Perjalanan Anak Terlantar yang Dipelihara Oleh Tuhan – Emil
Sumber: jawaban.com

Family / 12 September 2023

Kalangan Sendiri

Perjalanan Anak Terlantar yang Dipelihara Oleh Tuhan – Emil

Claudia Jessica Official Writer
1046

Sikap cuek adalah hal biasa di rumah kami. Bahkan ibu pun tidak terlalu memperdulikan aku, yang penting baginya adalah fakta bahwa aku masih hidup. Ia tidak berpikir apakah aku bisa makan dengan layak, memiliki pergaulan yang baik atau tidak karena ia sibuk mencari nafkah yang tidak seberapa untuk keluarga kami.

Emil adalah nama yang diberikan oleh ibu untukku yang lahir sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Di sebuah rumah gubuk kecil, aku tinggal bersama dengan seorang ibu tunggal, dua orang kakak, dan adikku. Kami berempat tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Kami bahkan tidak tau siapa ayah kami dan seperti apa sosoknya.

Aku yang saat ini berusia 9 tahun tidak pernah lagi pergi ke sekolah untuk belajar, maupun ikut kebaktian sekolah minggu di gereja. Yang aku tahu, aku harus berusaha dan bertahan hidup entah bagaimana caranya. Keluarga kami juga selalu mengandalkan belas kasihan tetangga dan saudara-saudara untuk memberi kami makan dan kadang aku pergi main ke rumah teman untuk meminta makan. Tidak jarang aku mencari makan di tong sampah. Barangkali ada sisa-sisa makanan yang dibuang oleh orang lain.

 

BACA JUGA: Saat Tidak Ada Satupun yang Mau Mengajariku, Hanya Sanggar Belajar CBN yang Bersedia

 

Bebasnya pergaulan dan tidak ada sosok yang mengajari aku tentang kehidupan, mulai membentuk karakterku sebagai seorang anak yang keras, tidak teratur, dan suka berkata kotor. Hidupku jadi tidak terarah, aku tidak tahu untuk apa aku hidup, dan kemana tujuanku sampai aku bertemu Pak Yan, dan Ibu Yunda, mereka adalah koordinator dari gereja GBI Rock Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Kata mereka, cerita keluargaku sudah terkenal di lingkungan kami, dan mereka mencoba mendekati keluarga kami dengan memberikan bantuan seperti memberikan beras, minyak, dan kebutuhan pokok lainnya. Aku juga diajak ke sekolah minggu dan kembali bersekolah. Meski sempat menolak, akhirnya aku memilih ikut dengan mereka ke sekolah minggu dan sekolah di gereja.

Di sekolah minggu, aku belajar banyak hal baru yang belum pernah aku ketahui dan aku sangat suka menyaksikan animasi Alkitab Superbook. Ketika menyaksikan tayangan tentang Menara Babel yang dibangun orang-orang di masa lalu untuk menyamai Tuhan, mereka terlihat begitu liar dan bebal, mereka tidak mau dipimpin oleh Tuhan, dan mereka sama sekali tidak takut kepada Tuhan. Melihat sifat orang-orang ini, aku teringat dengan diriku yang nakal dan tidak suka mendengar nasihat ibu.

 

BACA JUGA: Tuhan Bisa Pakai Kegagalan untuk Keberhasilan yang Tertunda – Sindi

 

Guru sekolah minggu menambahkan dan mengajarkan aku untuk menjadi seperti orang-orang di Babel. Sebagai seorang anak, aku harus mau mendengar orang tua, terlebih lagi mendengar Tuhan. Sejak saat itu, aku selalu berusaha untuk lebih menghargai ibu, berpamitan jika ingin pergi, tidak berbicara kasar, belajar berlaku sopan santun kepada orang lain. Berkat bimbingan guru sekolah minggu dan sekolah minggu Superbook, Tuhan memulihkan karakter dan juga gambar diriku.

Apakah kisah Emil menggerakkan hati Anda untuk melayani anak-anak sepertinya? Meski tidak bisa terjun langsung ke lapangan, Anda tetap bisa melakukan pelayanan anak ini bersama kami. Melalui pelayanan superbook, Super5, dan sanggar belajar school of life, CBN melayani generasi anak untuk memuridkan mereka menjadi generasi yang berkualitas dan takut akan Tuhan.

Mari kita laksanakan amanat agung yang Tuhan berikan untuk memuridkan generasi anak. Mulai komitmen Anda dan klik tombol di bawah:

Saya mau melayani generasi anak

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami