Saat saya melihat wanita itu di seberang meja, saya masih dapat melihat rasa sakit itu di matanya. Dia telah ditolak beberapa tahun yang lalu, tapi rasa sakit itu masih terlihat segar. Linda Sullivan, ibu mertua saya, bertumbuh dalam lingkungan keluarga Kristen dan mempunyai impian untuk bisa bekerja di komunitas anak muda, menunjukkan mereka kasih Kristus. Dia bertemu dengan seorang pemuda di kemping muda-mudi Kristen dan menikah dengannya. Pria ini akan menjadi pengacara, tapi dia bisa saja menjadi seorang pendeta, itulah yang orang lain rasakan tentang dia. Saat mereka berdua melangkah menuju altar, itu dapat menjadi permulaan dari kehidupan bersama yang hebat.
Tapi, impian Linda hancur berkeping-keping hanya dalam waktu beberapa tahun setelah pernikahannya. Dia hamil anak ketiga saat suaminya mengumumkan bahwa dia akan menceraikannya, dia jatuh cinta dengan orang lain, bukan wanita lain, tapi dengan seorang pria lain.
Saat saya melihat Linda hari ini, saya melihat seorang pejuang, seorang wanita yang telah berhasil melewati pencobaan-pencobaan hidup yang berat. Linda harus mempunyai 2 pekerjaan untuk membiayai anak-anaknya. Dia melihat dua dari anak-anaknya terlibat dalam obat-obatan dan ketergantungan alkohol. Dan 3 tahun lalu, Linda nyaris meninggal dunia karena operasi akibat kecelakaan. Saat pertama kali mendengar kisah ibu mertua saya, pikiran pertama saya adalah, "Itu benar-benar tidak adil! Yang dia inginkan hanya sebuah keluarga Kristen yang baik, tapi dia malah harus bergumul dengan kehidupan yang disfungsional."
Baca Juga: Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?
Saat Tuhan Tidak Adil
Dalam sebuah perumpamaan yang Yesus bagikan kepada murid-muridNya, Dia kelihatannya sangat mengerti dan berusaha menceritakan bahwa Bapa Surgawi tidak selalu berurusan dengan anak-anakNya dalam cara yang kesannya seimbang dan adil. Dalam Matius 20, Yesus menggambarkan Kerajaan Surga yang terkesan tidak adil sama seperti kenyataan yang kebanyakan kita lihat di hari-hari ini, di mana banyak orang berteriak menuntut keadilan. Tapi Yesus menunjukkan ini sebagai gambaran dari bagaimana Tuhan berurusan dengan anak-anakNya.
Yesus menceritakan kisah seorang petani, yang mewakili Tuhan. Karena dia membutuhkan orang-orang untuk menuai di kebun anggurnya, dia pergi dan mencari orang untuk disewa sebagai pekerja. Dia menjanjikan mereka semua upah yang layak untuk sehari. Di siang hari, dia menyadari bahwa dia membutuhkan lebih banyak bantuan. Jadi sekali lagi dia pergi dan mencari beberapa pekerja tambahan. Dia melakukan ini beberapa kali dan menyewa pekerja terakhir ketika waktu menuai hanya tinggal 1 jam lagi. Tapi pada akhir hari itu, petani pemilik kebun ini memberi upah yang sama kepada setiap pekerja, tidak peduli berapa jam mereka telah bekerja. Di dunia kita ini kelihatannya tidak adil. Tapi saat kita melihat kisah ini melalui kacamata anugrah, kita akan mulai mengerti perbedaan antara pemikiran kita dan pemikiran Tuhan. Yesus membuat pernyataan yang tegas bahwa apa yang adil bagi manusia tidak selalu benar di mata Tuhan.
Anda dan saya mungkin berkata bahwa mereka yang bekerja paling keras dan paling lama-lah yang seharusnya diberi upah yang lebih. Tapi Yesus melihat hal ini dngan cara yang berbeda. Para pekerja yang tidak bersyukur itu bisa saja hanya menjadi pengangguran sepanjang hari jika tidak mendapatkan kesempatan yang ditawarkan oleh pemilik kebun itu. Apakah mereka berhak mempertanyakan kemurahan hatinya? Bukankah mereka telah dibayar sesuai dengan upah yang telah dijanjikan sebelumnya? Mungkin kita bisa berteriak karena ketidakadilan, tapi mungkin kita salah. Perumpamaan itu menggambarkan tema yang lebih luas, kemurahan hati Tuhan. Sama seperti para pekerja yang menganggur, kita semua ada di posisi yang membutuhkan. Mereka mencari pekerjaan, tapi kita mencari belas kasihan.
Pemilik kebun anggur itu tidak memperhatikan berapa lama para pekerja itu menganggur, dia hanya tahu mereka membutuhkan pekerjaan. Dengan cara yang hampir sama, Tuhan tidak melihat jumlah dosa yang kita bawa. Dalam pandangan mataNya, kita semua pendosa yang membutuhkan keselamatan. Kita semua membutuhkan kasih karuniaNya.
Baca Juga: 15++ Ayat Alkitab Tentang Cara Tuhan Nyatakan Keadilan di Tengah Dunia
Hati Tuhan Terlihat di Kayu Salib
Tragedi yang terus terjadi dan kehancuran hati sepertinya menunjukkan bahwa Tuhan mengabaikan manusia atau tidak punya kendali atas dunia. Bagaimanapun juga, hati Tuhan terlihat dengan jelas 2000 tahun yang lalu di sebuah bukit yang disebut Kalvari.
Pertama, Tuhan itu sangat adil. Dan dari taman Eden sampai hari ini, semua manusia sudah berdosa dan melanggar perintah Tuhan (Roma 3:23). Tidak peduli bagaimanapun kecilnya, dosa mempunyai konsekuensi pinalti - kematian, pemisahan dari Tuhan selamanya (Roma 6:23). Tapi, saat salib merefleksikan keadilan Tuhan, itu juga merefleksikan kasihNya yang besar. Allah Bapa mengirimkan anakNya, Yesus, untuk mengambil alih hukuman atas dosa-dosa manusia karena manusia tidak akan mampu menebus dirinya sendiri (2Kor 5:21). Ini adalah karya kasihNya yang terbesar (1Yoh 4:9). Penderitaan yang sangat besar dalam hati Bapa bukan pada saat melihat anakNya dipukuli dan disalibkan, tapi saat mengetahui bahwa anakNya akan menanggung dosa SEMUA manusia. Tindakan ini tidak tampak adil bagi saya. Penyaliban itu adalah tindakan yang paling tidak adil sepanjang sejarah di dunia. Namun, itu diijinkan Tuhan untuk penebusan dosa-dosa kita.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Self Defence Bagi Orang Awam
Apa yang Layak Kita Dapatkan?
Jadi, apa yang benar-benar berhak kita dapatkan? Siapapun yang telah ditebus oleh Tuhan tidak akan bisa melihat diri mereka telah diperlakukan dengan tidak adil oleh Tuhan. Pemberian anakNya di kayu salib adalah pemberian yang tidak berhak kita dapatkan, sekaligus juga ketidakadilan yang sangat besar di pihak kita. Kenyataannya, Tuhan tidak berhutang apapun pada kita. Tapi sebaliknya kita-lah yang berhutang padaNya, hutang yang tidak akan pernah mampu kita lunasi.
Kasih karunia Tuhan memberi kita perspektif yang tepat untuk melihat hal-hal dalam kehidupan yang tampaknya tidak adil. Meskipun sulit untuk dipahami, orang-orang Kristen yang mengalami beberapa tragedi, telah merasakan kebesaran dari kasih karunia Tuhan, lebih dari apa yang berhak untuk diterima.
Jadi jika kita ingin jujur, kita sebenarnya tidak menginginkan Tuhan untuk bersikap adil. Jika Dia bersikap adil, Dia tidak perlu mengirimkan Yesus untuk membayar semua dosa kita dan kita akan terikat pada ketiadaan pengharapan yang abadi. Dan Dia tidak akan berjalan di samping kita setiap hari, memberi kita kekuatan. Dia tidak akan mengulurkan pengampunanNya pada kita jika kita gagal. Sebaliknya, kita seharusnya lega karena kita melayani Tuhan yang benar. Karena kita tidak mendapatkan apa yang berhak kita dapatkan, tidak ada seorangpun di dunia ini. Tapi kita mendapatkan apa yang jauh lebih besar, kasih karuniaNya.
Jadi, apakah Tuhan Adil?
Saat saya kembali memandang Linda, saya tidak bisa mengatakan Tuhan telah bersikap "adil" seperti definisi kita. Namun, dalam hidupnya, Tuhan telah bersikap benar. Dan dia tidak menyalahkan Tuhan atas ketidaksetiaan suaminya, juga atas pencobaan-pencobaan lain yang harus dia hadapi. Sebaliknya, dia memuji Tuhan karena penyertaanNya melalui lembah-lembah kekelaman itu dan memberinya kasih karunia untuk terus berjalan.
Sayangnya, banyak orang Kristen merasa Tuhan telah berbuat curang terhadap mereka. Mereka mempertanyakan hal-hal seperti: "Mengapa aku tidak sehat seperti orang-orang lain?" atau "Mengapa Tuhan mengijinkan dia untuk menikah?" atau "Mengapa saya tidak lahir di tengah keluarga yang kaya?" Kita harus sadar bahwa kekristenan bukanlah tentang mendapatkan keuntungan, mengambil apa yang kita mau, lebih dan lebih banyak lagi, dari mesin ATM Tuhan. Kekristenan adalah tentang menyembah Tuhan yang telah memberi kita lebih banyak kasih karunia daripada yang berhak kita dapatkan, tentang mengikuti teladan dari Yesus Kristus.
Baca Juga: Artikel Pembaca:Hidup Benar Ditengah Ketidakbenaran
Kita harus melihat segala yang kita dapatkan dan nikmati dalam hidup ini sebagai pemberian dari Tuhan, bukannya mengeluh saat hal-hal tidak terjadi sesuai dengan keinginan kita. Karena untungnya, kita tidak mempunyai Tuhan yang adil, tapi Bapa Surgawi yang selalu benar.
Sumber : crosswalk