Sejak kecil, aku kurang mengenal sosok papa karena dia jarang di rumah. Kalau pun tinggal di rumah, dia sukanya marah-marah.
Saya sering sekali menyaksikan bagaimana papa memukuli mama. Pertengkaran mereka jadi pemandangan yang biasa aku saksikan di rumah. Jadi tak heran jika aku justru bertumbuh menjadi orang seperti sosok papa, yang suka dengan kekerasan.
Suatu kali, aku mendapati mama menangis di teras rumah. Rupanya penyebabnya adalah papa. Saat itulah aku tahu kalau papa selingkuh dengan wanita lain dan pergi meninggalkan kami. Perbuatan papa membuatku hancur, apalagi nama ‘Doni’, yang disematkan padamu berasal dari nama papa dan mama.
Sebagai anak dari keluarga broken home, tak jarang bagiku untuk merasa cemburu dengan anak-anak lain yang memiliki keluarga yang sempurna, yang bisa akrab dan bermain bersama dengan papanya. Aku hanya bisa berharap momen seperti itu bisa terjadi dalam hidupku.
Tetapi seiring bertumbuh dewasa tanpa figur papa, aku pun menjadi anak yang nakal. Suka ikut-ikutan dengan pergaulan buruk bersama teman-teman di lingkunganku. Kami suka mencuri dan mabuk-mabukan.
Sekalipun nakal, aku tetap ingat dengan cita-citaku untuk menjadi orang yang sukses dan berhasil. Karena aku mau balas dendam ke papa. Aku berjanji tidak akan membantu papa saat dia susah.
Waktu yang aku nantikan pun tiba. Akhirnya papa datang di saat hidupnya sedang susah. Aku pun memperlakukannya dengan kasar. Dendam yang sudah aku simpan cukup lama membuatku berontak dan memaki dia. Sampai akhirnya aku memilih untuk minggat dari rumah.
Entah ada angin apa, di tengah pelarianku aku justru bertemu dengan teman-teman sepergualanku yang dulu. Tanpa disangka, mereka mengajakku ke sebuah ibadah. Lewat ibadah ini, Tuhan bekerja di dalam hatiku. Waktu aku berdoa dengan sungguh-sungguh, kebencian yang aku simpan kepada papa hilang seketika itu juga.
Waktu itulah aku memberanikan diri untuk minta maaf ke papa. Dengan respon yang positif, papa menerima permohonan maafku sehingga hubungan kami dipulihkan oleh Tuhan sepenuhnya. Meskipun aku masih terus berdoa supaya papa mengalai pertobatan dari Tuhan.
Sejak Tuhan bekerja memulihkan hubunganku dengan papa, ada dorongan yang kuat di dalam hatiku untuk mau mengabdikan diri melayani Dia. Hingga lewat perenungan yang aku ambil, aku memutuskan untuk sekolah pendeta dan mengabdi untuk melayani Tuhan.
Saksikan kesaksian Solusi TV di Youtube Jawaban Channel di bawah ini.
Apakah kamu butuh dukungan doa? Hubungi SAHABAT 24 kami melalui kontak Whatsapp 0822 1500 2424 atau klik link doa ini: https://bit.ly/InginDidoakan
Sumber : Solusi TV