunia. Meskipun orang Israel menghadapi stres, kekerasan, dan ancaman, namun kepuasan hidup mereka tetap tinggi.
Signor menyatakan bahwa istilah "kebahagiaan" mungkin kurang pas; yang lebih tepat adalah kepuasan hidup. Dia menjelaskan bagaimana warga Israel hidup dengan tujuan dan penuh makna, mereka terhubung satu sama lain, keluarga, komunitas, dan negara mereka.
Bukunya juga menyoroti praktik keagamaan di Israel, seperti perayaan Shabbat setiap Jumat malam, yang mengakar dalam tradisi dan memperkuat hubungan antargenerasi. Meskipun di tengah konflik, namun kebahagiaan atau kepuasan hidup warga Israel menunjukkan ketahanan yang luar biasa.
Sumber : CBN NewsBACA JUGA :
Ramai Boikot Produk Israel di Indonesia, Apa Dampak dari Tindakan Ini?Umat Kristen di Indonesia Gelar Doa Bersama untuk Korban Konflik Israel-Palestina