Mentalitas Konsumtif Generasi Y dan Z Bikin Sulit Atur Keuangan
Sumber: Freepik

Finance / 23 June 2023

Kalangan Sendiri

Mentalitas Konsumtif Generasi Y dan Z Bikin Sulit Atur Keuangan

Ella Yosiani Contributor
1205

Generasi Y dan Z sudah mendominasi usia produktif di Indonesia. Lebih dari 50% bidang pekerjaan sudah diambil alih oleh generasi ini. Perkembangan zaman yang ditunjukkan dengan meningkatnya penggunaan teknologi tentunya memberikan berbagai dampak positif dalam kehidupan manusia khususnya generasi Y dan Z. Namun, ternyata tidak hanya memberikan dampak positif, melainkan dampak negatif khususnya dalam masalah pengelolaan keuangan.

Seperti diketahui, masih banyak generasi Y dan Z belum menerapkan pengelolaan keuangan yang baik. Salah satu contoh seperti tidak adanya kerinduan untuk berinvestasi atau menabung karena sikap konsumtif atau FOMO. Hal ini ditunjukkan dengan istilah healing, nongkrong sepanjang hari demi konten serta pengakuan di media sosial, hingga membeli berbagai barang yang dianggap keren oleh kalangan muda demi pengakuan. Hal ini selaras dengan anak bungsu yang menghamburkan hartanya dalam cerita Alkitab.

 

Baca Juga: Hutang Gak Selamanya Buruk! Yuk Pelajari Hutang Konsumtif dan Hutang Produktif!

 

Kebebasan finansial menjadi hal yang diharapkan oleh banyak orang. Namun, untuk bisa mewujudkan kehidupan bebas secara finansial tentunya membutuhkan proses panjang. Apakah kebebasan finansial juga menjadi harapan anda?

Berdasarkan berbagai penelitian, terdapat ciri mentalitas yang tidak baik dalam pengelolaan keuangan, diantaranya adalah mentalitas korban dan konsumtif. Pernahkan anda melihat seseorang yang mengalami berbagai kesulitan ekonomi atau terlilit hutang tetapi justru menyalahkan keadaannya?

Contoh mentalitas korban adalah seorang yang tidak kunjung merasa memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhannya tetapi mengaku bahwa hal tersebut terjadi karena ia terlahir dalam keluarga tidak berkecukupan. Hal ini juga berlaku bagi seseorang yang menyalahkan tidak adanya modal untuk membuka suatu usaha tetapi justru tidak melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan modal tersebut atau memilih untuk mengambil jalan pintas dengan berhutang secara online maupun langsung kepada rentenir tanpa memikirkan konsekuensi yang ditimbulkan seperti bunga yang sangat besar hingga terlilit hutang.

 

Baca Juga: Hemat Pangkal Kaya, Konsumtif Pangkal?

 

Dalam Yohanes 5 digambarkan mentalitas korban, yaitu tentang seorang yang sudah 38 tahun lamanya sakit dan menunggu goncangan air kolam demi kesembuhannya.

Penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa ia sepakat dengan keadaanya, dengan berbagai alasan yang disampaikan kepada Yesus, "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." (Yohanes 5:7). Respon orang ini menggambarkan mentalitas korban dan menerima keadaan. Hal ini menunjukkan bahwa mentalitas korban bukanlah hal yang baik untuk dipertahankan karena jika tidak, anda akan berada di tempat yang sama seumur hidup.

Mentalitas investasi yang harus diturunkan atau diwariskan dari generasi ke generasi adalah mentalitas yang mampu mengelola keuangan dengan baik serta memiliki tujuan untuk memberdayakan kemakmurannya kepada berbagai hal positif dan memberi dampak. Bagaimana dengan pengelolaan keuangan Anda saat ini?

 

Anda diberkati melalui artikel ini? Mari bagikan artikel ini kepada keluarga, teman-teman gereja, komunitas maupun group bertumbuh Anda agar hidup mereka ikut diberkati.

Halaman :
1

Ikuti Kami