Masih ingat dengan berita menumpuknya sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), Bantargebang yang mencapai 40 meter atau setara dengan sebuah gedung 16 lantai?
Banyaknya sampah seperti ini tentu memberikan dampak yang tidak baik bagi kita. Misalnya lingkungan kita jadi tercemar, lingkungan rusak, bahkan bisa mengganggu kesehatan manusia.
Tumpukkan sampah adalah salah satu masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Mungkin tidak banyak orang peduli dengan pengelolaan sampah di TPST, tetapi sebagai orang Kristen, kita diperintahkan oleh Tuhan untuk menjaga bumi, tempat yang kita tinggali saat ini.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 60 persen sampah di Indonesia adalah sampah organik. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen berasal dari rumah tangga. Oleh karena itu, setiap orang memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola sampah organik dari dapur.
BACA JUGA: Sampah Bantargebang Menggunung, Bagaimana Peran Orang Kristen dalam Menjaga Lingkungan?
Apa yang bisa dilakukan untuk mengolah sampah organik dari dapur dan mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan? Berikut adalah beberapa tips dan saran mengenai cara mengolah sampah organik dari dapur dengan benar:
1. Kompos
Cara paling umum dan mudah untuk mengolah sampah organik adalah dengan membuat kompos. Kompos merupakan proses menguraikan sisa-sisa makanan dan tumbuhan menjadi pupuk yang sangat baik untuk tanaman. Selain itu, membuat kompos juga dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir.
2. Pengomposan vermi
Pengomposan vermi adalah proses mengolah sampah organik dengan menggunakan cacing untuk mempercepat proses penguraian. Cacing akan memakan sisa-sisa makanan dan mengubahnya menjadi pupuk yang kaya akan nutrisi.
3. Menggiling atau menghancurkan sisa-sisa makanan
Sisa-sisa makanan seperti sayuran, buah, dan kulit telur dapat dihancurkan dengan blender atau digiling dengan mesin penghancur sampah. Dengan cara ini, sisa-sisa makanan dapat dijadikan pupuk atau dicampurkan ke dalam tanah sebagai penyubur.
4. Membuat jus dari buah dan sayuran
Buah dan sayuran yang tidak segar lagi dapat dijadikan jus. Jus yang dihasilkan dapat mengandung banyak vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh.
BACA JUGA: 7 Ayat Alkitab yang Menjelaskan Mengapa Orang Kristen Harus Menjaga dan Melestarikan Alam
5. Menggunakan pengering solar
Pengering solar dapat digunakan untuk mengeringkan sisa-sisa makanan seperti buah dan sayuran. Sisa-sisa makanan yang sudah kering dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kerajinan tangan atau sebagai penyedap makanan.
6. Memanfaatkan sisa-sisa makanan
Sisa-sisa makanan seperti roti, nasi, dan sayuran yang sudah tidak segar lagi dapat dijadikan bahan untuk membuat makanan baru. Misalnya, roti yang sudah keras dapat dijadikan breadcrumbs atau roti panggang yang diisi dengan daging atau sayuran.
7. Buatlah pupuk cair
Selain menggunakan kompos, Anda juga bisa membuat pupuk cair dari sisa-sisa makanan. Cara pembuatannya cukup mudah, yaitu dengan mencampurkan sisa-sisa makanan dengan air, kemudian membiarkannya selama beberapa hari. Setelah itu, cairan tersebut dapat digunakan untuk memperkaya tanah di kebun atau pot tanaman.
Fakta menunjukkan bahwa sampah organik yang paling banyak dihasilkan adalah sampah dapur. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengolah sampah organik dengan benar agar dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Berani coba untuk mengolah sampah Anda sendiri?
Sumber : jawaban.com