Kitab Ulangan ini merupakan kitab Pentateukh atau Taurat yang terakhir ditulis oleh Musa. Kitab ini menggoreskan catatan bagaimana kehidupan bangsa Israel sebelum memasuki tanah perjanjian. Kitab ini ditujukan kepada bangsa Israel generasi kedua.
Bangsa Israel generasi kedua adalah generasi yang siap memasuki tanah Kanaan, generasi yang siap menikmati janji Allah kepada nenek moyang mereka Abraham yang direalisasikan YHWH melalui mereka. Kesepuluh Firman kembali disampaikan kepada bangsa Israel generasi kedua yang notabene belum mendengar hukum tersebut sekaligus menandai pembaharuan Perjanjian Sinai kepada bangsa Israel oleh karena generasi pertama (kecuali Yosua dan Kaleb) gagal masuk dan tidak izinkan Allah masuk ke tanah Perjanjian karena akibat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan mereka.
Baca Juga: Merasa Tidak Terkoneksi Dengan Tuhan Meski Selalu Berdoa Tiap Hari? Mungkin Ini Sebabnya!
Kesepuluh Firman ini dibagi menjadi dua bagian hukum 1-4 mengatur hubungan TUHAN dan manusia dan hukum 5-10 mengatur hubungan manusia dan manusia. Kesepuluh Firman ini termasuk dalam hokum apokadiktif. Hukum apokadiktik disebut juga sebagai hukum absolut, pernyataan-pernyataan hukum yang tidak mengandung pengecualian dan bersifat pasti seperti perintah dan larangan. Hukum ini menyatakan perintah-perintah yang absolut sehubungan dengan apa yang benar dan salah tanpa mempertimbangkan pengecualian apapun, dan juga hukum ini ditujukan kepada pihak yang jelas. Bentuk dari hukum ini adalah larangan atau perintah negatif.
Pemberian hukum ini adalah karena TUHAN (YHWH) merindukan adanya hubungan dengan manusia atau bisa dikatakan terkoneksi dengan manusia. Pelanggaran terhadap hukum ini merusak hubungan antara TUHAN dan manusia. Pada umumnya setiap orang menginginkan memiliki suatu hubungan yang baik dalam hidup ini. Hubungan dengan orang tua, pacar, suami, istri, sahabat, atasan dan lain-lain bahkan dengan Sang Pencipta. Bagian Firman Tuhan ini penting untuk kita pelajari dan pahami karena ini merupakan suatu kebutuhan utama Gereja dalam menjawab dan menghadapi tantangan di zaman post modern ini. Banyak orang tidak terlalu memahami bagian dari hukum pertama dan kedua ini yang terlihat sederhana namun memiliki arti yang begitu mendalam jika dipahami dengan baik.
Hubungan antara TUHAN dan manusia adalah dasar penting bagi kehidupan orang percaya. Oleh karena itu adalah suatu hal yang krusial untuk hidup terkoneksi dengan Allah. Kita orang-orang yang hidup dalam zaman anugerah yang telah menerima anugerah dari pada Allah melalui penebusan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib wajib untuk hidup terkoneksi dengan Allah. Melalui bagian Firman Tuhan di saat ini kita akan belajar bagaimana memiliki hubungan yang terkoneksi dengan TUHAN.
Pertama, Jadikanlah TUHAN sebagai Fokus dalam hidup (ayat 7)
Dalam ayat ini ada satu frasa penting yang menjadi kata kunci “allah-allah lain” (’ӗlōhȋm ’ăḥērȋm). Semua bagian dalam kesepuluh hukum ini merupakan suatu larangan tetap dan ini berarti dan tidak tergantung pada situasi dan kondisi apapun. Frasa allah-allah lain ini digunakan sebanyak 64x dalam perjanjian lama. allah lain ini yang membuat fokus bangsa Israel terhadap TUHAN menjadi pecah bahkan mereka melupakan TUHAN mereka oleh karena allah-allah lain ini. Kitab-kitab sejarah dan kitab Yeremia pun menuliskan hal tersebut. Apalagi jika ditelusuri dalam kitab hakim-hakim. allah-allah lain adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan fokus hidup manusia melebihi TUHAN.
Baca Juga: Lebih Baik Dari Bapa Di Dunia. Kembalilah, Dia Ingin Mendengar Suaramu!
Allah-allah lain tidak hanya sebatas kepada dewa/dewi tetapi di saat ini ada banyak yang menjadi fokus manusia dan orang percaya masuk di dalamnya yaitu uang, jabatan, mamon. Tuhan Yesus berkata dalam Mat 6:24 mengenai mamon. Mamon adalah sesuatu yang dianggap atau merupakan keuntungan di dunia ini. Ketika kita menjadikan Allah fokus dalam hidup kita akan mengerti keutamaan Allah dalam hidup. Bagaimana menjadikan Allah yang utama dalam hidup Ul.6:5 dan dikutip Tuhan Yesus dlm kitab-kitab Injil (Mat.22:37-38, Markus dan Lukas)
Kedua, Ikatlah diri anda dengan ketaatan dan ketundukan penuh kepada TUHAN (ayat 8-9a)
Dalam hukum kedua ini ada 3 larangan yang muncul dan larangan dalam hukum kedua begitu kompleks. Jangan membuat patung, jangan sujud menyembah dan jangan beribadah. Pembuatan patung pada zaman dulu adalah merupakan representasi allah-allah asing secara fisikal dan bangsa Israel begitu berbeda. Pembuatan patung tersebut adalah kegunaan untuk menyembah dan ibadah dan juga menandakan ketaatan bangsa-bangsa tersebut kepada allah mereka. Allah tidak ingin bangsa Israel sbg umat pilihan Allah masuk dalam hal yang demikian. Yang kedua mengenai sujud menyembah. Kata ini tidak dapat dipahami secara harafiah sebagai suatu sikap dalam ibadah dan penyembahan namun berdasarkan bahasa asli dan akar katanya, kata ini memberikan makna bagaimana seseoarang layaknya budak yang harus taat dan tunduk kepada majikannya. Pada saat ini ada banyak berhala modern yang membuat kita demikian. Ibadah yang benar/ penyembahan yang benar menghasilkan buah ketaatan yang penuh kepada Allah.
Baca Juga: Mana Lebih Penting: Tuhan atau Ponselmu?
Ketiga, Jadilah Pribadi yang memiliki kesetian kepada TUHAN. (ayat 9b-10)
Selain kedua hal di atas, dibutuhkan sebuah kesetiaan untuk melengkapinya. Kesetiaan menjadi bagian penting dalam suatu hubungan. Penjelasan mengenai “ Aku adalah Allah yang cemburu”, ini bukan berkonotasi negatif tetapi ini menunjukkan suatu tuntutan kesetiaan yang begitu penting yang mana Allah sendiri layak untuk menerimaNya. Ini juga menunjukkan kedaulatan Allah yang tidak toleransi terhadap ketidaksetiaan. Ada dua hal yang diungkapkan dalam bagian ini yang merupakan motivasi dari yang berupa tindakan terhadap pelanggaran dan kesetiaan kepada Allah dalam melakukan hukum. (Kaleb dan Yosua adalah contoh). TUHAN memperhitungkan kesetiaan kepada Dia.
Hiduplah Terkoneksi dengan TUHAN!