Ternyata Ini Alasan Ratusan Ribu Jemaat di Jerman Meninggalkan Gereja
Sumber: canva.com

News / 5 July 2023

Kalangan Sendiri

Ternyata Ini Alasan Ratusan Ribu Jemaat di Jerman Meninggalkan Gereja

Claudia Jessica Official Writer
1721

Sebagian besar gereja katolik maupun gereja protestan telah ditinggalkan oleh ribuan jemaatnya. Bahkan gereja katolik ditinggalkan lebih dari setengah juta jemaatnya. Sebenarnya apa alasan para jemaat ini meninggalkan gerejanya?

Mengutip Deutsche Welle, catatan Majelis Pendeta Jerman (DBK) mencatat sebanyak 522.821 jemaat meninggalkan gereja katolik pada tahun 2022. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Di tahun 2021, sebanyak, 359.338 jemaat katolik memilih untuk meninggalkan gerejanya.

 

BACA JUGA: Gereja Jerman Perkenalkan Pendeta Robot Pertamanya Pada Dunia, Begini Wujudnya

 

Fenomena ini tentu terjadi bukan tanpa alasan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, tiga faktor berikut ini mungkin menjadi alasan dari ratusan ribu jemaat di Jerman yang meninggalkan gerejanya.

1. Pelecehan seksual

Beberapa waktu belakangan ini Jerman sering kali diterpa oleh kasus pelecehan seksual yang terjadi kepada anak-anak di lingkungan gereja.

Banyak jemaat menganggap gereja sangat lamban dalam menangani laporan pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pastor dan petinggi gereja.

Di tahun 2018, dilaporkan sebanyak 3.677 orang menjadi korban pelecehan yang dilakukan oleh pastur di Jerman selama periode 1946-2014. Banyak lebih dari setengahnya merupakan jemaat yang masih remaja dan lebih muda dan hampir sepertiganya merupakan putra altar.

2. Pajak gereja

Anggota resmi gereja di Jerman diharuskan membayar pajak gereja sebesar 8-9% dari penghasilannya untuk biaya operasional gereja. Banyak jemaat menganggap aturan ini cukup memberatkan bagi jemaat, terlebih lagi mereka juga harus membayar pajak pendapatan sebesar 20% dari total pendapatannya.

Terlebih lagi, di tahun 2014 terjadi kontroversi dimana seorang uskup bernama Frans-Peter Terbats-van Elst dipecat usai melakukan renovasi rumah dinasnya dengan dana gereja hingga lebih dari US$40 juta.

Sejak skandal tersebut mencuat, kepercayaan umat terhadap gereja terkikis. Meskipun saat ini Konferensi Uskup-uskup Jerman telah mendorong transparansi dengan mendesak keuskupan untuk melaporkan finansial mereka tiap tahun, hal tersebut tidak cukup untuk memulihkan kepercayaan jemaat.

 

BACA JUGA: Ibadah Gereja di Jerman Dipimpin oleh AI dan dihadiri Lebih dari 300 Jemaat, Kok Bisa?!

 

3. Reformasi Jalan Sinode

Menanggapi sederet skandal yang menerpa gereja katolik selama beberapa tahun terakhir, sejumlah uskup dan organisasi Stetter Karp mencanangkan untuk melakukan reformasi besar-besaran.

Dengan tujuan untuk menentukan langkah dan sikap gereja di tengah peradaban yang terus berubah seiring berjalannya waktu, proyek reformasi ini mencakup banyak hal. Mulai dari mengizinkan pernikahan pasangan sesama jenis, memperbolehkan diaken perempuan, hingga peran umat dalam memilih uskupnya sendiri.

Sejumlah poin yang terdapat dalam reformasi tersebut menuai kontroversi yang memicu ketegangan antara kaum liberal dan konservatif di kalangan gereja katolik Jerman. Pemimpin di gereja katolik di Vatikan juga turut menentang keras rencana reformasi ini.

Paus Fransiskus menyatakan bahwa proses reformasi ini berbahaya secara ideologi. Paus juga menekankan bahwa proses perjalanan Sinode hanya dikendalikan oleh “kelompok elit” dan tidak melibatkan semua orang yang merupakan umat Allah.

Sumber : CNN Indonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami