Di Bom 3x Saat Liputan Perang Rusia-Ukraina, Benjamin Hall Jadi Saksi Pertolongan Tuhan
Sumber: CBN News

News / 5 May 2023

Kalangan Sendiri

Di Bom 3x Saat Liputan Perang Rusia-Ukraina, Benjamin Hall Jadi Saksi Pertolongan Tuhan

Claudia Jessica Official Writer
1837

Benjamin Hall, salah satu reporter garis depan Fox News yang meliput keadaan perang antara Ukraina dan Rusia mengalami penyerangan yang membuatnya kehilangan kedua kakinya serta kedua rekannya. Berkat aksen Inggris dan pembawaannya yang khas serta pelaporannya yang penuh kasih membuat Benjamin jadi menonjol karena liputan perangnya.

14 Maret 2022 menjadi cerita saat Benjamin dan krunya diserang Rusia di pinggiran Kyiv. Setahun setelah kejadian, Benjamin kembali dengan buku yang berjudul “Saved” dalam bahasa Inggris yang berarti “Diselamatkan” dan ia juga membawa pandangan hidup yang baru.

Benjamin mengatakan CBN News bahwa keyakinannya kepada Kristus berperan besar dalam perjuangannya bertahan hidup di Ukraina hingga akhirnya berhasil kembali ke keluarganya.

Selama wawancara, Benjamin membawa kami kembali ke hari saat penyerangan tersebut terjadi, hari yang mengubah kehidupan Benjamin.

 

BACA JUGA: Kamu Harus Tahu, Ini 7 Profesi yang Gak Pernah Libur Bahkan di Hari Raya!

 

“Kami memperlambat laju mobil di pos pemeriksaan. Dan saat mobil kami melambat, tiba-tiba bom pertama meledak. Suara bisingnya terdengar dari langit, dan mendarat sekitar 30 kaki di depan mobil kami. Dengan cepat, kami mencoba membalikkan mobil tetapi beberapa detik kemudian bom kedua mendarat tepat di samping mobil dan saya pingsan saat itu. Sekarang saya tahu bahwa saat itu saya mendapat luka di bagian wajah. Pecahan peluru bersarang di mata saya dan sebagian besar di tenggorokan saya,” cerita Benjamin kepada CBN News.

'Putriku Menampakkan Diri Padaku Dalam Suatu Penglihatan'

“Aku sangat dekat dengan kematian, dalam kegelapan total dan kesunyian itu, putri sulungku, Honor yang berusia tujuh tahun datang dan memeluk saya. Saya sangat jelas mendengar dia berkata, ‘Ayah, kamu harus keluar dari mobil. Kamu harus keluar dari mobil.’ Seketika itu juga mata saya terbuka. Saya kembali ke dunia yang saya hadapi, saya berjalan menuju pintu mobil. Tepat setelah saya keluar dari mobil, bom ketiga meledak dan menghantam mobil itu sendiri. Ledakannya melempar saya keluar dari sana,” ungkap Benjamin.

'Saya harus berdoa'

Ketika Benjamin sadar kembali, ia melihat luka-lukanya yang serius.

“Saya terbakar. Kaki kanan saya hilang, kaki kiri saya hilang, sebagian besar hilang. Saya berguling-guling berusaha mematikan api. Tidak ada yang tahu dimana kami berada. Tidak ada yang tahu kami telah tertabrak. Dan tidak ada telepon. Jadi saya berusaha mendapatkan sinyal telepon tetapi saya tidak bisa. Saat itulah saya tahu, saya harus berdoa dan saya berpikir, ‘apa yang akan saya lakukan?’” kenang Benjamin saat menceritakan kejadian tragis yang menimpa dirinya saat meliput situasi perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina.

Tim penyelamat pertama dari tragedi Benjamin

Kemudian sebuah mobil pasukan khusus Ukraina melaju melewatinya.

“Mobil itu tidak melihat kami awalnya, kemudian mereka tersesat dan kembali. Saat saya terbagun setelah kejadian itu, saya berada di rumah sakit di Kyiv, sebuah rumah sakit kecil di Ukraina. Tetapi saya menyadari bahwa saya belum selamat, entah karena tidak ada jalan keluar dari kota, dan saya juga tidak tahu bagaimana saya akan keluar. Kemudian dimulailah evakuasi yang luar biasa yang dipimpin oleh kelompok Save Our Allies, kelompok luar biasa ini mengirimkan tim yang luar biasa yang berhasil mengeluarkan saya dengan kereta perdana menteri Polandia,” cerita Benjamin.

 

 

BACA JUGA: Teori Ini Rumuskan Umur Berapa Pernikahan yang Ideal, Coba Cek Umurmu!

 

Selain kaki kanan dan kaki kirinya, Benjamin juga kehilangan dua orang rekannya, Pierre Zakrzewski dan produser Ukraina Sasha Kuvshynova. Berjuang untuk hidup, Benjamin harus bertahan selama 10 jam perjalanan dengan kereta api untuk melintasi perbatasan ke Polandia.

“Kami berhasil menerobos penghalang jalan untuk sampai ke sana, menerobos jam malam, orang-orang memeriksa luka saya untuk melihat apakah saya benar-benar terluka atau apakah kami adalah regu pembunuh Rusia yang menyelinap. Dan itu adalah titik lain di mana saya hanya harus berdoa. Ketika saya sampai di perbatasan Polandia 10 jam kemudian melalui penderitaan yang luar biasa, ada Black Hawk AS yang menunggu. Dan saat saya terbang dengan helikopter, saat itulah saya tahu bahwa perjuangan saya untuk bertahan sudah berakhir dan mulai pemulihan, kata Benjamin.

Singkat cerita, Benjamin dibawa Jerman, pangkalan terbesar AS di mana semua yang terluka dari Afghanistan dan Irak dirawat dengan luka yang sangat mirip dengan Benjamin, yang disebut trauma poli, kehilangan penglihatan anggota tubuh, dan luka bakar.

Dalam buku barunya, Saved, A War Reporter's Mission to Make it Home, Hall menulis bahwa dia harus terus berjuang, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk istri dan ketiga putrinya yang masih kecil.

 

Pertemuan mengharukan dengan ketiga putri kecilnya

 

Baca halaman selanjutnya →

Pertemuan mengharukan dengan ketiga putri kecilnya

Benjamin sepakat dengan istrinya tidak akan membiarkan ketiga anaknya melihat kondisinya yang begitu lemah tak berdaya sampai akhirnya ia berhasil pulih dan diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Keinginan inilah yang membuat Benjamin mengalami pemulihan yang cepat.

Rasa gugup menguasai hati Benjamin. Ia mendengar cerita dari orang-oran yang mengalami hal yang sama seperti dirinya, kehilangan anggota tubuh dan membuat anak-anak mereka merasa takut. Benjamin sungguh gugup, namun ketika ia masuk ke dalam rumah, ketiga putri kecilnya menyambutnya dengan begitu hangat. Bahkan anak sulungnya, Honor, memeluknya dengan erat dan tidak mau melepaskannya. Ia berkata, “Ayah kembali! Kamu kembali, kamu kembali!”

Pertemuan itu membuat emosi semua orang di rumah itu meledak-ledak, dan mereka menangis dengan keras. Mereka merasakan kebahagiaan dan sukacita total yang begitu nyata.

Hall berkata bahwa istrinya, Alicia, telah memberikan dukungan yang sangat besar selama ini.

“Salah satu hal yang kukatakan saat pertama kali bertemu dengannya saat aku berada di Landstuhl di Jerman adalah maaf. Saya berkata, ‘Saya sangat menyesal.’ Bukan karena apa yang telah terjadi, tetapi karena apa yang ada di depan kami. Saya tahu bahwa itu berarti kehidupan yang berbeda bagi kami. Dia berkata, ‘Apa yang harus kita lakukan? Di mana kita melakukannya? Kita akan melakukannya bersama,’” kenang Benjamin.

Benjamin mengatakan bahwa dia merasakan doa-doa yang berdoa untuknya dari seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa ia menerima surat, pesan surat elektronik, dan media sosial dari orang-orang di seluruh Amerika. Ada ribuan orang yang mengirimkan doa dengan sukarela atau mengirimkan berkat untuknya.

Benjamin juga mengungkapkan bahwa setiap kali ia membaca pesan-pesan tersebut, ia jadi mendapat kekuatan dan sekarang ia merasa lebih dengan Tuhan.

Buku baru Benjamin Hall, Saved, A War Reporters Mission to Make it Home, tersedia di mana pun buku dijual.

Sumber : CBN News
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami