Menara Babel dibangun tak lama setelah banjir besar pada zaman Nuh. Menara Babel dibangun setelah banjir besar zaman Nuh dan sebelum zaman Abraham. Narasi dalam Kitab Kejadian mengenai Babel terdapat setelah silsilah keturunan Nuh dan sebelum kisah Abraham dalam Kejadian pasal 12.
Pada waktu itu menara Babel dibangun di dataran Shinar yang kemungkinan besar berada di Irak pada saat ini. Dalam bahasa Ibrani, “Shinar” berarti "negeri dua sungai" yang merujuk pada Sungai Tigris dan Efrat yang mengalir melalui Irak. Kitab Kejadian 10:8-10 memberikan beberapa informasi mengenai latar belakang tentang tanah Shinar dan mengatakan bahwa Nimrod adalah seorang pemburu perkasa di hadapan Tuhan dan awal kerajaannya adalah Babel, Erech, Akad, dan Kalne, di tanah Shinar.
Nimrod, seorang pemburu perkasa yang mendirikan kota Babel dan kota-kota lain di Shinar. Dia dan para pejabatnya yang kemungkinan menjadi kekuatan pendorong di balik pembangunan menara Babel itu. Pemerintahan Nimrod yang bertanggung jawab untuk merencanakan, mengumpulkan sumber daya, dan akhirnya membangun menara Babel dengan tujuan untuk memperoleh nama yang terkenal dengan menciptakan sebuah kota yang dilengkapi dengan menara yang bisa mencapai langit, serta melindungi diri mereka dari banjir lain.
Baca Juga: Menara Babel, Salah Satu Keajaiban Dunia yang Ditemukan Lokasi dan Sisa Reruntuhannya
Apa arti dari kata "Babel"? Jika dikaji lebih dalam lagi dari kata Ibrani yang memiliki arti "kebingungan" atau Balal, yang berarti "mencampur aduk, bercampur, membingungkan". Entah mengapa nama itu digunakan namun pada akhirnya nama menara Babel itu sangat sesuai karena Allah kemudian membingungkan bahasa para pembangunnya sehingga mereka tidak bisa saling memahami.
Jika Anda penasaran menggunakan apa menara ini dibangun, maka kemungkinan jawabannya adalah dari bata-bata yang dibakar, kemungkinan besar dikeringkan dengan api, seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian 11:3, yaitu “Mereka berkata seorang kepada yang lain: ”Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.”
Kata "batu bata" yang disebutkan dalam Kejadian 11:3 berasal dari kata "lebenah" yang berarti batu bata atau genteng terbakar, dan kata yang sama digunakan dalam Kitab Keluaran untuk menjelaskan apa yang dibuat budak Ibrani untuk orang Mesir. Kata "lebenah" juga mungkin merujuk pada tanah liat putih atau berkapur yang digunakan untuk membuat batu bata.
Setelah menara Babel sedang dibangun, menurut Kejadian 11:7-8, yaitu “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.” Pada waktu itu Allah menyebabkan orang-orang berhenti membangun Menara Babel dengan membingungkan bahasa mereka, yang pada akhirnya membuat orang-orang tersebar ke seluruh dunia. Tidak ada informasi lebih lanjut tentang Menara Babel dan kehancurannya dalam Alkitab setelah orang-orang tersebar. Namun, beberapa sejarawan awal mencatat tradisi bahwa Allah menghancurkan menara itu dengan angin besar.
Baca Juga: #FaktaAlkitab: Di Sini Lokasi Menara Babel Dibangun
Sejauh ini apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Saat Anda memaca kisah Menara Babel, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Menara Babel melambangkan beberapa hal, salah satunya adalah kurangnya kepercayaan manusia terhadap Allah dan apa yang Dia katakan. Allah berjanji bahwa tidak akan ada banjir lagi dan bahkan mengingatkan manusia dengan pelangi yang muncul selama hujan. Namun, mereka yang tidak percaya kepada Allah membangun Menara Babel dengan mengandalkan diri sendiri, keras kepala, dan mandiri untuk melindungi diri dari Allah, hanya untuk berjaga-jaga. Allah dekat dan bersedia menolong setiap kita yang percaya. Jika Allah siap dan mampu membantu kapan saja, mengapa tidak meminta pertolongan-Nya dalam situasi Anda saat ini?