Sebagai putra daerah, Gibran tahu betul bahwa Solo adalah kota berbhineka dan ramah terhadap semua umat beragama. Untuk itulah saat mendengar isu penolakan pendirian gereja di kawasan Banyuanyar, dia segera meninjau langsung lokasi gereja yang tengah dipersoalkan.
Respon cepat Wali Kota Solo ini berhasil meredam konflik antarumat beragama di kawasan Banyuanyar tersebut. Dengan hasil bahwa perizinan gereja sedang dalam proses pengurusan oleh gereja setempat.
Lalu apa sebenarnya yang dilakukan Walkot Gibran untuk menyelesaikan konflik rumah ibadah di Banyuanyar?
1. Gibran segera temui pendeta gereja
Saat isu penolakan mencuat, Gibran dengan cepat membuat pertemuan dengan pendeta gereja setempat. Melalui pertemuan ini, dia menemukan duduk perkara dan mengambil jalan tengah.
Segel rumah pun telah dicopot dan Gibran memastikan izin rumah ibadah akan segera diproses oleh pemerintah.
“(Soal penyegelan itu) Salah paham saja. Kan, segelnya langsung kami copot. (Warga Solo) tenang saja. Dan di situ juga yang sekolah minggu hanya 15 anak. Untuk bangunan gereja yang akan dibangun, bangunannya baru. Nanti di tanah kosong, beda RT. Tapi masih di Nayuanyar. Izinnya masih berporgress ya, ditunggu saja,” ungkap Gibran usai bertemu dengan pendeta gereja.
2. Temui FKUB dan sampaikan pentingnya sikap toleransi
Wali Kota Solo ini juga menemui FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dan menyampaikan pentingnya memiliki sikap toleransi kepada setiap umat beragama.
Dia memastikan FKUB akan menjamin rasa aman bagi setiap pemeluk agama dala menjalankan ibadahnya.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu sejumlah ormas menutup paksa dua gereja di Banyuanyar, Solo dan memasang spanduk bertuliskan penolakan terhadap pengalihfungsian rumah tinggal menjadi rumah ibadah.
Namun kejadian ini ditanggapi oleh Wali Kota Solo tersebut dengan mengingat bahwa Solo sadalah kota keempat paling toleran di Indonesia. Sehingga umat beragama perlu saling menghormati.