Menang dalam Kesulitan Hidup

Kata Alkitab / 7 June 2023

Kalangan Sendiri

Menang dalam Kesulitan Hidup

DAVID EDISON HUKY Contributor
1622

“To the mountain, you will see God, to the desert, you’ll find your self.”

 

Menerima visi dari Tuhan itu suatu hal, berani memulai perjalanan itu suatu hal, konsisten percaya dan berjalan walaupun situasi tidak nyaman itu hal lain.

Perjalanan ke tanah perjanjian tidak selalu menyenangkan. Tetapi ada apa dibalik ketidaknyamanan itu?

Perbudakan adalah hal yang dianggap natural oleh bangsa Israel. Sebab telah bergenerasi mereka berada dalam kondisi itu. Meskipun mereka tidak nyaman dalam kondisi itu, tubuh mereka meronta karena kondisi yang buruk, setidaknya ada yang memberi mereka kerja dan ada makanan untuk hari itu. Tiba-tiba muncul suatu visi bahwa ada cara hidup yang lebih baik di tanah lain, di mana mereka bisa menjadi raja atas diri sendiri, menghidupi diri mereka sendiri, tidak diperintah dan diperbudak oleh orang lain, tidak dipukul dan direndahkan orang. Meskipun visi ini tampak seperti impian yang indah untuk diraih, namun melepaskan kenyamanan pada situasi yang tidak nyaman membutuhkan motivasi yang kuat, keberanian untuk mulai melangkah keluar, dan komitmen untuk percaya pada apa yang kita lihat bahwa itu nyata, bukan utopia.

Meskipun Tuhan telah berulang kali menyatakan kesetiaan-Nya pada janji-Nya, tidak membuat bangsa Israel lantas berubah optimis. Benarlah peribahasa, "mengeluarkan Israel dari Mesir itu mudah, tetapi mengeluarkan Mesir dari bangsa Israel itu sulit. " Sebab ingatan pertama mereka adalah Mesir. Dalam setiap hasutan untuk memberontak pada Tuhan, ada Musa, sang pemimpin yang menentang mereka dan membujuk mereka agar tidak memberontak.

 

Baca Juga: Menghadapi Krisis Populasi Dunia yang Mencemaskan

 

Tidak beda dengan kita, bukan? Meski sudah mulai berjalan, memiliki motivasi kuat, komitmen untuk maju, tetapi jika bertemu situasi tidak nyaman dalam perjalanan, selalu ada perasaan dalam diri kita yang meragukan keputusan kita. Oh, tidak jarang itu adalah sebagian besar dari perasaan kita. Bahkan perasaan kita mulai menghasut untuk kembali saja ke perbudakan. Perasaan kita meyakinkan kita bahwa, kita telah terlahir demikian, berusahalah untuk menerimanya dan nyaman dengan itu. Untuk apa perjalanan yang tidak menentu ini? Jauh-jauh berjalan tidak sampai tujuan, dan hanya kesulitan yang menyambut kita? Di mana akal sehat kita, bahkan jika Tuhan itu ada dan Dia yang memerintahkan perjalanan ini?

 

Percayalah itu manusiawi. Semua orang mengalaminya.

Tuhan sudah memprediksi hal ini, Tuhan tidak kaget, bahkan sudah mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk menanggulangi itu. Jangan lupa Tuhan tidak tinggal dalam dimensi waktu. Tetapi Tuhan sering sedih, karena meskipun Dia selalu menunjukkan penyertaannya, tetapi itu tidak memupuk iman kita sedikitpun. Seolah usaha-Nya sia-sia. Lebih sedih lagi karena ketidakpercayaan kita akan memupuk pemberontakan, pemberontakan ini akan mengancam rancangan Allah, dan tentu kita tahu bahwa Allah selalu menyingkirkan pihak-pihak yang menghalangi rancangan-Nya.

Bukankah situasi ini mirip seperti yang terjadi di Eden? Ketika situasinya mendukung, ular menghasut Hawa untuk melawan Tuhan dan berhasil? Setelah itu Hawa membujuk Adam juga. Adam yang menerima firman langsung dari Tuhan, malah takluk juga kepada istrinya. Akhirnya Adam jatuh membawa seluruh manusia bersamanya.

Di situasi ini, kita membutuhkan Logika dan Akal Sehat yang memimpin kita. Saya tahu statement ini akan menabrak pemahaman banyak orang, tetapi kenapa Logika? Karena pada taraf akal sehat kitalah Tuhan mempercayakan firman untuk diajarkan kepada perasaan kita. Kata 'Firman' dalam bahasa Yunani adalah "Logos" Kata logis dan logika muncul dari kata ini. Artinya, Firman Tuhan itu logis dan pertama kali kita terima dengan logika dan tertanam dalam akal sehat kita, karena nyambung. Belum memahaminya, bukan berarti tidak masuk logika dan tidak pantas dipercaya. Apakah masyarakat abad ke-16 percaya bahwa Bumi mengelilingi Matahari saat Copernicus memaparkannya? Mereka mengancam membunuhnya. Baru 3 abad kemudian, setelah muncul penemuan-penemuan baru di mana akal sehat dikedepankan, teori heliocentris yang berusia 23 abad ini akhirnya dianut.

 

Baca Juga: Tanah Perjanjian dan Rancangan Tuhan Bagi Manusia

 

Rasul Yohanes juga tidak paham dengan apa yang diperlihatkan padanya di pulau Patmos. Tetapi ia tidak membuang informasi itu, dia menulisnya dalam kitab Wahyu. Disebut wahyu (Re-velation/re-veal) karena informasi itu termaterai (dirahasiakan maknanya) namun akhirnya diberitahu. Informasi dibuka untuk umum, tetapi ditutupi oleh simbol-simbol, sehingga semua orang bisa membaca tetapi tidak memahami. Sama seperti ketika Yesus mengajar kepada orang banyak dalam perumpamaan (baca Markus 4:11-12). Yohanes percaya Roh Kudus akan membuat dia dan pembaca paham.

Jangan pernah lupa bahwa Tuhan tidak hidup di dalam dimensi waktu sehingga pengetahuan dan pemahaman akan sesuatu berkembang. Apalagi Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Jadi dengarkan kalau Ia berbicara, simpan dalam hati meski belum memahami. Tugas Roh Kudus untuk memberi kita pemahaman. Jika kita percaya, kita akan melihat.

Pertentangan yang luar biasa saat firman disampaikan adalah jika firman tersebut tidak masuk ke logika kita. Itulah sebabnya firman Tuhan selalu dipercayakan kepada Adam yang lebih logis pikirannya terlebih dahulu. Setelah Adam menerimanya, lalu dia mengajarkan dan mendidik Hawa untuk menerimanya. Itulah sebabnya Tuhan mempercayakan firman kepada Musa terlebih dahulu sebagai satu-satunya bangsa Ibrani yang terdidik paling baik pada masa itu, supaya ia mengajarkan kepada bangsa Israel. Itulah juga alasan Tuhan memilih laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan mempercayakan firman kepadanya untuk diajarkan kepada istrinya dan anak-anaknya. Jika ada hasutan untuk melawan firman Tuhan, si laki-laki harus kuat berdiri sebagai yang paling logis dan paham benar konsekuensinya. Perasaan bisa berubah-ubah seiring situasi terkini, tetapi logika harus tetap berdiri kokoh!

Dosa lahir saat pikiran kita bersepakat dengan keinginan perasaan untuk melawan firman, perbuatan hanya menyatakannya. Kitab Yakobus Pasal 1 menulis:

1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Iman timbul dari pendengaran akan Logos Kristus. Logos mengatakan, Tuhan membawa kita ke dalam situasi yang tidak nyaman, supaya kita menyaksikan dengan mata kita sendiri bukti bahwa Tuhan itu ada dan Dia berjalan bersama kita, bukan untuk membunuh kita. Melihat Tuhan bekerja dalam kesulitan, membantu kita memurnikan keyakinan kita kepada-Nya. Di lain pihak, bukankah tantangan dan kesulitanlah yang memperkuat mental dan menumbuhkan kreatifitas kita? Tidak kurang pengalaman dari tokoh-tokoh Alkitab dan maupun tokoh-tokoh besar dunia yang menginspirasi kita.

Kita haus? Oh.. itu manusiawi sekali, Tuhan tau air merupakan salah satu kebutuhan kita. Dalam perasaan paling haus itu, Tuhan mempersiapkan untuk kita merasakan air yang bukan saja menyegarkan tubuh dan jiwamu, tetapi yang rasanya paling manis yang pernah kita rasakan, yang keluar dari gunung Tuhan. Kita akan memiliki nama baru untuk Tuhan, yaitu Allah yang menyediakan. Tuhan selalu menggunakan kebutuhan kita agar kita menyadari bahwa sebenarnya Dialah kebutuhan utama kita. Di dalam Dia segala kebutuhan kita terpuaskan.

 

Baca Juga: Bersiaplah Seperti Kaleb! Arahkanlah Pandanganmu ke Hebron, Kepada Janji Allah

 

Bayangkan jika Musa jatuh? Kasus Adam terjadi lagi. Musa dan seluruh bangsa itu akan binasa. Bayangkan jika firman tidak lagi kokoh di taraf akal sehat kita. Tidak satu pun, bahkan maut, sanggup menghentikan kita. Di situasi mana dan seperti apa, kita bisa dijauhkan dari kasih Tuhan?

Daud mengatakan, di ujung bumi yang paling gelap pun Tuhan ada di sana. Paulus mengatakan, tidak ada satu situasi pun bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Yesus mengatakan, gerbang alam maut tidak sanggup untuk menghentikan gereja-Nya.

Kemana pun Tuhan menuntun kita berjalan, melalui situasi apa pun dalam kehidupan kita, entah itu manis atau pahit, entah itu melalui air seperti bangsa Israel, ke goa Singa seperti Daniel, atau ke dalam api seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, bahkan ke kayu salib seperti Yesus, di situ kita akan menyaksikan Tuhan memperkenalkan diri-Nya, penuh dengan kebesaran kuasa dan keagungan, serta kebenaran dan keadilan-Nya. Di moment itu bukan hanya kita, melainkan semua lutut akan bertelut dan mulut akan mengaku, Dialah Tuhan yang benar. Masa sulit justru mempernalkan Tuhan yang besar kepada kita. Dalam kesulitan sekalipun kita akan menang. How great is our God!

Halaman :
1

Ikuti Kami