Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, telah mengeluarkan peringatan bahwa kekeringan di Indonesia diperkirakan akan mulai terjadi pada bulan Juni. Salah satu faktor yang menyebabkan fenomena ini adalah munculnya El Nino.
Dalam cuitannya di Twitter pada Kamis (25/5), Erma menulis, "El Nino diprediksi akan mulai terjadi pada bulan Juni, dengan dampak kekeringan yang meluas pada bulan Juli karena berpotensi terjadinya Indian Ocean Dipole (IOD) positif."
Dia juga menambahkan, "Mulai bulan Juni, kekeringan diperkirakan akan menyebar ke wilayah selatan Indonesia dan berpotensi meluas pada bulan Juli 2023, sehingga bulan Juli bisa menjadi bulan paling kering terutama di Pulau Jawa."
Baca Juga: 7 Ayat Alkitab yang Menjelaskan Mengapa Orang Kristen Harus Menjaga dan Melestarikan Alam
Fenomena kekeringan ini terkait dengan penurunan curah hujan yang disebabkan oleh El Nino. El Nino merupakan fenomena pemanasan di wilayah Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Sebaliknya, La Nina merupakan fenomena pendinginan berkelanjutan di wilayah yang sama.
Perubahan yang terjadi di Samudra Pasifik dan atmosfer di atasnya ini terjadi dalam siklus yang dikenal dengan El Niño-Southern Oscillation (ENSO).
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ENSO didefinisikan sebagai anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang berada di pantai barat Ekuador dan Peru, yang memiliki suhu lebih tinggi dari rata-rata normal.
Indeks Nino 3.4 digunakan sebagai indikator untuk mengukur kondisi ENSO berdasarkan suhu permukaan laut. Nino 3.4 mencakup rata-rata anomali suhu permukaan laut di wilayah antara 5° lintang utara hingga 5° lintang selatan, serta 170° bujur barat hingga 120° bujur barat.
Kekeringan dapat memiliki dampak serius pada sektor pertanian, ketersediaan air bersih, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu, kesadaran akan masalah ini dan langkah-langkah adaptasi yang tepat sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif kekeringan di masa depan.
Dengan adanya perkiraan ini, penting bagi kita semua untuk mewaspadai potensi kekeringan yang dapat terjadi di Indonesia. Pemerintah dan lembaga terkait perlu mengambil tindakan pencegahan dan mitigasi yang tepat untuk menghadapi kemungkinan kekeringan yang serius. Langkah-langkah seperti pengelolaan air yang efisien, penyediaan sumber daya air alternatif, dan pengawasan terhadap kegiatan manusia yang dapat memperburuk kondisi kekeringan harus dipertimbangkan.
Baca Juga: 5 Cara Menolong Anda Pulih Dari Kekeringan Rohani
Masyarakat juga diimbau untuk menggunakan sumber daya air dengan bijak dan mengadopsi langkah-langkah konservasi air guna mengurangi dampak dari kekeringan yang akan datang. Semua pihak diharapkan dapat bersatu dalam menghadapi tantangan ini dan bekerja sama untuk menjaga ketersediaan air dan keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesia.