Begitu banyak orang yang memiliki jiwa patriotisme. Mereka mencintai dan membanggakan negara tempat mereka tinggal. Sementara yang lainnya memiliki kecemasan dan ketakutan melalui yang mereka lihat dari pemerintah. Hingga akhirnya beberapa orang tidak memiliki rasa patriotisme dalam dirinya.
Apa yang alkitab katakan tentang kita seharusnya merasakan dan bereaksi terhadap tanah dimana Tuhan menempatkan kita?
Semua bangsa didirikan oleh Tuhan untuk tujuan-Nya
“Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka,” – Ayub 12:23.
Meskipun menjadi kebanggaan hidup berbangsa “oleh rakyat, untuk rakyat”, kita harus selalu ingat bahwa setiap negara, bangsa, atau pemerintahan di muka bumi ini pertama dan utama oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Dia mewujudkannya, menggunakannya untuk rencana ilahi-Nya, dan kemudian menggantikannya.
Ada banyak contoh tentang ini dalam Perjanjian Lama. Tuhan menggunakan Asyur untuk menghukum Israel karena ketidaktaatannya; kemudian Tuhan menggunakan Babel untuk menghancurkan Asyur karena dosanya. Tuhan menyuruh Babel menyerbu Yehuda sebagai hukuman atas dosa Yehuda; kemudian Tuhan membangkitkan Persia untuk menghukum Babel. Tuhanlah yang memerintahkan hal-hal ini. Bangsa-bangsa hanya ada dan bertindak untuk memajukan kehendak Tuhan yang berdaulat.
Semua bangsa akan tunduk di hadapan Kristus
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” – Filipi 2:9-11.
Terlepas dari tingkat kekuatan atau pengaruh bangsa mana pun, semua orang akan tunduk di hadapan Yesus Kristus. Semua akan direndahkan, dan “semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia,” (Yesaya 45:23b). Yesus adalah Raja seluruh bumi; kesetiaan kita harus kepadanya.
Semua bangsa akan dimusnahkan oleh Tuhan
“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi,” – Wahyu 21:1.
Pada akhinya, semua yang kita tahu akan mati, dan Tuhan akan membuat langit baru dan bumi baru. Ketika ini terjadi “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi dan tidak akan timbul lagi dalam hati,” (Yesaya 65:17b).
Kita tidak akan memikirkan dimana kita dilahirkan dalam kehidupan ini, karena bumi baru akan dengan mudah menutupinya dalam kemuliaan.
Sebagai pengikut Kristus, kesetiaan pertama kita selalu kepada Tuhan
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah,” – Matius 22:21b.
Dimanapun Tuhan menempatkan kita, cinta pertama kita adalah Yesus. Kita harus memberikan seluruh hidup, tubuh, dan jiwa kita kepada-Nya.
Namun, Tuhan telah menempatkan kita di bawah otoritas negara kita, “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati,” (Roma 13:13).
Memang benar bahwa Kristus telah membebaskan kita, tetapi kebebasan kita adalah untuk, “hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja,” (1 Petrus 2:16b-17).
Kita diciptakan oleh Tuhan, jadi kita menyerahkan diri kepada-Nya sebelum dan di atas segalanya. Ini tidak berarti bahwa kita duduk diam tanpa interaksi dengan pemerintah kita. Ini berarti bahwa kita bekerja untuk Tuhan di negara kita, dengan kehendak dan hukum-Nya menjadi tujuan akhir kita.
Sebagai pengikut Kristus, kita bukan dari dunia ini
BACA HALAMAN SELANJUTNYA ⇒
Sebagai pengikut Kristus, kita bukan dari dunia ini
“Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya,”” (Matius 8: 19-21).
Sebagai pengikut Kristus, adalah normal untuk merasa terputus dari tempat tinggal kita. Yesus tidak memiliki rumah sejati di bumi ini, dan kita harus mengharapkan hal yang sama.
Kita mungkin memiliki keinginan untuk mengklaim beberapa kekerabatan dengan tempat kita dilahirkan, tetapi kita benar-benar “pendatang dan perantau” (1 Petrus 2:11), tinggal di tanah yang bukan lagi milik kita.
Tanggungjawab kita sekarang adalah untuk menjaga perilaku kita, “Supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka,” (1 Petrus 2:12).
Sebagai pengikut Kristus, rumah kita adalah bersama Allah
“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya,” (Filipi 3:20-21).
Ketika Kristus menjadi Juruselamat kita, kita meninggalkan kewarganegaraan kita di negara mana pun. Seluruh dunia sekarang menjadi negeri asing; kita tidak bisa bangga dengan kemenangannya, tetapi kita bisa mengambil harapan. Tuhan bekerja di dunia untuk tujuan-Nya, dan Dia telah menjadikan kita milik-Nya. Kita adalah “Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,” (1 Petrus 2:9a).
Kita adalah duta-duta Kristus di sini, tetapi untuk waktu yang singkat. Kemudian kita akan berada di surga bersama Yesus, rumah kita yang sejati dan kekal.
Sumber : openthebible.org