Suatu hari saya membaca sebuah tulisan dari salah satu gereja yang memiliki banyak cabang dan jemaat yang besar di Indonesia. Tulisan tersebut membahas mengenai jodoh atau pasangan hidup. Dalam tulisan tersebut penulisnya mencoba untuk memberikan dasar argumentasi teologis dari kitab Kejadian. Bagaimana Tuhan memberikan pasangan hidup pada Adam yaitu Hawa. Melalui dasar itulah ia meyakinkan bahwa jodoh atau pasangan hidup itu berasal dari Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan yang tentukan siapa jodoh Anda nantinya. Sampai di sini mungkin Anda masih berpikir tidak ada yang salah dengan argumentasi tersebut.
Tetapi, bila Anda mau lebih bijak dan teliti memperhatikan argumentasi teologis seperti itu jelas keliru. Sebab, kita tahu bahwa pada waktu itu tidak ada manusia selain Adam. Jadi, jelas Adam tidak mungkin memilih seekor monyet untuk menjadi pasangannya atau seekor badak untuk menjadi istrinya. Oleh sebab itulah Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi pasangan hidup Adam, karena tidak ada manusia lain. Jadi, jelas bahwa bukan Tuhan memilihkan jodoh atau menentukan pasangan hidup untuk Adam. Tuhan menciptakan Hawa agar Adam dapat memilihnya. Oleh karena itu ketika bertemu dengan Hawa, maka Adam berkata, "Inilah dia ....". Dengan kata lain, Adamlah yang menentukan dan memilih.
Baca Juga: Pandangan Online dating Menurut Iman Kristen. Penasaran? Ulik Bersama Hana, Yuk
Pernahkah Anda membuka imajinasi Anda dan memikirkan seandainya Adam menolak bagaimana? Bukankah Adam punya free will (kehendak bebas)? Itu tidak terjadi karena memang Adam hanya memiliki pilihan yang terbatas. Pilih Hawa atau pilih hewan.
Saya juga pernah menerima konseling dari seorang gadis yang langsung bertanya di awal konselingnya. Ia berkata, "Pak, benarkan jodoh di tangan Tuhan? Sebab saya selalu berdoa pada Tuhan tetapi kok belum dapat-dapat ya? Sudah pacaran tapi selalu putus lagi dan tidak sampai menikah?" Lalu saya bertanya, "Berapa usia saudari?" Dan ia menjawab, "40 tahun."
Masih banyak orang yang berpikir jodoh di tangan Tuhan dan ia terus berdoa tetapi sampai usianya sudah 40 tahun, masih belum juga dapat jodoh. Apa akibatnya? Mereka mulai kecewa pada Tuhan, mereka mulai membenci Tuhan, mereka menjadi malas berdoa karena mereka berpikir percuma berdoa, toh.. tidak ada hasilnya. Doa-doa mereka yang tulus tidak juga dijawab Tuhan. Mereka yang terjun dalan kegiatan rohani mulai berpikir mungkin kita diberi karunia membujang sehingga Tuhan tidak memberikan jodoh. Tetapi, dalam hati mereka, terus bertanya-tanya mengapa saya tidak diberikan pasangan hidup oleh Tuhan. Ketika mereka pulang tidak ada sambutan dari suami/istri dan tidak ada terdengar anak-anak yang berkata, "Hore hore mama/papa pulang...". Sungguh, sangat disayangkan bila hidup seseorang menjadi unhappy (tidak bahagia) hanya karena salah doktrin.
Mungkin tulisan ini sedikit terlambat, tetapi sebenarnya sudah banyak hamba Tuhan yang memiliki konsep yang benar tentang jodoh hanya tidak menuangkannya dalam suatu tulisan yang bisa dibaca oleh banyak orang (atau ada tetapi tidak popular). Saya berharap dengan munculnya tulisan saya ini akan memicu dan menyempurnakan kebenaran yang coba saya luruskan mengenai jodoh, oleh para hamba Tuhan lainnya.
Pertanyaan yang ada sekarang sebenarnya adalah sampai dimana campur tangan Tuhan dalam hal jodoh? Saya akan mengambil argumentasi teologis saya berdasarkan kisah Ishak memperoleh istrinya dalam kitab Kejadian 24. Hamba Abraham yang kemungkinan adalah Eliezer berdoa meminta pimpinan Tuhan agar bertemu dengan gadis yang tepat bagi Ishak. Dari kisah Eliezer menemukan Ribka bagi Ishak, terdapat beberapa tips yang berguna dalam proses menemukan pasangan hidup yang cocok. Perhatikanlah beberapa tips sederhana berikut ini:
1. Taat pada perintah Tuhan. Eliezer sudah diperintahkan oleh Abraham untuk mencari di kalangan keluarganya. Eliezer taat ia tidak mencari pasangan bagi Ishak di kampung orang Kanaan. Ia mencari pasangan bagi Ishak di kalangan keluarga Abraham. Mengapa harus demikian? Sebab pada masa itu setiap keluarga mempunyai Tuhannya masing-masing. Jadi jelas, Abraham hanya ingin Ishak mendapatkan pasangan yang seiman. Orang-orang yang juga menyembah Tuhan yang benar. Demikian juga bagi kita sekarang. Carilah pasangan hidup di kalangan orang-orang yang seiman.
Taatilah perintah Tuhan dalam 2 Korintus 6:14, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?".
Baca Juga: Menikah Tapi Melewati Masa Pacaran. Memang Orang Kristen Bisa? Simak Disini Yuk!
2. Berdoa. Walaupun sudah tahu harus cari di mana atau hanya di kalangan sanak keluarga Abraham dan seiman, tetapi Eliezer juga perlu pimpinan Tuhan agar dapat menemukan gadis yang terbaik bagi Ishak, majikannya (Kejadian 24:12). Ini juga menunjukan sikap bergantung pada Tuhan di dalam kehidupan. Bila kita berdoa pada Tuhan bukan berarti Tuhan yang tentukan, sebab bukan Tuhan yang akan menikah tetapi Anda. Ketahuilah Tuhan senang bila kita bergantung pada-Nya. Dengan kata lain Tuhan senang direpotkan oleh kita. Jadi, mengapa tidak berdoa untuk bertemu dengan orang yang tepat bagi Anda.
3. Tentukan pilihan Anda. Sekali lagi bukan Tuhan yang akan menikah atau orang tua Anda, jadi harus Anda yang tentukan. Bisa saja orang tua mengajukan calon tetapi tetap keputusan untuk memilih itu ada pada diri Anda. Jadi, berusahlah untuk mengenal calon Anda sebaik-baiknya. Eliezer melakukan hal yang sama, ia menetapkan beberapa syarat atau kriteria. Lalu ia minta kepastian dari Tuhan dan itupun masih dia uji apakah ini orang yang tepat (Keluaran 24:21).
4. Mencari beberapa pendapat. Suatu keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil oleh karena beberapa pendapat yang sudah disaring terlebih dahulu. Dengan banyaknya pendapat akan memberikan suatu kepastian di dalam diri bahwa dia adalah pilihan terbaik buat saya. Sehingga ketika terjadi masalah atau perselisihan tidak langsung ‘bubaran'. Tetapi, tetap kokoh bertahan berdasarkan pilihan yang sudah matang dibuat. Ribka pun sebelum ia akhirnya bersedia mengikuti Eliezar, terlebih dahulu mendengarkan pendapat dari keluarganya (Keluaran 24:51, 58-61).
Tips di atas adalah suatu bukti yang jelas sekali akan peran manusia dan peran Tuhan dalam hal jodoh. Tuhan sudah menyediakan beragam manusia dengan beragam karakter dan latar belakang. Tinggal manusia yang menentukan pilihan; mau pilih yang hitam atau putih atau kuning. Mau pilih yang tinggi, sedang, pendek atau mau pilih yang pirang, bermata biru dan berkulit putih. Atau pilih yang berambut hitam, berkulit coklat dan bermata hijau (mata duitan...gitu loh..only joke).
Jadi inilah hak yang sudah Tuhan berikan yaitu kehendak bebas (free will) untuk menentukan pilihan. Sekali lagi ingatlah Tuhan bukan menciptakan manusia robot yang sudah terprogram semuanya dan tinggal menjalankan kehidupan sesuai program yang sudah dibuat. Sama sekali tidak!!! Tuhan ciptakan manusia dengan kelengkapan akal pikiran, perasaan, dan keinginan. Dengan kelengkapan itulah manusia dapat menentukan pilihan berdasarkan perasaan, keinginan dan pertimbangan akal pikirannya. Lalu apa peranan Tuhan?
Baca Juga: Apa Sih Arti Dari Sepadan Dalam Alkitab?
Tuhan berperan sejauh manusia mau melibatkan-Nya di dalam proses pencarian ataupun proses pemilihan. Sama seperti yang terjadi saat Eliezer memohon bantuan Tuhan untuk membimbingnya menemukan jodoh yang tepat untuk Ishak. Sejauh apa Eliezer memberi batasan campur tangan Tuhan sejauh itulah peranan Tuhan. Demikianlah peranan Tuhan adalah sejauh mana manusia menginginkan Tuhan untuk terlibat dalam memilih jodoh, maka sejauh itulah Ia pasti akan menolong.
Oleh karena itu peran campur tangan Tuhan sangat penting di dalam menemukan orang yang tepat agar tidak menyesal telah salah pilih. Sebab, Tuhan sangat membenci perceraian, sehingga di dalam ajaran Kristen sangat menentang perceraian. Pernikahan sekali untuk selamanya dan harus dipertahankan. Jadi, jangan sampai salah pilih, libatkan Tuhan agar tidak menyesal !!
Sumber : Ev. Ricky Harlim STh.