Tanda Tanya, sebuah film yang dirilis pada tahun 2011, menyuguhkan cerita yang menggugah tentang tema toleransi beragama di Indonesia. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh Revalina S. Temat, Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, dan Hengky Solaiman.
Film “?” menceritakan tentang konflik yang terjadi dalam lingkup keluarga dan pertemanan di sekitar wilayah Pasar Baru, Semarang.
Alur film “?” berkisar pada hubungan antara tiga keluarga berbeda agama, yaitu Buddha, Katolik, dan Muslim di area dekat Pasar Baru. Di lokasi tersebut terdapat Klenteng, Gereja, dan Masjid yang lokasinya berdekatan.
BACA JUGA: Review Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang: Pentingnya Kasih dalam Sebuah Keluarga
Keluarga pertama merupakan orang Tionghoa-Indonesia yang beragama Buddha, yaitu Tan Kat Sun (diperankan oleh Hengky Solaiman) dan anaknya Hendra (diperankan oleh Rio Dewanto). Tan Kat Sun adalah seorang pemilik restoran masakan cina. Meskipun mereka adalah minoritas, Sun memiliki toleransi dan kesadaran yang tinggi. Ia menjual makanan non halal kepada konsumen non-muslim dan hanya menjual masakan halal untuk konsumen muslimnya.
Di restorannya, Sun menyediakan pilihan menu daging babi dan daging ayam. Namun karena rasa toleransinya, Sun memisahkan peralatan dan tempat mengolah daging ayam dengan daging babi. Bahkan Sun juga selalu memberikan dan mengingatkan karyawan muslimnya untuk melakukan ibadah shalat tepat waktu. Ia juga selalu memberikan waktu libur lebaran yang panjang.
Ada juga pasangan yang beragama Islam, yaitu Soleh (diperankan oleh Reza Rahadian) dan Menuk (diperankan oleh Revalina S. Temat). Menuk adalah seorang pramusaji di restoran Sun. Meskipun beragama Islam, Menuk memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Menuk pernah menjalin hubungan romantis dengan Hendra, anak Sun. Sedangkan Soleh adalah seorang pengangguran yang akhirnya bergabung dengan Banser NU.
BACA JUGA: Red Sea Miracle II, Film Pembangun Iman tentang Kitab Keluaran
Selain itu, ada seorang yang telah berpindah agama menjadi Katolik, yaitu Rika (diperankan oleh Endhita), dan anaknya Abi yang masih beragama Muslim.
Rika bersahabat dengan Surya, seorang aktor muslim yang hanya mendapatkan peran kecil, akhirnya menerima tawaran untuk menjadi Yesus di perayaan Natal dan Paskah sebuah gereja karena terhimpit dengan kondisi keuangannya
Konflik terjadi ketika Tan Kat Sun jatuh sakit dan rumah makan diambil alih oleh Hendra, anaknya. Hendra yang kurang menyukai umat muslim, membuat para karyawannya mengalami kesulitan untuk melakukan ibadah Shalat, membuka restoran tanpa tirai di bulan Ramadhan, bahkan menyediakan daging babi dan mengasingkan pelanggan muslimnya. Tak sampai di sana, Hendra juga memangkas libur lebaran yang awalnya 5 hari menjadi 1 hari saja. Akibatnya Soleh dan umat muslim lainnya melakukan protes dan merusak restoran Sun.
Di sisi lain, Soleh yang miskin merasa tidak mampu menafkahi Menuk memintanya untuk menceraikannya. Namun, suatu ketika, Saleh bergabung dengan Banser NU.
BACA JUGA: A Man Called Ahok, Sebuah Gambaran Bagaimana Orangtua Pengaruhi Masa Depan Anak
Soleh dan pasukannya ditugaskan untuk menjaga keamanan ibadah salah satu gereja. Awalnya Soleh merasa enggan melindungi jemaat serta menjaga keamanan gereja, namun di akhir cerita, Saleh justru menjadi pahlawan yang menyelamatkan jemaat gereja dari serangan teror bom yang ia temukan di dalam gereja. Saleh membawa bom tersebut keluar, berlari menjauhi gereja. Berkat aksi heroiknya, seluruh jemaat aman tetapi Soleh tewas bersama dengan ledakan bom tersebut.
Dalam keluarga Rika, dia menghadapi situasi yang melibatkan pengucilan dari tetangga, orang tua, dan bahkan anaknya sendiri. Abi merasa bahwa ibunya telah mengalami perubahan dan memilih untuk menjauh darinya setelah ibunya terlambat menjemput Abi dari pengajian seperti yang biasa dilakukan.
Film ini menggambarkan keberagaman lingkungan kita di Indonesia, termasuk suku, ras, budaya, etnis, bahasa, dan agama. Mewujudkan kesatuan dalam keberagaman bukanlah tugas yang mudah, tetapi film ini menunjukkan bahwa toleransi bisa tercipta melalui penghormatan terhadap perbedaan. Perbedaan bukanlah alasan untuk terpecah belah, tetapi kita harus saling menghargai dan menjaga hubungan antar umat manusia.
Konflik yang muncul dalam cerita tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga memiliki pesan moral yang disampaikan. Seperti yang dikutip dalam film ini, “Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini, tapi di jalan setapaknya masing-masing. Semua jalan setapak itu berbeda-beda. Namun, menuju ke arah yang sama. Mencari satu hal yang sama, dengan satu tujuan yang sama yaitu Tuhan.”
BACA JUGA: Review Film Searching: 3 Pelajaran Mengenai Kilasan Kehidupan Sosial Sekarang Ini
Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Selain membangun hubungan spiritual dengan Tuhan, manusia juga perlu menjalin hubungan interpersonal dengan sesama manusia. Dengan kata lain, film ini memiliki tema yang dominan tentang pentingnya toleransi beragama.
Sumber : jawaban.com