Berpikir Kritis di Gereja
Sumber: https://pixabay.com/images/id-2817857/

Kata Alkitab / 17 May 2022

Kalangan Sendiri

Berpikir Kritis di Gereja

Gideon Budiyanto Contributor
3305

Tuhan menciptakan manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu perbedaan yang paling mendasar adalah kemampuan untuk berpikir. Kemampuan ini menjadikan manusia bisa memilih dan menilai segala sesuatu, membentuk moral dan etika serta menjadikan manusia makhluk yang beradab.

Namun sayangnya, kemampuan berpikir ini terkadang digunakan manusia untuk tujuan yang salah. Alih-alih untuk kebaikan, malah membawa kehancuran dan memanipulasi orang lain. Padahal kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan ini pasti memiliki tujuan yang baik dan mulia, yaitu membuat manusia dapat berkembang sehingga bisa menggenapi semua rencanaNya di muka bumi.

Oleh sebab itu sudah menjadi tugas kita selaku orang percaya untuk bisa membawa kembali kemampuan berpikir ini selaras dengan kehendak Tuhan.

Setelah kita bisa membawa perubahan yang baik dalam cara berpikir, hal lainnya yang tidak kalah penting adalah mampu berpikir kritis dalam segala keadaan, artinya bisa mengolah segala hal yang ada dalam pikiran kita secara baik, benar dan tepat sehingga setiap tindakan yang dihasilkan dari pikiran kita tidak ceroboh melainkan se-bijaksana mungkin.

Karena efek dari cara berpikir yang tidak kritis mudah membawa kita kepada asumsi, penilaian yang subjektif dan bahkan cenderung menghakimi orang lain. Hal ini tentu saja bukan hanya diperlukan di dalam dunia sekuler tetapi juga dalam gereja, tempat dimana kita berkomunitas dan melayani Tuhan.

Kenapa berpikir kritis masih diperlukan di dalam gereja padahal gereja seharusnya menjadi sebuah tempat atau komunitas dimana orang-orang yang ada pada umumnya sudah mengerti kebenaran dan kekudusan? Sehingga rasanya tidak diperlukan lagi cara berpikir seperti itu.

 

Pandangan seperti itu tidak sepenuhnya benar.

Gereja adalah sebuah tempat dimana orang-orang yang ada di dalamnya sedang mengalami proses secara bersama-sama agar memiliki karakter Kristus dalam hidupnya.

Setiap proses yang dialami tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Tergantung karakter dan kelemahan-kelemahan manusiawi masing-masing individu yang Tuhan mau ubah menjadi lebih baik lagi melalui komunitas yang ada di dalam gereja.

Proses itu juga membutuhkan manusia lainnya untuk saling bekerja sama. Itulah sebabnya Paulus dalam I Korintus 12:12-31 mengumpamakan gereja Tuhan sebagai Tubuh Kristus dan masing-masing kita adalah anggotanya.

Tubuh itu tidak sepenuhnya mata atau tangan melainkan semua berfungsi sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Selain itu, masing-masing anggota tubuh pasti memiliki kelemahan sehingga membutuhkan anggota tubuh lainnya agar bisa berfungsi maksimal.

 

Maka dari itu, tetap dibutuhkan cara berpikir kritis dalam gereja supaya kita masing-masing saling mengerti serta memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam diri kita sehingga bisa saling membantu dan mendukung sehingga tercapai pembangunan Tubuh Kristus yang sejati.

Pemikiran yang kritis bukan berarti saling menyerang dan menjatuhkan, menganggap diri sendiri paling benar diatas segalanya melainkan saling memperhatikan serta menopang, dengan kasih tentunya.

Untuk itu, memang dibutuhkan sikap yang dewasa untuk bisa mengakui setiap kelemahan dan kekuatan yang ada di dalam diri kita sendiri terlebih dahulu sehingga kalau kita sudah mengerti apa kelemahan dan kekuatan kita, dalam hal karakter, sifat dan lain sebagainya, kita akan lebih mudah memahami orang lain.

Tuhan Yesus pernah berkata,” Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” (Lukas 6:41-42). Sebelum kita berpikir kritis untuk orang lain memang lebih baik kita berpikir kritis untuk diri sendiri terlebih dahulu.

Balok-balok apa yang ada di dalam diri kita yang membuat kita belum dapat menjadi berkat buat orang lain.

Tentu saja ini tidak mudah. Biasanya kita cenderung menilai orang lain buruk dan diri sendiri paling baik dan benar. Kita mau bertindak seakan menjadi hakim bagi orang lain dengan dalih berpikir kritis padahal diri kita sendiri pada dasarnya bisa jadi lebih buruk dari orang lain yang kita hakimi itu.

Kalau pada akhirnya kita semua sudah mampu berpikir kritis terhadap diri sendiri maka kita tentu akan bisa lebih mudah untuk memahami orang lain dan bisa saling mendukung tanpa disuruh atau dipaksa melainkan dengan sukarela.

 

Secara umum, beberapa hal di bawah ini bisa dijadikan alasan kenapa berpikir kritis itu diperlukan :

 

1. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing.

Tidak ada satupun manusia yang sudah sempurna dalam segala aspek dalam kehidupannya. Dengan adanya kelemahan sesungguhnya kita membutuhkan orang lain untuk menguatkan kita. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sikap kritis diperlukan supaya kita bisa mengerti dan memahami apa yang menjadi kelemahan dan kekuatan kita sehingga semua itu dapat membuat kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi bagi diri sendiri juga bagi orang lain.

 

2. Membentengi diri sendiri dari salah dalam menilai keadaan atau orang lain.

Terkadang apa yang kita pikirkan itu belum tentu terjadi atau tepat seperti yang dibayangkan. Dengan berpikir kritis kita dipaksa untuk tidak buru-buru mengambil kesimpulan ketika menilai suatu keadaan atau orang lain melainkan memberi diri kita sendiri waktu untuk merenungkan hal itu baik-baik, mencari fakta-fakta yang ada dengan seksama dan tidak terperangkap dalam pendapat orang lain yang belum teruji kebenarannya.

 

3. Bertindak tepat dan bijaksana.

Tindakan tepat dan bijaksana itu tentunya harus bisa diukur dengan ketepatan dalam melihat situasi dan kondisi dan bukan hanya berdasarkan opini atau pendapat pribadi semata. Ketepatan melihat keadaan yang sesungguhnya itu bisa terjadi apabila kita melatih pikiran kita untuk bisa berpikir secara kritis, bukan hanya berdasarkan emosi atau perasaan sesaat saja.

Melatih diri kita agar terbiasa berpikir kritis mungkin membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang, apalagi jika selama ini kita cenderung lebih menggunakan perasaan dalam mengambil setiap keputusan. Tapi kita tahu bahwa Roh Kudus yang ada dalam diri setiap orang percaya mampu mengubahkan hati dan pikiran setiap orang karena tidak ada yang mustahil bagi Dia asalkan kita percaya dan mau berubah.

Selamat berpikir kritis!

 

Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Halaman :
1

Ikuti Kami