“Saya dengar vonis dokter dipikiran saya, saya takut. Saya mati gitu..” ungkap Kezia Christine, seorang penyintas kanker lidah.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Kezia merasa begitu putus asa. Sariawan di bagian lidah yang tak kunjung sembuh rupanya jadi akar dari kemunculan kanker. Setelah menjalani proses pemeriksaan, dia harus menerima kenyataan bahwa dia mengidap kanker lidah.
Tak ayal, kenyataan pahit ini harus terjadi saat dirinya ingin sekali membahagiakan kedua orangtuanya dan meraih karir impiannya.
“Saya divonis cancer (kanker ) tahun 2011. Gejalanya karena sariawan yang tidak kunjung sembuh. Dan saya juga berusaha mencari dokter ke sana kemari. Sampai beberapa dokter, mereka pembicaraan vonisnya sama. Kamu suspect, kanker lidah harus dibiopsi untuk mengetahui stadium dan tambahannya menyebar kemana. Jadi saat divonis itu mimpi saya seperti hilang,” jelas Kezia.
Sekalipun penyakit ini membuat hati Kezia hancur, namun dia tak menyerah begitu saja. Dia berusaha mencari pengobatan terbaik dari rumah sakit. Dia mengikuti prosedur yang ditetapkan termasuk menjalani MRI dan hal lainnya.
Hanya keinginannya untuk tetap hiduplah yang membuatnya bertahan dan bahkan mendapatkan pertolongan yang tak disangka-sangka dari Tuhan.
Jika saat itu Kezia masih belum benar-benar percaya Tuhan. Maka di suatu momen, Tuhan tampanya sedang bekerja atas hidupnya. Melalui kakaknya, Kezia pun diajak menghadiri sebuah ibadah gereja. Di sanalah dia mengaku mengalami pengalaman spiritual yang belum pernah dia alami sebelumnya.
“Saya sempat kanget, mungkin karena belum terbiasa dengan situasi gereja tersebut. Saya lihat orang-orang didoakan, saya melihat orang-orang menangis, jatuh saat didoakan. Itu sempat membuat saya takut terus terang. Sempat membuat saya bingung. Sebenarnya saya salah gak sih ke sini,” demikian penuturan Kezia.
Tapi siapa sangka momen itulah yang membawanya untuk mengenal dan menerima Yesus.
“Seorang pendeta bertanya kepada saya, maukah kamu menerima Tuhan Yesus sebagai juru slamat kamu? Dan anehnya saya menjawab saya mau. Saya didoakan, ditumpang tangan tepatnya oleh pendeta. Saya jatuh, saya merem lama, saya mangis. Saat itu saya merasa damai yang belum pernah saya rasakan dalam hidup saya. Saya merasa nyaman, aman lalu saya merasa seperti dipeluk. Saya merasa dijaga,” ungkapnya.
Setelah momen itu, dia pun mulai mencoba untuk membiasakan dirinya berdoa dan meminta kekuatan dari Tuhan untuk bisa melewati penyakit mematikan yang sedang dia hadapi.
Baca Juga: Gavrilla Setiawan, Masih Muda Tapi Divonis Kanker Stadium 4
Mengingat pengobatan yang tidak murah, bahkan suami Kezia pun mengaku saat itu tidak mampu menanggung seluruh biayanya. Untungnya, Tuhan menyediakan seluruh biaya yang diperlukan melalui kebaikan dari atasan Kezia saat itu.
Dua minggu sebelum operasi, Kezia pun tak putus-putusnya terus berdoa dan meminta kekuatan dari Tuhan.
Bagi Kezia, bisa dioperasi dan mendapatkan bantuan dana adalah sebuah mujizat. Dan dia berharap operasi yang dijalaninya di Singapura saat itu akan berhasil.
“Sangat disayangkan operasi pertama saya kurang berhasil. Karena saat dokter menusukkan jarumnya ke lidah saya darahnya tidak mengalir. Mati. Jadi saya mesti operasi pembetulan yang ke-2 supaya lidahnya itu bisa hidup,” terangnya.
Baca Juga: Ambisi Sukses Saya Runtuh Seketika Karena Penyakit Mematikan - Felicia
Jika di operasi yang pertama, Kezia sendiri mengalami gangguan yang hampir membuatnya tidak bisa bernapas. Maka di operasi yang kedua dia mengaku mengalami hal yang benar-benar mengerikan yaitu antara hidup dan mati.
“Operasi yang kedua itu, saya merasa hampir mati. Karena saya sudah mendapati diri saya seperti di suatu tempat yang sangat putih, yang luas. Tidak ada pembatas, tidak ada orang. Hanya suara teriakan,” ungkapn Kezia menerangkan pengalaman spiritual yang dilewatinya.
Namun di tengah pengalaman itulah Kezia mendengar sebuah suara yang memintanya untuk pulang.
“Tuhan memanggil saya kembali. Tuhan berkata, “Anakku pulanglah” Karena anak saya masih menunggu di rumah. Saya merasa langsung roh saya tertarik dan saya bisa membuka mata saya dan saya melihat orang-orang panik. Karena mereka berkata bahwa saya sudah pucat, lidah saya sudah biru saya juga sudah biru. Mereka mengira saya tidak akan selamat,” terangnya.
Setelah operasi tahap ke-2 selesai, dia pun harus melewati proses pemulihan yang sangat lama. Lidahnya yang sudah kehilangan fungsi akibat kanker harus kembali dilatih berbicara. Dia juga harus menjalani terapi untuk bisa makan dan menelan melalui tenggorokannya.
Baca Juga: Gavrilla Setiawan, Masih Muda Tapi Divonis Kanker Stadium 4
Sebagai manusia biasa, Kezia mengaku bahwa dia tak akan pernah sanggup melewati proses pengobatan panjang itu jika hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Dan dia mengaku bahwa kekuatan yang dia peroleh asalnya dari setiap doa-doa yang sudah dipanjatkan baginya baik dari doa-doanya maupun dari hamba Tuhan dan orang-orang yang dikasihinya.
“Saya mendapatkan kekuatan dari uluran tangan Tuhan. Jadi, saya mendengar lagu rohani saat saya lemah, saya berdoa dan saya merasa kuat. Saya berteriak kepada Tuhan. Tuhan tolong saya. Kadang proses itu sangat sakit. Saya sampai pikir saya gak bakal sanggup melalui ini semua. Tapi seiringnya waktu, sampai detik ini sampai sekarang saya sudah Sembilan tahun, Tuhan tetap bersama saya,” ungkapnya.
Kesembuhan yang dialaminya itu pun dharap bisa menjadi kesaksian bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang hidup dan yang setia.
Apakah kamu butuh dukungan doa? Hubungi SAHABAT 24 kami melalui kontak Whatsapp 0822 1500 2424 atau klik link doa ini: https://bit.ly/InginDidoakan
Sumber : Solusi TV | JC Channel